Musim Kedua; Bagian 19

Seoul, 2018.

SEKUNTUM bunga lily yang mengangkat tegak kepalanya, tak lantas menarik atensi sang gadis yang hanya memaku pandang keluar bingkai jendela—tengah mengamati segerombol burung murai yang terbang bebas mencapai awan, juga beberapa balita yang tertawa renyah bersama boneka mainannya. Gadis itupun, terus saja menatap kosong pada kini butiran salju nyaris menutupi jalanan diluar sana, bersama ingatan yang menahan roh; ditengah rangkaian hari-hari yang berlalu.

Mengenai seraut wajah yang tak bisa membuat kedua maniknya terpejam, juga suara bariton yang terus berbisik lirih, serta jemari yang membelai pelan punggung tangannya. Segalanya masih terasa kentara, sebelum sang kabut lantas membawa pergi wajah, suara, serta tangan itu. Tentang simpul yang terlepas, juga tali yang telah terurai. Lalu, sejauh ini—pun perasaannya masih sama. Tak siapapun, yang mampu menggantikan apa yang ia inginkan;