01

Jennie berlari dilorong kampusnya, ia terlambat. sedari tadi ia merutuki diri nya sendiri, bodoh. Mungkin kalau ia tidak menonton drama hingga larut malam, ia tidak akan sampai seperti ini. apalagi hari ini yang masuk adalah dosen killer kalau telat sedikit bisa rusak nilai mata pelajarannya.

"Maaf" ucapnya sambil berlari saat ia menabrak orang orang yang ada disana karena terburu-buru. sesekali jennie melihat kearah jam tangannya.

"Sial, terlambat lima menit"

Bugh

"Ah maaf, aku tak bisa membantu mu. Aku sudah terlambat, sekali lagi akun minta maaf" jennie membungkuk sambil mengambil bukunya yang terjatuh tanpa melihat wajah seseorang yang ditabraknya dan berlari lagi.

Orang yang di tabrak jennie mendengus kesal sambil membereskan buku-bukunya. Ya masalah nya orang itu juga telat ditambah lagi jennie menabrak dirinya dan membuat bukunya berserakan.

Sesampainya di depan kelas, jennie mengatur nafasnya dan merapihkan sedikit bajunya yang berantakan. Ia memegang knop pintu, oke apapun yang terjadi kau harus tetap masuk jen. Jennie memutar knop pintu itu, dosennya sedang menulis di papan tulis, ia berjalan mengendap-endap kearah mejanya takut dosennya akan melirik kearahnya detik itu juga.

"Jennie!" Jennie menegang saat mendengar suara berat itu, ia membalikan badannya dan berjalan kedepan kelas sambil menunduk.

"Sudah berapa kali kau telat di kelas ku?" Dosen itu berbalik kearah jennie yang sedang berdiri disudut ruangan.

"B-baru kali ini Prof " jennie sedikit mendongak untuk melihat ekspresi dosennya, tapi yang lihat hanyalah ekspresi datar dari dosennya itu.

"Benar itu Davin?" Tanya dosen itu sambil menghadap Davin, si penanggung jawab kelas sekaligus teman baik jennie. Davin hanya diam ia melihat ke arah jennie yang sedang mengangguk cepat sambil memohon, menyuruh nya untuk mengatakan iya. Faktanya jennie cukup sering terlambat.

"I-iya benar itu Prof " dosen itu menatap jennie lagi, membuat jennie kembali tertunduk. Dosen itu menghela nafasnya.

"Duduk lah, jika kau telat di kelas ku lagi. Jangan harap kau bisa masuk kelas apalagi mendapatkan nilai dari ku!" jennie membungkuk ke arah dosen nya, ia berjalan kembali ketempat duduknya, tepat di samping Davin.

"Daviin, Terimaksih " ucap jennie berbisik sambil mengeluarkan buku-bukunya.

***

"Ayo kekantin, aku yang teraktir sebagai ucapan termakasih karena kau sudah membantuku tadi" Davin mengangguk, tangannya langsung di tarik oleh jennie menuju ke kantin.

"Jennie lepas, lihat lah kita jadi bahan tontonan orang" Davn melihat sekeliling nya 'fans'nya jennie menatap nya dengan tatapan mematikan. jennie cukup populer di kampus, banyak orang yang tergila-gila karena kecantikannya.

Davin melepas genggaman tangan jennie. Jennie berjalan mundur, menghadap ke arah Davin yang terlihat risih dengan tatapan dari orang-orang dikantin.

Entahlah mungkin jennie sudah terbiasa dengan jalan mundur seperti itu.

Jennie menceritakan alasannya kenapa ia terlambat tadi pagi, membuat gaduh di lorong kampus karena ia berlari. Davin hanya terkekeh mendengar curhatan jennie itu. Jennie masih betah berjalan mundur, sampai akhirnya . .

"Awas jenn!" Jennie merasakan punggungnya menabrak sesuatu, jennie langsung berbalik. Terlihat seorang pria yang bajunya sudah basah karena terkena tumpahan air minumnya.

Pria itu melihat kearah bajunya sebelum melihat ke arah jennie, oke emosi pria itu memuncak. Pria itu memberanikan diri menatap orang yang menabraknya.

