Ha Na duduk di kursi yang ada di koridor gedung organisasi. Meminun susu pisangnya sambil menonton permainan biola di youtube dengan fokus.
"Park Ha Na?"
Ha Na mem-pouse youtube ketika mendengar ada yang memanggil namanya. Ha Na menoleh, didapatinya dua orang laki-laki sedang berdiri memperhatikan Ha Na.
"Hae Min sunbae?" Ucap Ha Na meyakinkan nama yang ia panggil.
Hae Min mengangguk, tangan kirinya ia masukkan kedalam saku celananya. "Kau ingat denganku?"
Tentu saja Ha Na mengingatnya, karna Hae Min datang memperkenalkan diri ketika mood Ha Na sedang buruk saat itu. Dan jangan lupa, kalau katanya seniornya yang satu ini lumayan terkenal di sekolah. Hampir setiap hari Ha Na mendengar nama Hae Min, entah itu kata-kata memuja atau rumor buruk tentangnya.
Ha Na mengangguk menjawab pertanyaan Hae Min. "Mianhae, untuk sikapku yang kurang baik diawal pertemuan kita. Sikapku akan ikut buruk jika moodku sedang buruk." Ucap Ha Na berdiri dari duduknya.
"Anio, gwaenchanha. Seharusnya aku yang meminta maaf karena mengganggu waktumu." Ucapnya sambil tersenyum.
"Kamsahamnida seonbae-nim." Ha Na membungkuk sambil terkekeh.
Hae Min terkekeh melihat kelakuan Ha Na. "Ya! Kau berlebihan."
Ha Na melirik laki-laki yang berada di samping Hae Min, laki-laki itu hanya diam memperhatikan interaksi Ha Na dan Hae Min.
"Ah, dia Kim Yo Han. Temanku." Hae Min memperkenalkan, Yo Han membungkuk sambil tersenyum.
"Anyeonghaseo. Park Ha Na imida." Ha Na juga membungkuk memperkenalkan diri.
"Ngomong-ngomong, apa yang kau lakukan didepan klub musik?" Tanya Hae Min.
"Aku sedang menunggu teman. Mereka belum selesai latihan." Ucap Ha Ha Na.
"Nugu?"
"Choi Jun Ki dan Kim Taek Won."
"Ah! Ternyata mereka."
"Apa sunbae mengenalnya?" Tanya Ha Na penasaran.
"Tentu saja, mereka berdua terkenal di kalangan anak organisasi."
Ha Na terdiam mendengar jawaban Hae Min. "Memang apa yang membuat mereka terkenal?" Tanya Ha Na.
"Tahun lalu mereka juara satu lomba seni antar SMA sekota Seoul." Kali ini bukan Hae Min yang menjawab, melainkan Kim Yo Han. Hae Min mengangguk menyetujui jawaban Yo Han.
Ha Na terkejut. Tidak menyangka jika sahabat dan juga temannya sangat luar biasa. "Cincayo?!"
Hae Min dan Yo Han mengangguk bersama meng-iyakan.
"Wah daebak!" Ha Na bergumam.
"Apa kau ikut klub musik?" Hae Min bertanya, Ha Na mengangguk dua kali. "Konsentrasi apa yang kau ambil?"
"Biola."
"Wow. Aku akan menonton dan meng-like video youtubemu." Ucap Hae Min sambil tersenyum. Yo Han kembali mengangguk, menyetujui apa yang Hae Min katakan.
"Kau mengetahui infonya?" Tanya Ha Na
"Mengetahui apa? Klub musik yang mengupload video dari masing-masing anggota konsentrasi musik?"
Ha Na mengangguk. "Setiap anak organisasi di sekolah ini mengetahui tradisi dari masing-masing organisasi." Jawab Hae Min.
Ha Na terkekeh. "Aku jadi semakin grogi." Satu lagi informasi yang Ha Na ketahui. Sepertinya Ha Na masih belum mengenal dalam sekolah barunya.
