16. Pengakuan (3)

Aby menghempaskan tubuhnya di kasur miliknya. Ia kemudian mencabut salah satu foto Eca saat mereka pertama kali bertemu.

“Lo berhasil buat gue jatuh cinta Ca sama lo...” gumam Aby pelan.

“Gue harus apa supaya gue bisa narik perhatian lo Ca? Gue lihat lo akrab banget sama cowok kulkas itu. Lo suka sama dia?” tanya Aby pada dirinya sendiri.

“Lo ngomong kalau lo suka sama dia!” sahut seseorang dari pintu kamar Aby, Hendra.

“Heh babi!” sungut Aby “Nyambung aja!”

Hendra tertawa kemudian duduk di kursi belajar Aby “Gue seneng akhirnya temen gue yang jomlo ini bisa suka juga sama cewek. Gue kira lo bakal berakhir sama Stella. Untungnya ada Eca.”

Aby menggeleng, “Gue gak yakin gue bisa berakhir sama Eca. Lo tau sendirikan tante Tasya gimana? Lo tau juga sikap posesifnya Stella gimana?”

Hendra mengerutkan dahinya “Lo sama Stella gak pacaran kan?” tanya Hendra penuh selidik.

Aby terdiam. Dia sendiri bingung dengan dirinya juga hubungannya dengan Stella.

“By jangan bilang lo--” Aby mengangguk “Gue udah pacaran sama Stella.” ucapnya pelan.

“Anjing! Kalau gitu ngapain lo dekatin Eca lagi?” teriak Hendra.

“Gue suka sama Eca, gue sayang sama dia! Gue nyaman sama dia Hen!!” ucap Aby frustasi.

“KALAU LO SAYANGNYA SAMA ECA NGAPAIN JADIANNYA SAMA STELLA BANGSAT?!” teriak Hendra penuh emosi.

“Lo tau kan, Eca bukan cewek yang sembarangan akrab sama cowok. Gue sama Fahri jauh lebih dulu kenal sama dia, tapi kami gak bisa sedekat lo sama dia. Lo tau David kan? Sepopuler-populernya David, Eca juga gak sedekat itu sama dia, padahal berita soal David suka sama dia itu udah lama! Dan lo tau, karena penolakan Eca yang terus-terusan yang ngebuat David jadi player kayak sekarang!”

Aby terdiam, ia merutuki dirinya sendiri karena menyetujui perjanjian antara dirinya dan juga Tasya, nyokapnya Stella.

“Gue bakalan jauhin Eca.” jawab Aby pelan.

Hendra berdiri menarik-narik rambutnya frustasi “Lo polosnya kelewatan bego! Lo ngelepasin cewek kalem kayak Eca demi cewek gatel kayak Stella? Otak lo dimana?”

“Otak gue ya dikepala gue lah!” sungut Aby.

“By, ini beneran lo hem? Gue gak salah denger kan?” sahut seseorang, lagi-lagi didepan pintu. Bukan lagi Hendra, melainkan Fahri.

“Mana sikap jutek lo ke Stella yang selama ini lo lihatkan ke kita-kita kalau dikelas? Mana sikap dingin lo, sangar lo yang sering lo kasih ke Stella?” tanya Fahri sambil berjalan memasuki kamar Aby.

“Gue gak bisa lepasin Stella!” jawab Aby.

“SEPENTING ITU STELLA BUAT LO?” teriak Fahri kesal. Ia mulai terpancing emosi karena ucapan Aby.

Aby terdiam, dia memejamkan matanya, panas rasanya, sakit rasanya untuk mengakui itu “Stella jauh lebih penting dari hidup gue gengs!”

Fahri menarik napasnya pelan, kemudian menatap Aby, mencari celah kebohongan disana, dan BINGO! Ia mendapatkan kebohongan itu.

