“Ca, ada apa?” Aby berjalan cepat menyusul Eca yang ingi segera masuk ke rumahnya “Gak papa kak!” jawab Eca sambil membalikkan badan menghadap Aby.
“Astaga!” Aby menghentikan langkahnya sebelum ia menabrak tubuh Eca “Kalau mau berhenti bilang-bilang! Jangan asal stop aja weh! Nabrak tau!!” omel Aby.
Eca mengerucutkan bibirnya kesal “Udah kakak pulang aja!!”
“Lo kenapa? Gue ada salah?” tanya Aby sambil menarik tangan Eca, menahannya agar ia tidak pergi “Gak tau kak, gue lagi capek aja kayaknya..” jawab Eca.
“Bohong!!” sahut Aby.
“Kok malah gue yang dituduh bohong?” sewot Eca.
“Gue nih yang salah??” tanya Eca lagi. Aby terdiam, ia bingung harus menjawab apa. Sepertinya tamu bulanan Eca sedang mampir makanya sikap Eca sedikit aneh sejak dari toilet tadi..
“Oke, oke gue yang salah.” jawab Aby pelan “Tamu lo lagi datang ya? Makanya lo tiba-tiba bete gini?”
Eca melotot mendengar pertanyaan Aby, bisa-bisanya Aby berpikiran kesitu “Otak lo kudu dibersihin kak biar gak kotor terus!!” jawab Eca kemudian menghempaskan tangan Aby dan segera berjalan meninggalkan Aby.
“Kok otak gue malah dibilang kotor?” gumam Aby pelan. Ia berteriak memanggil Eca. Namun nihil hanya suara debrakan pintu yang terdengar di telinga Aby “Tuh bocah bener-bener bete sama gue. Astaga..”
Aby berjalan ke mobilnya kemudian segera melajukan mobilnya diatas rata-rata.
*
*
Hari ini Aby lebih memilih diam tanpa menanggapi ocehan busuk kedua sahabatnya. Terkadang sesekali ia ikut nimbrung dan tertawa karena mereka. Tapi kali ini hanya di tanggapi dengan senyuman tipis atau bahkan ia menampilkan wajah datarnya.
“Heh lo kenapa?” tanya Fahri.
Aby menggeleng “Bosen gue.”
“Mau coba ngbolos gak?” ajak Hendra. Fahri tertawa mendengar ajakan Hendra “Orang pintar plus polos gini lo ajak bolos! Dih gak mungkin mau..”
“PAGI ABY KU SAYAAAAAANG!!!!!” teriak seseorang dari depan pintu. Gadis itu berjalan mendekati Aby lalu duduk diatas meja didepan Aby “Kamu kenapa kok mukanya ditekuk gini?”
Aby menghembuskan napasnya gusar. Sepertinya bolos adalah pilihan yang paling tepat “Kuy..” ajak Aby pada Hendra dan juga Fahri.
“Mau kemana By? Kok pertanyaan aku gak dijawab?” sewot gadis itu, Stella. Gadis itu adalah gadis yang sedari dulu selalu mengikuti langkah Aby kemana-mana mulai dari mereka duduk dibangku menengah pertama. Tapi semuanya sama aja, Aby tidak pernah bisa menganggapnya lebih.
“Kalian jadi bolos gak?” tanya Aby kesal. Dua sahabatnya itu malah diam saja tak menggubris ajakannya.
“Kalau kamu bolos, aku bakal laporin kamu ke mamah kamu!” sahut Stella sambil berdiri dihadapan Aby. Aby menggeram kesal, benar-benar ia memanfaatkan mamahnya untuk mengekang semua apa yang dilakukan Aby.
Aby berjalan keluar kelas, ia tak peduli dengan umpatan Stella dan juga kedua sahabatnya.
“Aaaahhh gilaaaaa.....” teriak Aby sambil menarik rambutnya frustasi.
“Lo kenapa?” tanya seseorang dibelakang Aby. Aby menoleh menatap seseorang dibelakangnya “Gue gila Jon!?”
“Kenapa? Karena Eca??” sahut Joni. Joni terdiam, dia salah pertanyaan. Bagaimana mungkin ia tahu soal Eca..
“Eca? Lo tau darimana soal Eca?” tanya Aby menatap Joni tajam.
“Eee... gue.. gue tau dari instastory, iya dari instastory lo!”
“Oh lo masuk daftar teman dekat gue ya.. gue lupa.” Joni tersenyum, ini kesempatan dia untuk mencari tahu seberapa jauh hubungan Aby dan juga Eca.
“Jadi lo gak mau cerita ke gue soal Eca? Gue sebagai temen dari kelas 10 kemaren merasa terkejut gitu kan ya. Sosok Aby kini memiliki dambatan hati. Gue kira lo bakalan jadian sama si Stella ternyata justru sama tetangga sebelah.”
Aby menggeleng “Gue gak ada apa-apa sama Stella. Gue juga gak ada apa-apa sama Eca.”
“Lo belum jadian sama Eca?” tanya Joni. Aby menggeleng “Belum. Gue juga gak tau Eca gimana ke gue. Tapi udah lah itu gak penting. Gue duluan ya..” Aby berjalan menjauhi Joni yang sebenarnya masih mau mengoreknya lebih dalam.
Aby berpikir keras bagaimana caranya meminta maaf pada Eca. Sejak semalam, telepon dan pesannya belum ada yang dibalas satupun.