"Ngomong-ngomong, ada perlu apa sunbae di gedung organisasi?" Tanya Ha Na menatap kedua seniornya.
"Aku dan Yo Han mengikuti club photographi, dan ruangannya dilantai yang sama denganmu." Jawabnya sambil menunjukkan tas yang ia gendong di bahu kirinya.
"Ah, mian, aku tidak melihat kau membawa tas kamera."
Pintu ruang tarik suara terbuka, membuat mereka yang sedang mengobrol menoleh dan menatap siapa yang keluar. Ternyata Jun Ki.
Jun Ki menatap Ha Na, kemudian menatap Hae Min dan Yo Han bergantian. "Apa yang sedang kalian lakukan?" Tanya Jun Ki.
"Hanya menyapa saja." Hae Min menjawab.
"Apa Hae Min sunbae dan Yo Han sunbae akan ke ruang club?" Jun Ki kembali bertanya, ia berjalan mendekati Ha Na, berdiri di sampingnya.
Hae Min dan Yo Han mengangguk. "Kalau begitu kita pergi dulu." Pamitnya meninggalkan Ha Na dan Jun Ki.
Jun Ki dan Ha Na duduk di kursi koridor. "Sejak kapan kau akrab dengan Hae Min sunbae?"
"Aku tidak akrab dengannya."
"Keojitmal!"
"Ya! Kenapa kau tidak percaya? Dan kenapa semua orang selalu menanyakan aku akrab dengan Hae Min sunbae atau tidak?" Ha Na menjawabnya sedikit emosi.
Jun Ki terkekeh melihat ekspresi Ha Na. "Siapa yang menyapa duluan?"
"Hae Min sunbae."
"Apa kali ini kau berkata jujur?" Tanya Jun Ki.
"Terserah kau saja." Ha Na memutar bola mata malas.
"Bukan seperti itu. Hae Min sunbae tidak pernah menyapa wanita terlebih dahulu." Jun Ki menatap Ha Na dengan penuh arti.
Ha Na membalas tatapan Jun Ki dengan tatapan malas. "Lalu?"
"Apa mungkin Hae Min sunbae menyukaimu? Ku dengar Hae Min sunbae pernah ke kelas kita hanya untuk menemuimu."
Ha Na sedikit kesal melihat ekspresi Jun Ki yang menggodanya. "Ya!"
Jun Ki terkekeh. "Waaee?"
Ha Na meminum kembali susu pisangnya, langsung menghabiskan dalam sekali sedot. "Choi Jun Ki." Ha Na menoleh menatap Jun Ki yang sedang mengeluarkan ponselnya.
"Wae?"
Ha Na menatap Jun Ki berpikir. "Kenapa kau tidak memberitahuku kalau tahun lalu kau juara satu lomba seni se-kota Seoul?"
Jun Ki memiringkan kepalanya berpikir, mengingat-ingat kejadian yang Ha Na maksud. "Benarkah? Bukannya aku memberitahumu? Ya! Aku memberitahumu lewat email! Tapi kau malah tidak membalas emailku dan nembalasnya seminggu hari kemudian." Jun Ki membela dirinya dan mengingatkan Ha Na pada kejadian satu tahun lalu. Dimana Ha Na masih berada di Indonesia.
"Benarkan? Kenapa aku tidak mengingatnya?" Ha Na bertanya kepada dirinya sendiri.
"Itu karena kau sibuk dengan kekasih Indonesiamu."
"Ya! Dia bukan kekasihku!"
"Tapi kau mencintainya kan?"
Ha Na terdiam, raut wajahnya seketika berubah sendu. "Diamlah. Aku tidak ingin membahasnya."
"Aku tidak tahu jika kau mempunyai kekasih."
Taek Won tiba-tiba datang dan langsung bertanya pada Ha Na. Ha Na dan Jun Ki menoleh sama-sama terkejut, mendapati Taek Won yang berada tiga langkah dari tempat Ha Na dan Jun Ki duduk.