“Ada sesuatu yang gak lo ceritain kan ke kita? Gue tau lo bohong! Gue tau lo cintanya sama Eca. Lo gak pernah foto obyek yang berbau perempuan By, tapi setelah lo foto Eca di kafe waktu itu, lo jadi suka obyek perempuan. Lo lihat pajangan fotografi lo--” Fahri menunjuk semua hasil jepretan Aby “Obyek perempuan lo disini cuma ada Eca dan nyokap lo! Gak ada Stella disini. Sudah jelas yang lo suka, sayang, cinta itu bukan Stella! Tapi Eca!!”

“Cerita sama kita By. Kita bukan temen yang baru kenal sehari dua hari. Seminggu dua minggu. Kita kenal udah dari kita smp. Udah dari kita masih pake putib biru. Mau apapun itu kita saling cerita kan?” ucap Hendra pelan.

“Ada sesuatu yang lo sembunyiin kan tentang Stella?” tanya Fahri penuh selidik.

“Gue ada perjanjian sama tante Tasya..”

*

*

“Pagi Aby ku sayang. Kamu mau aku beliin sesuatu gak? Soalnya aku mau kekantin..” tanya Stella pada Aby.

Aby terdiam. Ditatapnya kedua sahabatnya yang kini justru memandangnya dengan tatapan datar.

“Mau aku beliin roti gak?” tanya Stella. Aby terdiam, kemudian mengangguk “Mau.” jawabnya singkat. Stella tersenyum penuh kemenangan kemudian pergi keluar kelas.

“Lo gila anjing!” sungut Hendra. Aby sudah menceritakan semua tentang perjanjiannya dengan Tasya, dan itu justru membuat Hendra dan jug Fahri naik pitam. Bagaimana mungkin hal itu jauh lebih penting dari Eca.

“Anjing gila kali maksud lo?” sahut Aby. Ia tetap dengan pendiriannya. Baginya, jika memang Eca adalah jodohnya, suatu saat mereka pasti akan dipersatukan. Yang terpenting sekarang adalah hal yang sangat-sangat ia impikan sejak dulu. Basket.

“Gue gak salah denger? Lo ngeiyain tawarannya Stella?” tanya Joni, (iya Joni sahabatnya Devan. Jadi Joni ini satu kelas sama Aby.)

“Lo gak salah denger Jon!” jawab Aby pelan.

“Gue kira lo bakalan sama Eca By, secara kemaren selama di SMA Harapan 02 lo akrab banget sama dia.” sahut Lala.

“Stella pakai pelet kali.” celetuk Bella asal. Perempuan yang dibicarakan Bella datang, dengan tangan kanan membawa roti dan tangan kiri memegang sebuah botol aqua.

“Nih aku beliin roti sama minumnya.” ucap Stella sambil memberikan apa yang dia beli tadi dikantin.

“Makasih.” jawab Aby pelan.

“Ko, lo pindah sama Citra ya, biar Stella duduk sama gue.” seru Aby pelan, membuat Joko, teman sebangkunya tertegun “By? Lo sakit? Lo baik-baik aja kan? Kok lo mau duduk sama Stella?” tanya Joko beruntun.

“Dia lagi gak normal!” celetuk Fahri mulai kesal dengan sahabatnya itu. Pasti ada yang disembunyikan lagi sama Aby dari dirinya dan juga Hendra.

“Buruan pindah!” sungut Aby mulai kesal dengan keadaan kelasnya. Semua orang menatapnya aneh karena bisa bersikap baik pada Stella. Aby terkenal jutek pada semua perempuan apalagi Stella. Hanya didepan Eca Aby bisa bersikap ramah. Tetapi sekarang, laki-laki itu justru membela perempuan macam Stella.

Joko mengambil tasnya di laci dengan umpatan kasar pada Aby “Bisa-bisanya posisinya tersingkirkan dengan perempuan macam Stella. Jika ia harus pindah karena Eca, tidak masalah. Tapi ini karena Stella?

“Lo duduk sama gue sekarang.” titah Aby pada Stella. Stella tersenyum. Ia segera mengambil tasnya kemudian meletakkannya di samping Aby.