“Gue gak pernah berantem sama cewek, sekalipun berantem Cuma sama mamah. Kalau gue cium pipinya, mamah gak akan marah lagi sama gue. Kalau gue gitu ke Eca juga kayaknya gue bakal dibunuh..” gumam Aby sambil berjalan ke arah kantin. Tempat yang paling sepi ketika pelajaran dimulai.
*
*
Aby menyandarkan tubuhnya pada Copen silver miliknya, berharap Eca bersedia pulang dengannya.
Setelah menunggu hampir 15 menit, akhirnya 3 perempuan yang baru beberapa hari ini ia kenal nongol.
“Ecaa..” Aby berjalan pelan menghampiri Eca dan kedua sahabatnya.
“Uh waaawww... gue sama Caca balik duluan ya. Aby kita duluan ya..” seru Nadine kemudian meninggalkan Eca dan Aby.
“Kok gue ditinggal? Gue pulang sama siapa dong?” gerutu Eca.
“Lo masih marah sama gue? Gue salah apa??” tanya Aby pelan. “Jelasin napa sih masalahnya Ca!? Gue gak pernah berantem sama cewek selain nyokap gue. Lo perempuan pertama yang dekat sama gue. Yang berhasil buat gue nyaman.”
Eca menatap Aby tajam “Oh ya?” jawab Eca, kemudian ia berjalan berniat menjauhi Aby. Namun langkahnya berhenti karena tangannya di cekal oleh Aby “Jelasin dulu ke gue. Jangan asal pergi.”
“Lo pikir sendiri aja.”
“Ca!! Gue paling gak suka kalau gue nanya lo gak jawab!!” sungut Aby.
“Gue juga gak suka dipaksa!” sahut Eca.
Tiba-tiba muncul David dari belakang Eca..
“Anjir ada nih kutu babi lagi..” gumam Aby.
“Eca sayang lo kenapa? Mau pulang bareng gue?” ajak David.
Eca mati kutu. Bingung harus pulang dengan siapa. Salahnya sendiri kenapa ia tidak membawa mobil tadi pagi. Kedua sahabatnya juga sudah pergi meninggalkannya.
“DEVAN!!!” teriak Eca sambil melambaikan tangannya pada sosok laki-laki yang berdiri di samping sebuah mobil Suzuki Ciaz.
“Kalian pulang bareng aja. Gue mau pulang sama Devan!?” seru Eca kemudian berlari mendekati Devan.
“Gara-gara lo!” sungut David.
“Heh babi! Yang tiba-tiba nongol tadi siapa? Kok gue yang dimarahin!”
“Mending lo jauhin Eca! Kalau Eca pacaran sama lo, gue gak yakin dia bahagia! Lo pasti akan menomor dua kan Eca kan? Lo kan gila basket! Pasti lo lebih utamain basket!!”
Aby berjalan mendekati David kemudian berbisik “Gue gak akan lepasin Eca untuk laki-laki macam lo! Kenapa? Karena gue tau sebrengsek apa lo!!” Aby menepuk dua kali bahu David kemudian berjalan kearah mobilnya.
*
*
Kini Aby berdiri didepan bangunan dua tingkat itu, kemudian mengetuk pintunya berharap si punya rumah mau membuka kan pintunya.
“Ken!!” seru Aby saat melihat pintu rumah terbuka dan melihatkan anak tertua pemilik rumah itu.
“Hoy!! Kenapa bro? Gue kira tadi yang antar Eca pulang itu lo.” Sahut Ken sambil membuka pintu lebar-lebar dan mempersilahkan Aby masuk.
“Caaaaaa lo dicariin Aby nih!! Sini turuuuuunnnnnn!!!!!!!” teriak Ken diujung tangga yang menuju kamarnya dan juga adiknya.
“Percuma lo teriakin Eca ngasih tau gue disini. Dia lagi ngambek sama gue. Gak tau salah gue apa!” sahut Aby sambil menyandarkan tubuhnya pada sofa. Sejak Ken sadar, ia jadi punya tempat tongkrongan lagi. Selain rumahnya, rumah Fahri, rumah Hendra, ia punya rumah Ken untuk dijadikan tempat bersantai, karena mereka berdua adalah sahabat sejak kecil.
Ken berjalan mendekati Aby dan duduk di sebrangnya “Adek gue ngambek sama lo? Serius? Adek gue jarang ngambek sama orang By. Kalau cuek memang iya. Tapi kalau ngambek, selain sama gue ya gak pernah!!”
“Iya sekarang pernah kan? Dia ngambek sama gue!” sungut Aby “Gimana caranya ngomong sama adek lo woy! Gue gak ngerti sama sekali, gue gak pernah berantem sama cewek. Baru ini anjir!!”
Ken tertawa mendengar penjelasan Aby “WOY!! Lo serius gak pernah berantem sama cewek?”
Aby menggaruk kepalanya yang sedikit gatal, sepulang ini ia harus keramas. Pasti gatal karena ia berdiri lama diparkiran tadi sambil menunggu Eca pulang.
“Kalau berantem pernah sih. Cuma gak pernah sepanik ini. Gue mah bodo amat kalau ada yang bete sama gue, kesel sama gue--”
“Terus kenapa Eca bete lo panik?” potong Ken.
Aby gelagapan bingung harus menjawab apa. Ia sendiri bingung mengapa ia sepanik ini saat tahu Eca ngambek sama dirinya.
“Gue.. gue ngerasaa--”
“Lo suka sama adek gue?”
*
*