"Kau lagi?!" Jennie menautkan alis nya, 'Lagi' katanya? perasaan ia baru bertemu dengan gadis ini di kantin.

"Aku?" Jennie menunjuk dirinya sendiri.

"Iya kau! Kau yang menabrakku kan tadi pagi hingga buku ku berserakan?! Karena mu, aku tak di perbolehkan masuk ke kelas! Dan sekarang kau menumpah kan minumanku. ck yang benar saja!" Omel pria itu. Jennie pun ikut tersulut emosinya. Orang-orang di kantin pun sudah mengerubung melihat acara perkelahian mereka.

"Yak! Jangan berteriak! kupingku sakit. Lagi pula aku sudah meminta maaf" ucap jennie sambil mengusap kedua kupingnya. Pria itu mengepalkan tangannya bersiap untuk memukul jennie.

Davin yang sedari tadi hanya melihat adegan adu mulut itu dengan sigap menarik lengan jennie dan mengamankan jennie sebelum pria didepannya ini memukul jennienya.

"Yak! Pengecut jangan kabur kau!" Pria itu hendak menghampiri jennie tapi temannya dengan cepat menahan lengannya.

"Sudah lah, lagi pula dia tidak sengaja"

***

Jennie dengan cepat merapihkan bukunya dan segera menghampiri davin.

"Maaf, karena ku kita tidak jadi makan" Davin tersenyum dan mengangguk.

"Tak apa. Tak usah dipikirkan "

"Sebagai gantinya, bagaimana kalau aku menemanimu latihan?" Tawar jennie. Davin menggeleng cepat. Sebenarnya ia mau saja, tapi pasti jennie akan mengalihkan fokus orang-orang yang ada disana.

"Tidak usah, aku tidak ada latihan hari ini" Davin meninggalkan jennie sendirian di ruang kelasnya. Jennie menghela nafasnya, ia merasa tidak enak dengan davin karena kejadian tadi.

Tapi kalau di lihat lihat, pria dikantin tadi lucu juga.

Jennie menggeleng, menghilangkan pikiran pikiran anehnya dari kepalanya. Jennie mengambil tasnya bergegas untuk pulang.

***

"Kenapa sering sekali macet disini" Deo membunyikan klakson nya berulang kali. Ia mendesah frustasi. Hujan semakin lebat dan jalanan tidak menunjukan akan lancar kembali.

Deo menyandarkan tubuhnya, menatap keluar jendela berharap hujan akan berhenti detik itu juga.

Pandangannya kini tertuju pada gadis yang terduduk dihalte tak jauh dari mobilnya berhenti, gadis itu mendekap tubuhnya sendiri.

Perlahan mobilnya semakin mendekat ke halte itu, ia mengenali gadis itu. Gadis yang tadi memarahinya dikantin, gadis itu menaiki bus tepat di depannya

Deo masih tak terima dengan perlakuan gadis itu, ia berniat untuk membalas dendamnya hari ini juga. Deo memutuskan untuk mengikuti gadis itu.

Gadis itu turun dari bus, Deo memberhentikan mobilnya tak jauh dari halte tempat gadis itu turun. Deo mengetuk-ngetuk stir mobilnya, bagaimana caranya membalas dendam? Bus itu pergi, deo melihat genangan air didepan halte itu.

Ide itu melintas begitu saja diotaknya, deo mengangkat satu sudut bibirnya.

"ini waktunya" Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi melalui genangan itu. Benar saja, genangan itu membuat gadis yang duduk disana basah kuyup.

Deo tertawa terbahak-bahak di dalam mobilnya sambil melihat gadis itu yang menahan amarahnya dari kaca tengah dimobilnya.

"Satu sama nona" Deo melajukan mobilnya kembali untuk pulang ke rumah.

***

Jennie mendobrak pintu kamarnya, ia merasa sangat kesal. Pertama ia hampir diusir dari kelasnya tadi pagi, kedua ia menabrak minuman seseorang hingga tumpah, dan yang ketiga ia terkena cipratan genangan air kotor di dekat halte. oh ralat bukan cipratan melainkan tersiram air kotor.