Mulai hari ini Aby jadi miliknya seutuhnya..

*

*

Aby berjalan cepat keluar dari kelas. Ia harus ke sekolah Eca menceritakan semuanya. Ia tidak mau gadis itu berlarut-larut marahnya. Sekalipun kini hubungannya dengan Stella mulai go public tetap saja. Ia tidak ingin mengecewakan gadis itu.

“Lo mau kemana? Tuh cewek lo nyariin lo dikelas tadi.” sindir Fahri.

“Gue mau ke sekolahnya Eca!” jawab Aby cepat sambil terus melangkah ke parkiran mobil.

“Ciih!!” Hendra berdiri tepat didepan Aby menghalangi langkah sahabatnya itu.

“Lo mau apa bangsat? Minggir! Gue harus ke sana!!” sungut Aby.

“Lo mau ngapain ke sekolah Eca? Mau jelasin kalau lo memang pacaran sama Stella? Lo mau buat dia sakit hati?” tanya Fahri sinis.

“Eca bakalan ngertiin gue kok!” jawab Aby yakin.

“Lo gak ada otak ya ternyata!” sungut Hendra “Cewek mana yang bisa ngerti, kalau cowok yang dia suka lebih pentingin cita-cita daripada dirinya, ditambah dengan dia harus ngelihat cowok itu tunangan sama cewek lain?” teriak Hendra.

Koridor sekolah sudah mulai sepi. Untungnya pertengkaran mereka tidak ada yang melihat.

“Oke, mungkin dia akan paham kalau lo lebih milih cita-cita lo daripada dia..” ucap Hendra pelan “Tapi...” Hendra menunjuk-nunjuk wajah Aby dengan penuh emosi “Tapi dia gak akan pernah rela ngelihat cowok itu tunangan sama cewek lain!” lanjutnya.

“Gue saranin lo pilih salah satu! Amerika atau Eca?” sahut Fahri. Mereka berdua segera meninggalkan Aby yang masih terpaku di tempatnya.

“ABY!” suara perempuan memecahkan lamunan Aby. Ia menoleh ke belakang, ternyata ada Stella, gadis yang kini menyandang status menjadi pacarnya.

Aaahh tidak sepertinya, Aby bahkan tidak pernah merasa menyatakan perasaannya pada Stella. Ia hanya menuruti permintaan Stella dan juga Tasya agar menjadikannya kekasih.

“Kamu mau kemana kok buru-buru? Aku kan pulang sama kamu!” ucap Stella.

Aby menatapnya datar “Gue udah turutin kemauan lo dan nyokap lo La! Jadi jangan ganggu gue sekarang. Ada yang harus gue lurusin ke Eca!”

“Eca lagi Eca lagi! Sekarang pacar kamu itu aku bukan Eca! Jadi berhenti bahas dia By!”

“Gue gak akan berhenti bahas dia! Karena sampai kapanpun lo gak akan pernah bisa gantiin posisi dia dihati gue!” sungut Aby.

“Ciihh!! Yang terpenting sekarang siapa yang ada didepan lo!” sahut Stella.

“Kalau lo berani nyamperin Eca, gue akan bongkar taruhan lo sama David didepan Eca, dan DOORRR Eca akan benci sama lo? Lo mau dibenci Eca hem?” ancam Stella.

“Kalau lo tetap sama gue. Tetap nurutin kemauan gue, gue akan pastikan lo masih boleh ketemu Eca, dengan syarat gue harus ikut kemanapun itu.”

“LO GILA LA!!” teriak Aby. Ia menarik rambutnya frustasi. Bagaimana bisa ia dihadapkan dengan pilihan yang sulit.

“Gue udah turutin kemauan lo untuk go public soal hubungan kita!” teriak Aby lagi.

Stella menggeleng “Itu belum go public. Gue mau lo bersikap manis sama gue didepan Eca, dan gue mau lo ngomong kalau lo sayang gue didepan Eca!!”

*

*