6. Pertandingan

*partnya panjang. Jadi bacanya pelan-pelan sambil membayangkan ya..*

“Pagi bang..” sapa Eca pada abangnya yang sudah hampir semingguan ini terbaring lemah.

“Abang, besok Eca udah turnamen, lo bilang kemaren lo mau ke Bandung. Kok lo malah asyik-asyikan tiduran sih disini..” perlahan butiran bening itu mengalir di pipi chubby Eca.

“Bang, abang ingat gak? Dulu kata ayah, abang punya temen namanya Aby. Abang gak mau ketemu dia? Dia cowok yang kita temui di lapangan. Dia baik bang. Baik banget malahan. Eca suka, gak tau apa yang buat Eca suka sama dia. Eca nyaman sama dia, dia asyik, setiap ngobrol sama dia jadi ingat abang. Bedanya abang nyebelin kalau dia enggak.”

“Abang..” Eca mengelus pelan wajah pucat Ken. “Abang gak kangen ya sama Eca? Eca loh kangen sama abang. Bangun gih buruan, kita main basket lagi. Berantem lagi.”

“A..ab..abang..”

“Eca kangen berantem sama abang, Eca kangen cerewetnya abang, Eca kangen semua larangan-larangan abang. Bangun ya bang jangan tidur terus, ntar abang makin gendut loh kalau tiap hari tidur..”

“Eca..”

“Ayah..” Eca memeluk pria yang sangat ia cintai itu “Abang kenapa gak bangun yah? Abang udah gak sayang ya sama Eca? Abang mau ninggalin Eca ya yah?”

“Kita doain yang terbaik ya buat abang. Eca terus berdoa supaya abang cepet sadar.” ucap Handoko menenangkan putrinya. Ia sendiri takut jika anak laki-lakinya itu pergi meninggalkannya duluan.

“Eca istirahat aja sayang, besokkan kamu turnamen.” Eca menggeleng “Eca masih mau nungguin Ken yah, kali aja Ken bangun..”

Handoko mengusap lembut kepala Eca “Sayang, besok kamu turnmaen. Kamu harus jaga kesehatan, stamina kamu harus full untuk besok. Biar kamu bisa bawa pulang piala. Iyakan??”

“Tapi yah--”

“Ada Aby didepan. Dia yang akan antar kamu pulang. Gih temui..” ucap Handoko sambil tersenyum penuh arti pada Eca.

Eca tersenyum, kemudian ia berbisik di telinga Ken “Abang, cowok yang Eca ceritain datang, kata ayah Eca disuruh pulang bareng dia. Eca pulang dulu ya. Doain Eca besok turnamen. Doain juga Eca jodoh sama Aby.”

“Ayah dengar loh Caa..” ucap Handoko santai justru membuat Eca menunduk malu.

“A..ayah..”

“Dah sana pulang. Jangan biarin Aby nungguin.”

Eca mengangguk “Makasih yah. Eca pamit pulang dulu. Assalamualaikum..”

“Walaikumsalam..” jawab Handoko sambil mencium kening Eca.

Eca berjalan keluar dengan sesekali memperbaiki rambut panjangnya.

“Anakku sudah besar ternyata..” gumam Handoko.

*

*

“Kak Aby..” panggil Eca. Aby yang awalnya menggunakan headphone segera melepas benda tersebut dari telinganya “Udah mau pulang?”

Eca mengangguk “Yuk kak..” Eca kemudian menggandeng tangan Aby.

“Pacar lo gak cemburu lo gandeng-gandeng tangan gue?” ucap Aby pelan. “Pacar gue lagi koma kak. Tuh si Ken kagak bangun-bangun. Dia betah banget ngebo kek gini..” gerutu Eca.

“Dia kan abang lo bukan pacar!”

“Dia abang rasa pacar kak!” jawab Eca sambil nyengir kuda.

Mereka berdua sampai di parkiran tempat Aby memarkirkan mobilnya. Ia berjalan kearah pintu samping kemudia untuk membukakan pintu buat Eca “Gue bisa buka sendiri kali kak..” ucap Eca sambil tersenyum manis sekali.

“Selagi lo pergi sama cowok, selagi masih ada cowok disamping lo, lo gak perlu buka pintu ini. cukup tunggu kita yang bukain..” jawab Aby. Setelah Eca masuk kedalam mobil, Aby berlari memutari mobilnya untuk masuk ke kursi kemudi.

“Udah makan?” tanya Aby sambil memasang seatbelt miliknya. Eca mengangguk “Gue udah, lo belum makan?” Aby menggeleng “Mau temenin gue makan dulu gak?”

