Leandro membuka matanya. Tangannya refleks memegang dada kiri , cukup lama. Kenapa rasanya begitu sesak sampai ia kesulitan bernafas? Suara langkah kaki yang mendekat membuat Leandro buru-buru melepaskan pegangannya.
"Kau kenapa?" Itu Sergio yang bertanya.
"Tidak apa."
"Lalu kenapa kau memegang dadamu seperti itu?"
"Aku tidak apa."
"Jangan berbohong. Kalau memang sakit katakan saja."
"Aku bilang tidak apa. Kenapa kau terus bertanya?"
Sergio menghela napas pendek. Ia sudah yakin kalau Leandro tak akan menjawab pertanyaannya seperti yang ia pikirkan. Dewa satu itu begitu keras kepala dan arogan, tidak mungkin ia langsung mengatakan apa yang ia rasakan padanya walau ia adalah gurunya.
"Aku tahu kau sedang tak baik. Apa karena Kalantha?"
Leandro kini menatap Sergio. Sergio mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa kau melihatku seperti itu? Aku benar kan?"