"Mama, I'm Coming Home"

Semilir angin lembut bertiup pelan dipegunungan Dukagjin bagian utara Albania itu. Letaknya disebelah timur kota kuno Shkodra. Disebelah utaranya terlihat aliran sungai Drin yang mengalir tenang menghanyutkan. Sangat indah dan damai. Sementara putihnya puncak Maja Jezerce setinggi 2694 m nampak terlihat diantara rangkaian pinus disekitar tanah pegunungan ini.

Sebuah tempat peristirahatan terakhir yang sempurna bagi Dukagjin Dubrovka.

Abi nampak berdiri didepan para peziarah yang datang melayat. Terlihat ayah beserta istrinya. Kemudian Ang Bun How dengan perwakilan 888 B dan Lotus Family. Mereka-lah yang membeli sehektar tanah dipegunungan ini untuk menghormati Dukagjin.

Opa Maleek juga nampak hadir. Kemudian Ardjan, Bogdan, Ismael dan Enver. Semua membawa anak istrinya. Abi nampak memakai setelan yang sama persis saat di basemen Lauw Hotel seminggu yang lalu. Baju putih dan ripped jeans.

Namun ia membalut tubuhnya dengan jaket kulit Dukagjin yang bergambar elang Shqiperia dipunggungnya. Gambar elang yang tertembus peluru saat melindungi tubuh Abi dan Alex. Gambar yang bertuliskan semboyan rakyat Albania.

"Ti Shqipe. Me Jep Nder. Me Jep Emrin Shiqipetar"

"Kamu Albania. Berikan Diriku Kehormatan. Berikan Diriku Nama Albania"

Itulah arti semboyan itu. Membuat setiap orang mengucurkan airmatanya.

Namun di depan para pelayat itu, Abi nampak tegar menahan tangis. Ia berdiri sambil membuka catatan yang sedari tadi dipegangnya. Kemudian ia mengangkat wajahnya. Menatap lekat ke depan. Berusaha terlihat kuat. Sayang, apa daya ternyata air mata itu mengalir pelan. Perlahan ia membacakan catatan itu.

"I only met him once to remember him forever"

"He is and always will be my best friend"

"There will be a hole in my heart that will never heal" lirih Abi terisak pelan.

Para tamu nampak mengusap air mata yang mengalir. Ardjan yang datang dengan kursi roda nampak sangat terpukul. Pria sedingin batu es itu nampak tersenggal-senggal. Putra-putrinya nampak memeluk tubuh Ardjan erat. Sementara istrinya membelai rambut Ardjan yang putih. Ia sangat terguncang.

Enver nampak berjongkok. Ia tidak sanggup berdiri. Sementara Ismael dan Bogdan nampak mengusap-usap punggungnya. Air mata nampak mengalir deras dipipi mereka.

"Our time may be short but the memories will last a lifetime. I will mourn the lose of you" isak Abi semakin terdengar.

Abi menarik nafas panjang. Berusaha mengontrol emosinya. Namun hatinya terlalu sakit untuk kembali membaca catatan itu. Ia pun meremas dan menyelipkan catatan itu kesaku celananya. Kemudian ia menghapus air matanya. Ia menatap jauh kedepan. Kearah pegunungan yang ada dihadapannya. Ke arah puncak gunung yang tersenyum kearahnya. Seperti sedang mengucapkan kalimat "Mama aku pulang".

"Thank you for helping me find my forever friend. You have left a piece of you in me" Abi menunduk. Air matanya tak dapat terhalang lagi.

"I'm gonna miss you Dukagjin. Always and Forever"

Lalu tangis itu pecah. Suasana makin hening. Hanya terdengar isakan Abi yang ditemani suara burung diatas pohon pinus itu.

"Like a comet. Blazing across the evening sky. Gone too soon. Like a rainbow. Fading in the twinkling of an eye. Gone too soon. Shiny and sparkly and splendidly bright here one day. Gone one night..."

************************

Di sore yang dingin itu Alex beserta rombongan dari Jakarta sedang menunggu boarding pesawat dibandara Tirana Nënë Tereza.

Nama yang unik karena diambil untuk menghormati jasa Mother Theresa yang berasal dari Albania. Kunjungan mereka ke negara yang indah itu berakhir hari ini. Meninggalkan sejuta kenangan yang akan selalu teringat. Dari jauh terlihat Ardjan nampak menghampiri mereka. Dibelakangnya ada Ismael, Enver dan Bogdan yang mendorong kursi rodanya. Mereka tersenyum hangat kearah Alex dan keluarganya.

"Thank you..." ucap Alex. Ia menyalami tangan mereka satu persatu. Mereka tersenyum sambil menganggukkan kepala.

"I'm sorry for everything..." lanjut Alex pelan.

"No, my brother" jawab Ardjan tersenyum tulus.

"He died in honor" sambung Ismael menenangkan sambil memegang pundak Alex.

"He died for value. He died for purpose. He's in peace right now. I know he's happy" senyum Ardjan yakin.

Kemudian Ardjan bercerita bahwa seumur hidupnya, Dukagjin selalu bermimpi bisa menolong ibunya yang tewas ditembak tentara. Jadi saat ia bisa menyelamatkan nyawa Abi, itu artinya Dukagjin telah mewujudkan mimpinya selama ini.

Mimpinya untuk bisa menolong ibunya.

Ardjan kembali tersenyum. Ia yakin Dukagjin tidak mati sia-sia. Ia meninggalkan hidupnya yang sendiri didunia fana ini. Sekarang mungkin raksasa itu sedang bermain bersama ibunya. Alex pun tersenyum. Ia ikut bahagia mendengar Dukagjin sudah bahagia sekarang.

Tidak berapa lama kemudian, Ang Bun bersama pimpinan Lotus Family, nampak menghampiri mereka. Klan Lotus sangat berterima kasih atas jasa Ardjan cs yang membongkar pengkhianatan yang dilakukan oleh David Liu dengan klan barunya.

Angel yang memberikan seluruh kesaksiannya sudah diserahkan ke kepolisian. Kemungkinan besar ia akan dimasukkan ke inmate karena depresi berat yang dialaminya. Sementara David Liu cs sudah diproses di pengadilan United Triads. Mereka akan diasingkan seumur hidup sampai tujuh turunan. Belum lagi dengan hukuman pidana dari pemerintah Hong Kong yang menanti.

Sementara itu Lauw Enterprise sekarang dipegang oleh Michelle. Dia adalah janda mendiang Edward Lauw. Keputusan pertama yang dibuatnya adalah membatalkan merger dengan Kuok Industries.

Di kesempatan itu pula, Xu Qinhong, memberikan janjinya kepada Ardjan cs bahwa mereka akan menanggung seluruh biaya sekolah anak-anaknya.

Sebuah gesture baik yang membuat mereka saling berpelukan.

Sebuah ikatan persaudaraan yang abadi.

B E S A