Eca tersenyum “Boleh deh.”

Aby menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju restoran favoritenya. Terdengar canda gurau dari dalam mobil Aby. Baru kali ini ia tertawa karena orang lain, baru Eca yang mampu membuatnya keluar dari zona nyaman miliknya. Baru Eca yang akhirnya membuatnya berurusan dengan David, player nya SMA Harapan 02.

*

*

Pagi ini Eca telah siap dengan kaos hitam dan sepatu hijau miliknya. Perpaduan yang pas karena seragam basket sekolahnya adalah warna hijau tua. Ia mencepol rambut panjangnya dengan rapi. Setelah dirasa siap semua ia turun dari kamarnya untuk menemui Aby.

“Pagi kak..” sapa Eca dari anak tangga terakhir. Aby yang lagi fokus dengan ponselnya kemudian menoleh kearah Eca. Ia menatap Eca takjub. Tuhan dia Eca atau bidadari?

“Kak??” panggil Eca lagi. Karena sedari tadi Aby tidak menjawab panggilannya.

“Eehh.. iya Caaa. Kenapa?”

“Kakak mau sarapan dulu? Gue udah masak tadi pagi.” Aby mengangguk. Kapan lagi ia bisa sarapan buatan Eca, berdua doang lagi.

Semalam Aby menginap dirumah Eca. Ia diminta Handoko untuk menjaga anaknya itu. Biasanya malam sebelum turnamen Eca akan kesulitan tidur, entah apa yang ada dipikiraannya. Dan benar saja, semalam Eca tidur pukul 3 pagi. Karena Aby tak tega melihatnya duduk didepan tv sendirian akhirnya ia menemani Eca semalam sampai ia tertidur di sofa, dan Eca tertidur dengan kepala berada di paha Aby.

Aby memegangi lehernya yang masih terasa sakit karena semalam ia tertidur sambil duduk. “Masih sakit ya kak lehernya?” tanya Eca pelan. “sorry ya kak, gara-gara gue leher lo jadi sakit gini, mana mau turnamen lagi..”

“Gak papa kali Ca santai aja. Lagian gue yang maksa supaya bisa nemenin lo nonton tv sampai tetidur. Jadi bukan salah lo!” jawab Aby sambil menerima piring yang sudah diisi nasi goreng oleh Eca.

Jadiin dia istriku ya Tuhan. Aku bakalan betah dirumah kalau punya istri kayak Eca..

“Kak??”

“Ehh??”

“Gak suka nasi goreng ya? Mau gue buatin sandwich aja?” tanya Eca ketika melihat Aby hanya menatap nasi goreng buatannya.

“Jangan! Gue suka kok. Suka banget sama nasi gorengnya.” jawab Aby. Mereka berdua pun menghabiskan sarapan mereka dengan cepat.

“Mau kerumah sakit dulu?” tanya Aby. Eca melirik jam di tangan kanannya masih satu jam lagi menuju pertandingan..

“Boleh deh kak. Gue mau minta doa ke Ken.” jawab Eca.

Aby mengangguk. Ia kemudian melajukan mobilnya menuju rumah sakit tempat Ken dirawat.

*

*

“Pagi Ken..” sapa Eca sambil mengganti bunga di vas kamar Ken. Setiap hari Eca selalu mengganti bunga itu. Ken sangat menyukai bunga lily putih, karena itu Eca selalu membelikannya.

“Lo kapan bangunnya sih! Gue kan udah bilang tidur terus itu bikin gendut! Lo mau badan yang lo bangga-banggain ini melar hah?” omel Eca. Eca duduk disamping Ken sambil menggenggam tangan Ken “Gue gak bisa lama-lama disini Ken, hari ini gue turnamen doain ya supaya bisa nambah jejeran piala basket kita..”

Eca mencium kening Ken cukup lama kemudian membisikkan sesuatu di telinga Ken “Cepet bangun Ken, gue kangen lo! Gue sayang banget sama lo!!”

Setelah itu Eca berjalan keluar dari ruangan Ken dan mendapati Handoko dan Aby tengah berbincang.

“Ayah, dari mana?” tanya Eca.

“Ayah dari luar Ca. Kamu sudah mau ke sekolah?” Eca mengangguk “Nanti ayah nyusul ya kesana. Ayah kan udah janji untuk lihat kamu turnamen..”

Eca menggeleng. Memang benar Handoko sudah berjanji padanya untuk melihat turnamen Eca kali ini. “Jangan yah, ayah gak usah nonton Eca turnamen. Ntar Eca suruh Caca videoin Eca main deh. Kan dia gak ikut main. Ayah disini aja tungguin Ken. Kali aja dia sadar.”