"Mobil hitam terkutuk! liat saja jika aku melihat mobil itu lagi" gumam jennie sambil mengepalkan tangannya keudara.

jennnie menghela nafasnya, menenangkan dirinya sebisa mungkin. Hari sial baginya.

.

Selesai berpakaian Jennie merebahkan dirinya di kasur, sambil melihat lihat pesan yang masuk. Tak ada yang penting, ia menaruh ponselnya kembali ke nakas.

Akhir nya bisa tidur lebih awal, belakangan ini Jennie tidur larut bahkan tak tidur demi mengejar skripsi nya. Memang mahasiswa tingkat akhir begitu, sibuk sekali sampai sampai waktu tidur pun tidak ada. Baru saja ingin menyelam kealam bawah sadarnya, tiba tiba ponsel nya berdering nyaring. Mau tak mau ia membuka mata nya kembali untuk meraih ponsel nya dan menaruh di telinga.

"Yak, apa kau tidak tau waktu?"

"Jennie! dimana sopan santun mu saat berbicara dengan orang tuamu, huh?!"

Jennie langsung menjauhkan ponselnya untuk melihat id panggilan di layar ponselnya. Matanya membulat sempurna, kantuknya hilang begitu saja saat ia tahu ibunya yang menelfonnya.

"maaf ibu, aku mencintaimu"

Jennie langsung mematikan panggilan, takut kena omel ibunya. Lebih baik ia tidur sekarang, besok ia tak mau terlambat kembali.

***

"Gia!! lia!" teriak Jennie saat melihat sahabat nya berada di area parkir.

"Kau tidak terlambat lagi?" Ejek lia.

jennie hanya mendengus kesal.

"Sudahlah lia, aku tak mau membahasnya"

Mereka berjalan beriringan, tiba-tiba mobil hitam melewati mereka, Jennie sedari tadi memperhatikan mobil hitam itu. Seperti nya ia pernah melihat mobil itu, tapi dimana?

Seketika ia mengingat mobil yang melalui genangan air dengan kecepatan penuh.

Jennie langsung bergegas menuju mobil itu dengan emosi yang siap meledak, tangannya pun sudah mengepal.

"Mau apa dia ke mobil nya Deo?" Tanya Gia, lia mengangkat bahunya tidak tau.

"Seperti nya akan ada perang lagi seperti kemarin dikantin, lebih baik kita kesana" lia dan gia berlari menyamakan langkahnya dengan jennie.

Jennie sudah berada disebelah pintu kemudi, ia langsung mengetuk kaca mobil. Jennie menaruh tangannya di pinggang, bersiap untuk memarahi orang di dalam.

"Keluar kau!" Teriak Jennie dari luar, Deo yang didalam mobil melihat jennie dengan malas. Ia membuka pintu mobilnya dan melangkah kakinya keluar dari mobil.

"Ada apa nona?" Tanya deo sambil membuka kacamata hitamnya

"Kau yang kemarin melewati genangan air di depan halte dengan kecepatan tinggi kan?!" Jennie sudah meremas kerah kemeja deo. Lia dan gia sedari tadi sudah menahannya dan membujuk jennie untuk tidak melakukan hal-hal aneh, tapi tetap saja. Keras kepala memang.

"Maaf nona, seperti nya kau salah orang" ucap deo santai. deo menatap gia dan lia dengan tatapan 'tenang saja ia tak akan berani menghajar ku'.

"Bagaimana bisa aku salah orang, aku ingat betul mobil hitam ini" deo terkekeh, jennie sedikit mengendurkan remasannya dikerah deo.

"Yang punya mobil hitam seperti bukan hanya aku, jadi lepas kan tangan kotor mu dari kerah ku" deo melepaskan tangan jennie yang ada di kerahnya dan berjalan menuju kelasnya

"YAK! Aku akan buktikan kalau itu adalah mobil mu" teriak jennie

"Coba saja" deo membalas teriak, jennie sudah meremas tangan nya sendiri sampai buku buku tangan nya memutih.

"jennie sudah lah, ayo masuk ke kelas" lia dan gia membawanya menjauh dari parkiran.