"Tidak! Ya! Kim Taek Won. Jangan dengarkan omongan Jun Ki sialan." Jawab Ha Na melotot ke arah Jun Ki.
Taek Won melangkah duduk di samping Ha Na. Entah kenapa akhir-akhir ini ia selalu duduk diantara Jun Ki dan Taek Won jika mereka sedang bersama.
"Benarkah?" Tanya Taek Won yang sudah duduk di samping Ha Na.
Ha Na mengangguk. "Ku dengar tahun lalu kau juara satu lomba seni musik?" Tanya Ha Na mengganti topik pembicaraan.
"Kau tahu dari siapa?"
"Hae Min sunbae."
"Ya, sebenernya apa saja yang kalian bicarakan tadi?" Jun Ki langsung bertanya, membuat Taek Won menaikkan sebelah alisnya.
"Kapan Hae Min sunbae mengobrol denganmu?" Tanya Taek Won pada Ha Na.
"Waktu aku menunggu kalian berdua selesai latihan." Jawabnya.
"Aku tidak tahu kau akrab dengannya."
Lagi. Ha Na mendengus, ia bosan mengdengar pertanyaan seperti itu terus. "Kenapa orang selalu bertanya itu padaku? Ya, Park Ha Na! Apa kau melakukan suatu kesalahan dimasa lalu?" Ha Na berbica sendiri. Mengabaikan pertanyaan yang sama untuk kesekian kali.
Jun Ki yang melihatnya kembali terkekeh. Taek Won hanya menatap Ha Na diam.
"Apa kalian berdua akan mengikuti audisi untuk lomba tahun ini?" Tanya Ha Na menatap Taek Won dan Jun Ki bergantian.
"Tentu saja." Jawab Jun Ki cepat. Taek Won mengangguk setuju dengan jawaban Jun Ki.
"Lomba solo atau duet?"
"Solo." Ucap Taek Won dsn Jun Ki bersama.
Ha Na menatap Taek Won. "Memang tahun lalu kau menang di lomba apa?" Tanya Ha Na.
"Solo." Jawabnya singkat.
"Ya, kalian berdua memang sahabat sejati. Sampai lomba saja sama dan sama-sama juara satu." Cibir Ha Na.
Jun Ki tertawa mendengar cibiran Ha Na.
"Memang kau akan ikut audisi yang mana?" Tanya Taek Won.
"Entah. Aku belum memikirkan untuk audisi. Aku sedang memikirkan dimana tempat yang pas untuk membuat video yang akan di upload di youtube."
"Lalu dimana tempat apa yang kau pikirkan?" Tanya Jun Ki.
Ha Na menerawang memikirkan jawabannya. "Waktu membuat video, kalian lakukan dimana?" Tanya Ha Na.
"Diruangan." Jawab Taek Won, dan dibalas dengan anggukan Jun Ki.
"Aigoo, kalian sangat membosankan."
..
Ha Na sedang berada di depan mesin vending machine yang menyediakan minuman hangat. Saat ini ia sedang istirahat hagwon. Ha Na membeli dua coklat panas. Satu untuknya, dan satu untuk Taek Won.
Ha Na melewati koridor sepi untuk kembali menuju kelas hagwon, namun di tengah jalan ia melihat Taek Won yang sedang berbicara dengan seorang perempuan berambut panjang. Ha Na tidak dapat melihat wajah perempuan itu karena posisinya yang membelakangi Ha Na.
Ha Na berhenti, berdiri enam langkah di belakang perempuan itu. Taek Won menyadari kedatangan Ha Na, ia menatap sekilas lalu kembali menatap perempuan yang sedang berbicara dengannya.
"Apa inti dari perkataanmu?" Tanya Taek Won tak sabaran.
Perempuan itu meremas ujung seragam sekolahnya, seragam yang berbeda dengan seragam Ha Na dan Taek Won. "Aku menyukaimu." Ucapnya menatap takut-takut Taek Won.
"Lalu?" Taek Won tak sabaran dengan pembicaraan ini. Ia ingin cepat-cepat menyelesakkannya.