“Tapi Ca kamu beneran gak papa hem?” Eca lagi-lagi hanya mengangguk “Eca gak papa yah, yang terpenting sekarang bukan turnamen Eca, tapi kesadaran Ken.” Handoko memeluk anak gadisnya itu, kemudian mencium keningnya “Semangat sayang. Ayah yakin anak ayah ini bisa membanggakan sekolahnya lagi..”

“Aby titip Eca ya. Kalian berdua semangat jangan kasih kendor ke lawan..” Aby dan Eca mengangguk bersamaan.

“Eca pamit yah..” ucap Eca kemudian mencium tangan Handoko.

“Assalamualaikum..”

*

*

Eca tersenyum memeluk kedua sahabatnya. Lagi-lagi ia berhasil membawa nama baik sekolahnya. Meskipun kini ia mewakili kotanya dengan dua nama sekolah sekaligus, tapi ia yakin nama sekolahnya lah yang akan melejit.

“Lo keren banget gilaaaaaaaa..” teriak Caca.

“Lo juga keren Nad!” tambahnya..

“Kalau bukan karena Eca, kita gak akan menang..” sahut Nadine.

“Bella!!” teriak Eca sambil melambaikan tangannya ke anggota timnya itu. Tidak ada tanggapan. Bella hanya menatapnya datar. Akhirnya Eca memilih menghampiri gadis itu.

“Bella..” Eca mengulurkan tangannya agar bisa berjabatan tangan dengan Bella “Makasih ya lo dah mau jadi anggota tim gue, lo keren! Kalau bukan karena lo dan kedua sahabat lo, gue sama Nadine gak akan bisa apa-apa..”

Bella hanya menatap uluran tangan Eca dengan pandangan sinis. Eca yang merasa Bella menolak uluran tangannya segera menurunkan tangannya kembali. “Gue harap kita bisa jadi temen main basket diluar sekolah..”

Hening. Lagi-lagi tidak ada tanggapan dari Bella, ia justru memutar badannya meninggalkan Eca sendirian.

“Gila ya tuh cewek, bener-bener gak ada sopan-sopannya. Kalau gue jadi lo, udah gue gibeng tuh cewek!” sahut Nadine sambil berjalan menghampiri Eca.

“Keadaan abang lo gimana?” tanya Caca. Eca menggeleng “Belum sadar. Gue gak tau harus ngelakuin apa lagi.”

“Lo udah coba hubungi kak Tika pacar abang lo?” tanya Nadine.

“Nomer teleponnya gak aktif Ca, gue gak tau kenapa tuh cewek gak bisa dihubungi. Padahal setau gue hubungan mereka baik-baik aja..” jawab Eca.

“Ya udah, lo gak mau lihat Aby main?” tawar Caca.

Eca mengangguk “Lihat dong harus! Tapi gue mau ke toilet dulu sekalian ganti baju..” jawab Eca.

“Lo ganti baju juga gak?” ajak Eca.

Nadine mengangguk “Ca cariin kita berdua tempat ya. Gue sama Eca mau ganti baju dulu!!” pinta Nadine dan diacungi jempol oleh Caca.

Nadine dan Eca berjalan beriringan ke arah toilet. Diperjalanan ia melihat seseorang yang nampak familiar..

“Jadi lo udah jadian belum sih sama--” Nadine menghentikan ucapannya ketika menyadari Eca berhenti beberapa langkah dibelakang Nadine.

“Caa! Lo ngapain?” tanyanya.

Eca menggeleng “Lo duluan aja ya ketoilet nya, gue mau nyamperin temen gue dulu!?” jawab Eca sambil berlari meninggalkan Nadine.

“Emang Eca punya temen selain gue sama Caca ya?” gumam Nadine. Tanpa berpikir panjang, Nadine melanjutkan perjalannya ke toilet.

*

*

“KAK TIKAAA!!” teriak Eca. Ia berjalan mendekati perempuan itu dengan wajah menahan marah.

“Eca. Selamat ya lo tadi keren banget.” Sahut Tika saat mendapati adik pacarnya yang memanggilnya barusan.

Eca menampar pipi Tika sangat keras “Lo ada hubungan apa sama Ary?”

Tika terkejut mendengar pertanyaan Eca. Bagaimana bisa Eca menanyakan hubungannya dengan Ary.

“Lo pacaran sama Ary? Kak lo gila atau gimana sih? Abang gue itu lagi koma! Pacar lo, Ken lagi sekarat kak! Dan lo disini malah asyik berduaan sama si Ary!!”

