"Suara!"
Aku menoleh ke belakang saat kudengar seseorang memanggil namaku. Saat itu belum ada lagunya hijau daun, kalau ada, pasti akan
terkecoh seperti yang viral belum lama ini. Manggil Hey, setelah noleh dianya
malah nyanyi hey taoyooo hey tayoooo. Kan, ngeselin.
Seorang gadis berkulit hitam manis, rambut lurus diikat ekor
kuda dan mengenakan poni berlari menghampiriku. Dia adalah Suci, teman sekelasku dan satu-satunya teman sekelas yang ikut extrakulikuler pencak silat. Aku juga tertarik ikut kegiatan tambahan itu dari dia.
"Ada apa, Ci?"
"Kemarin aku gak ikut latihan, gimana? Apakah ada tugas? Nambah gambar jurus misalnya?" tanyanya dengan napas yang terengah-engah karena
habis berlari.
"Gak ada, kok. Kemarin Cuma latihan dasar biasa dan ada tambahan gulat
aja. Banyak pelatih yang datang, dari SMP 1 dan 3 juga hadir," jawabku sambil berjalan ke kantin.
"Suara. Benar ya, kamu kemarin kesurupan?" tanya Suci. Dari nada bicaranya saja dia nampak sangat berhati-hati mengatakannya.
Aku langsung menoleh ke arah Suci. Di wajahnya gak ada rasa
gak enaknya menanyakan hal kek gitu. Enak saja aku dikata kesurupan. Tega
sekali, dan siapa yang nyebar gosip kek gitu? Gak bener itu.
"Gak, lah. Kamu kata siapa, Ci?" jawabku. karena, memang aku tidak kesurupan. Karena yang kutahu, orang kesurupan itu sudah tak ingat apa-apa. la aku... masih ingat Tuhan, dan baca ayat-ayat suci yang kuhafal. mana ada, kesurupan kek gitu, kan?
"Itu, anak-anak pencak pada heboh. Mereka pada bilang, Suara kemarin kesurupan anak kelas tujuh D, katanya. Kamu ngelanggar aturan untuk tidak masuk ke toilet itu, ya?"
Benar kata ibuku, kalau omongan, apalagi hal yang berbau negative,
penyebarannya sangat cepat, lebih cepat dari orang yang berjalan, seolah kabar itu seperti virus yang terbawa oleh tiupan angin.
"Aku tidak kesurupan, Ci. Sudalah, aku laper, ayo ikut aku ke kantin, kita makan dulu. Nanti aku certain, pas jam istirahat, Gimana?"
Suci pun menyetujui saranku. Kami berdua berjalan beriringan menuju ke kantin sekolahan.
Di jam istirahat, aku menepati janjiku menceritakan kejadian kemarin itu pada Suci, dan pada semua teman dari kelas lain, termasuk kakak kelas juga yang kebetulan bertemu di perpustakaan sekolah.
Aku meluruskan kalau yang aku alami kemarin itu bukan kesurupan. tapi, Namanya kabar sudah terlanjur nyebar, tetap saja, aku seperti diejek sama teman-teman, semua yang kebetulan berpapasan denganku seperti menatapku dengan tatapan aneh.
Aku berusaha mengabaikan itu semua. Wajar mereka tidak tahu sendiri. Namun, ketenanganku mulai terusik saat salah atu kakak kelas berkata sesuatu yang sangat tidak enak di dengar.
"Oh, Suara itu emang anak gampang kesurupan. di desak K dia
itu dulu tetangganya Nida. Dia dulu sering sakit-sakitan dan kesurupan sambil teriak-teriak. Sampe dukun gak ada yang bisa nyembuhin, dan di bawa di rumah sakit sampai hampir dua minggu dirawat di sana."
Mendengarkan hal itu, jelas aku tidak bisa tingal diam. Lagian, itu otak kenapa tidak dipakai? Logikanya saja. Di mana ada dokter, atau rumah sakit yang mengatasi orang kesurupan? Apakah kesurupan itu sakit medis kok baru bisa sembuh di rumah sakit? Gak waras bener, tu anak.
