Lo itu lucu! Gue suka!!
~Eca
*
*
*
“Ini minum..” ucap Aby sambil memberikan sebotol air mineral pada Eca. Kini mereka berdua ada dipinggir lapangan. Eca baru saja selesei berlatih, dan sekarang adalah jam istirahat bagi anak-anak basket.
“Makasih kak..” jawab Eca sambil mengambil botol itu dari tangan Aby.
“Gue ngerasa tua banget waktu lo panggil kakak. Padahal kita seangkatan..” seru Aby.
Eca tersenyum kemudian menjawab ucapan Aby “Gak ada salahnya kan gue panggil lo kakak? Lagian ya seangkatan bukan berarti seumuran.” Sahut Eca.
Aby tersenyum mendengar jawaban Eca “Btw kak, gimana rasanya dipimpin sama David?” tanya Eca. Kapten tim basket putra dimenangkan oleh SMA Harapan 02. Sama seperti Eca, maka David lah yang menjadi kapten untuk tim Aby.
Aby mengedikkan bahunya “Yah tanpa gue jelasin kayaknya lo tau jawabannya.”
“Lo sendiri? Lo jadi kapten di tim basket putri mungkin udah biasa, tapi rasanya mimpin anggota gengnya Bella gimana?” tanya Aby.
“Gengnya Bella?” tanya Eca sambil mengerutkan keningnya “Maksud lo Lala sama Nindy?” Aby mengangguk.
“Oh, menurut gue wajar aja kalau mereka masih gak terlalu suka sama gue juga temen-temen gue. Gue sempat heran cewek alay gitu bisa ya jadi kapten basket sekolah lo?”
Aby mengedikkan bahunya “Dia alay, dia suka ngatur. Tapi gue akui dia jago sama kayak lo kalau main basket.”
Eca tersenyum geli “Jadi lo udah akui kalau gue jago basket?”
“Tanpa gue jawab, lo pasti ngerasa lo hebat kan??” Eca tertawa mendengar ucapan Aby. “Lo tuh lucu ya kak?”
“Lucu??” tanya Aby heran.
“Jadi gini..” Eca memposisikan duduknya agar berhadapan dengan Aby “Lo tau kan seberapa populer lo di sekolah gue? Anggaplah ya kayak David yang populer di sekolah lo! Bedanya kalau David suka tebar pesona, sedangkan lo? Suka tebar kejutekan!”
“Terus??”
“Terus banyak orang yang bilang kalau lo itu jutek, dingin, gak asik tapi plusnya lo itu ganteng, keren blablablabla..” jelas Eca.
“Menurut gue, lo gak dingin, lo asik. Iya sih memang jutek gue akui itu. Karena pertama kali kita ketemu gue udah ngerasain kejutekan lo!”
“Sekarang masih jutek?” tanya Aby. Eca menggeleng “Enggak sama sekali. Lo baik, perhatian sama gue. Kemren lo udah tolongin gue, lo udah nemenin gue dirumah sakit. Terus sekarang lo dah beliin gue minum.”
“Jadi plus nya nambah minusnya kurang ya sikap gue?” Eca mengangguk “Iya, sifat jutek gue blacklist dari sifat lo! Lo gak jutek!!”
“Menurut gue, lo yang lucu!” ucap Aby sambil mengacak rambut Eca. Tubuh Eca membeku menerima perlakuan Aby. Selama ini hanya Ken, abangnya yang selalu mengacak-acak rambut Eca.
“Lo lucu waktu lo manyun, lo lucu waktu lo ketawa sama temen-temen lo. Lo juga lucu waktu lo panik. Ekspresi lo yang lucu kalau lo panik.”
“Panik kok lucu sih kak?” tanya Eca sambil memanyunkan bibirnya “Lucu aja gak tau kenapa, udah deh gak usah manyun-manyun gitu..”
“Hehe..” Eca nyengir kuda menunjukan lesung pipi dikedua pipinya.
“Eca!?” panggil Caca sambil melambaikan tangan dari sebrang lapangan.
“Gue samperin temen-temen gue dulu ya kak..” seru Eca. Aby mengangguk. Setelah mendapat anggukan dari Aby. Eca berlari menghampiri Caca. “Apaaan?”