“Lo mantan sekolah sini! Lo tau gimana bejad nya Ary! Gimana brengseknya Ary! Ngapain lo masih mau pacaran sama dia hah?”

Tika hanya menunduk terdiam mendengar ucapan Eca “JAWAB GUE KAK!!!”

“Dia pacar gue! Ada yang salah hm?” tanya seseorang dari belakang Eca.

“SALAH BEGO! Dia pacar abang gue!!” jawab Eca.

“Oh ya? Sejak kapan??” Ary berjalan mendekati Eca dan menjauhkan Tika dari jangkauan Eca “Tika udah pacaran sama gue dari dia duduk di kelas 3 SMA. Lo pikir sendiri berapa tahun dia pacaran sama gue! Terus lo bandingin waktu dia pacaran sama abang lo! Baru deh lo paham alurnya!!”

Eca menggeram pelan. Ia mengepalkan tangannya erat. Tak disangka gadis cantik itu ternyata selama ini mempermainkan abangnya. “DASAR JALANG LO TIKA!!” teriak Eca sambil mengangkat tangannya hendak menampar Tika. Namun berhasil di cekal oleh Ary.

“Jangan pernah sentuh Tika!!” ucap Ary penuh penekanan. Ia langsung menghempaskan tangan Eca begitu saja. Kemudian ia berbalik menghadap Tika.

“Sayang, kamu tunggu di mobil aja ya, dia biar jadi urusanku!!” ucap Ary. Tika mengangguk. Kemudian ia berjalan menjauhi Ary dan juga Eca.

Ary berbalik kembali menghadap Eca dengan tatapan tajam “Daripada lo pusingin abang lo. Mending lo jadi pacar gue aja. Gue bakal tinggalin Tika dan biarin dia balik ke abang lo! Asalkan lo jadi pacar gue.”

“Ciiih!!”

“Gue gak akan pernah mau jadi pacar lo! Gue geli Ry lihat lo yang sekarang. Bener-bener sampah hidup lo!!”

Plaakkk..

Ary menampar pipi Eca keras. “MAU LO APA RY? GUE UDAH BILANG DULU JANGAN PERNAH GANGGUIN KELUARGA GUE!!”

Ary tersenyum sinis mendengar teriakan Eca “Gue gak ganggu keluarga lo! Gue kan udah bilang Tika itu pacar gue dari kelas 3 SMA. Gue yang pacaran duluan sama dia bukan abang lo!!”

“Lo bohong!!” sahut Eca sambil menunjuk wajah Ary “Lo gak mungkin bertahan sama satu cewek selama 2 tahun!!”

Ary mengangkat tangannya hendak menampar pipi Eca lagi, namun gerakannya kali ini berhasil ditahan Eca. Eca segera memelintir tangan Ary dengan keras “Harusnya lo berterima kasih sama gue dan juga Ken. Kalau bukan karena kami berdua, lo udah mati waktu itu!!” ucap Eca pelan. Ary menggeram kesal mendengar ucapan Eca. Ia segera menendang kaki Eca dan membuat Eca tersungkur.

“Aaahhh!!”

“Makasih! Lo dengar itu kan? Jadi lo nunggu ucapan terima kasih gue hah selama ini??” tanya Ary sambil menjambak rambut Eca.

“Kalau aja lo cowok udah gue habisin dari tadi!!”

“Kenapa? Lo.. takut sama gue??” jawab Eca pelan. Kepalanya pusing, karena ketika ia terjatuh tadi kepalanya terhantup dinding.

“Gak ada kata takut di kamus Ary!”

“Kalau gi..gitu habii..siin gue...” sahut Eca.

“Kenapa Ca? Kenapa lo jadi lembek gini? Bukannya lo jago berantem? Bukannya lo pemegang sabuk hitam di karate?”

Benar yang diucapkan Ary. Eca adalah pemegang sabuk hitam di seni bela diri karate. Tetapi sayangnya ia sudah berjanji pada ayah dan juga abangnya, ia tidak akan berkelahi lagi dan menggunakan kekuatannya untuk menghajar orang.

“Lemah lo!!” teriak Ary sambil menginjak tangan Eca dengan sepatunya.

“Sakit bego!!”

Ary menjambak sekali lagi rambut Eca kemudian menghempaskan kepala Eca sehingga membentur dinding untuk kedua kalinya. Saat ia ingin menghabisi Eca, suara teriakan seseorang terdengar dari belakangnya..

“WOY!!”

*

*