Itu, kejadiannya memang sudah lama. Memang dulu aku sakit-sakitan, dan puncaknya saat itu, pas aku kelas lima SD. aku terkena tipes dan demam berdarah. Aku kejang karena suhu badan yang mencapai 42 drajat.
"Mbak, kalau gak tahu sendiri jangan gampang menyebarkan berita miring, gitu tentang aku," ucapku pada kakak kelas yang memang pemes itu
di sekolahanku, dia saat itu duduk di bangku kelas dua.
"Lah, mana kutahu, aku katanya Nida, loh." Tanpa rasa bersalah sedikitpun, ia dengan entengnya menjawab kek gitu. benar-benar ni orang ga ada otak.
"Kalau masih katanya, dan gak tahu kebenarannya sendiri, kenapa disebarluaskan?" tanyaku, tidak terima.
"Suka-suka aku, ini mulut-mulutku."
Aku geram dan pengen kusobek aja mulutnya saat itu. Sayang, aku tidak
bisa berbuat apa-apa. Kalau saja kejadiannya itu aku sudah seperti saat ini, ludes pula sudah mulutnya yang bilang suka-suka itu.
"Baik, aku kasih tahu, Nida bilang dukun gak bisa nyembuhin.
Tapi, dokter di rumah sakit bisa, kan? Artinya penyakitku itu medis. Kalau
memang aku kesurupan, dokter angkat tangan dan dukunlah yang mungkin bisa menyembuhkan," jawabku.
"Tapi, benerkan kamu teriak-teriak saat itu?"
"Iya, benar. Tapi, aku dalam kesadaran totoal. Dalam hati aku juga baca ayat suci yang kuhafal, dan baru bisa berhenti teriak-teriak dan
gak mendongak lagi setelah disuntik sama dokter Hanung.(samaran). Beliau adalah dokter yang terkenal bagus penanganannya di tempatku."
"Loh, iya juga, ya? Lagian di mana ada setan yang pergi dengan Cuma disuntik, apa kata beliau?"
Si kakak kelas yang terkenal sombong dan entahlah itu pun ternyata memberi respon baik, dia mau mendengarkan penjelasanku.
"Aku demam sampai 42 drajat. Makanya aku kejang-kejang. Sampai di
RS, ternyata aku demam berdarah dan tipes. Aku gak sembuh-sembuh karena aku stress gak betah minta pulang terus. Jadi, aku tidak kesurupan."
Bersamaan dengan itu, bel tanpa masuk sudah berbunyi. Tak
ada lagi gossip yang mengatakan kalau aku kesurupan. toh, berkali-kali aku masuk ke toilet itu juga tidak ada apa-apa. Cuma, anak-anak yang lain tidak ada yang berani, karena sudah terdokterin itu toilet kutukan. Padahal ya gak ada apa-apa.
Ngapain juga percaya dengan cerita yang belum tentu benar
adanya? Tapi, kalau mengenai toilet itu ada hantunya, ya semua toilet, bukankah toilet itu tempat favorit bangsa mereka? Selain sungai dan hutan yang jarang dan tak pernah terjamah oleh manusia? Di toilet rumah kita, pun, juga
ada, tak hanya toilet, hampir di setiap ruangan ada bagsa halus yang tak kasat mata. Hanya saja, kita tidak bisa melihat.
Kalaupun seandainya bisa melihat seluruh penghuni sebelah,
kita pasti akan merasa sesak. Sebab, mereka jumblahnya jauh lebih banyak
daripada manusia. Kenapa? Mereka diciptakan sebelum nabi adam, bersama dengan turunnya nabi adam mereka juga sudah ada. Manusia bisa melahirkan, dan mati. Tapi, mereka hanya melahirkan keturunan dan tetap kekal abadi tidak mati sampai
hari kiamat.
Jika pun ada yang bisa melihat, dan mungkin juga mereka bisa
berinteraksi, itu hanya sebagian saja yang menampakkannya, dan nampak olehnya. Selebihnya, ya tidak nampak.
Wallahu'alam jika mungkin ada yang bisa melihat keseluruhannya. Karena sejauh ini, yang kudengar hanya sebagian saja.