“Tadi kita nyariin lo, ternyata malah asyik berduaan sama Aby. Katanya lo mau pinjam novel di perpus? Gih pinjam! Pumpung latihannya masih istirahat.” jawab Nadine.
“Yuk ke perpus!” ajak Eca.
“Gue sama Nadine baru aja dari sana. Lo sendiri aja gih. Kita tunggu dikelas ya..” seru Caca kemudian melangkah meninggalkan Eca.
Eca menghembuskan napasnya kasar lalu berjalan ke arah perpustakaan sendirian.
“Semoga tuh novel belum ada yang baca deh! Kalau ada yang baca semoga dah dikembaliin!!” gumam Eca sambil mempercepat langkahnya agar sampai di perpus.
Sesampainya diperpus, Eca segera ke rak tempat novel itu disimpan. Ia mencari dari rak yang paling atas sampai yang paling bawah belum ketemu sama sekali.
“Duh novelnya kok ga ada ditempatnya ya? Jangan-jangan dah ada yang pinjam duluan. Yahh padahal gue suka banget sama ceritanya..” gerutu Eca sambil tangannya terus mencari novel yang ia suka.
“Dimana yaaa??” tiba-tiba seseorang menegurnya “Cari ini?” tanya nya sambil menunjukkan sebuah novel yang dari tadi ia cari.
Eca menoleh kemudian tersenyum “Ekh iya, lagi lo baca ya?” tanya Eca sambil menatap buku itu.
Orang itu menggeleng “Gue udah selesei baca ini. Kalau mau baca silahkan..” ucapnya kemudian memberikan buku itu pada Eca.
“Jangan nyesel tapi baca ini, endingnya gantung soalnya!?” lanjut orang itu.
Eca menerima buku itu dengan setengah hati “Serius gantung?”
“Duh ga asik dong kalau gantung, tapi gue udah terlanjur suka..” gumam Eca pelan.
“Kalau suka lanjutin aja, cuma ya gitu..” sahutnya kemudian pergi.
“Lo ada sequelnya gak??” tanya Eca, tapi saat Eca mendongak, orang itu sudah pergi entah kemana.
“Ahh sial! Padahal gue dah seneng waktu tau Atha suka juga sama Aletha, kok malah ada sequel nya sih!!”
Eca membuka cepat lembaran buku itu (buka asal gitu loh gaiis kayak kita kalau mau cium baunya buku baru) tiba-tiba saja ada selembar kertas yang jatuh di dekat kakinya.
Eca menunduk kemudian mengambilnya.
gue sama seperti Atha, menyukai Aletha dalam diam.
Sayangnya lo gak seperti Aletha yang menyukai gue secara terangan-terangan.
Gue yakin, lo akan melirik keberadaan gue cepat atau lambat..
~Atha-ku
“Punya nya cowok tadi kali ya?” gumam Eca, kemudian ia menghampiri mbak-mbak penjaga perpus.
Setelah berhasil meminjam novel itu, ia menuju ruang ganti untuk mengganti bajunya menjadi seragam seharusnya.
*
*
“Ca!!” panggil Caca dengan suara yang tertahan. Pasalnya mereka sekarang sedang pelajaran bu Novi, guru yang terdengar killernya..
“Eca kenapa sih?” tanya Nadine yang duduk sebangku dengan Caca. Caca menggeleng, ia tidak mengerti kenapa sahabatnya itu melamun sedari tadi.
Kemudian Caca melemparkan segumpal kertas (bukan segumpal darah!) kearah Eca dan membuat Eca tersentak kaget.
“Caca! Apaan sih??” seru Eca pelan.
“Lo ngapain ngelamun??” tanya Caca.
Eca tersenyum kemudian menggeleng “Kepo lo-lo pada!!”
Eca pun kembali ke dunia buatannya sendiri, suara bu Novi kembali hilang tak terdengar di telinga Eca.
Ia terus membayangkan Aby, laki-laki yang baru dua hari ini dia kenal baik. Meskipun dipertemuan awal ia terkesan jutek, makin kesini ia merasa Aby mampu membuatnya nyaman dan tertawa seperti saat ia sedang bersama kedua sahabatnya.
“Mungkin ini waktunya gue buka hati..” gumam Eca pelan.
“Lo lucu kak, gue jadi suka..”
*
*