"Apa kau mau berkencan denganku?"
Taek Won sudah menebaknya. Ia menatap perempuan itu yang tengah menatapnya juga. "Aku tidak bisa." Jawab Taek Won.
"Wae? Apa kau sedang berkencan?" Tanya perempuan itu kembali.
"Ani."
Perempuan itu terdiam. Ha Na dapat mendengar pembicaraan mereka berdua. Namun Ha Na hanya diam di tempat sesekali menyesap coklat panasnya.
"Apa kau sedang menyukai seseorang?"
Taek Won tidak menjawab, malah menatap Ha Na yang sedang meniup coklat panasnya. Taek Won tidak lagi menatap perempuan yang beberapa detik mengajaknya berkencan.
Perempuan itu mengikuti tatapan Taek Won. Ia menoleh kebelakang dan mendapati Ha Na yang sedang menyesap coklat panasnya.
Perempuan itu kembali menatap Taek Won yang masih menatap Ha Na. "Apa kau menyukainya?"
Taek Won yang mendengarnya kembali menatap perempuan itu. Ia kembali diam, tak berminat untuk menjawab pertanyaannya. Perempuan itu melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Taek Won. Tanpa adanya ucapan.
Ha Na yang melihatnya kemudian berjalan menghampiri Taek Won. "Aigoo, hari ini aku melihatmu kembali menyakiti hati perempuan." Ucap Ha Na sambil memberika coklat panas yang sudah ia beli untuk Taek Won.
Taek Won yang mendengarnya hanya terkekeh. "Aku kan mengikuti nasihatmu." Ucap Taek Won yang menyerutup coklat panasnya.
Ha Na menyerngitkat kedua alisnya, berpikir nasihat apa yang pernah ia berikan pada Taek Won. "Memang aku menasihatimu apa?"
"Kau lupa?"
Ha Na menganggukkan kepalanya. Taek Won terkekeh sambil mengacak surai Ha Na.
"Perasaan seseorang itu bukan tanggung jawab kita, kalau kita tidak menyukainya kita boleh menolaknya. Walaupun itu menyakiti hati seseorang. Setidaknya aku hanya menyakiti satu hati, tidak dua hati sekaligus." Jelas Taek Won mengingat apa yang Ha Na katakan padanya ketika di atap tempo hari.
"Ah! Aku mengingatnya. Aku tidak menyangka kalau kau akan mengingat kata-kataku di atap." Ucap Ha Na menepuk keningnya.
"Padahal kau masih muda, tapi kau malah pelupa seperti nenek-nenek. Atau jangan-jangan sebenarnya yang ada di dalam dirimu itu nenek-nenek yang usianya sudah 80 tahun?" Goda Taek Won.
Ha Na menatap Taek Won dengan tatapan tajam. "Ya! Kau ingin mati ya?"
Taek Won tertawa mendengar ancaman Ha Na.
"Ternyata kau populer juga di tempat hagwon. Ku kira hanya di sekolah saja." Ucap Ha Na kembali menyeruput coklat panasnya.
"Kan sudah ku bilang. Kalau aku ini tampan. Banyak orang menyukaiku karena aku terlalu tampan." Taek Won memuji dirinya sendiri. Membuat Ha Na seolah-olah ingin memuntahkan coklat panas yang sudah ia minum setengahnya. Taek Won tertawa melihat kelakuan Ha Na.
"Kau terlalu percaya diri, boy. Sudahlah. Ayo kita kembali ke kelas."
Ha Na melangkah lebih dulu, ia berjalan dua langkah di depan Taek Won.
"Ya! Ha Na-ya. Apa kau sedang datang bulan?" Tanya Taek Won tiba-tiba.
Ha Na berbalik menatap Taek Won.
"Ani."
"Tapi belakang rok-mu ada bercak darah."
Ha Na langsung melihat belakang roknya. Dan benar saja, ada noda darah di roknya.
"Bagaimana ini? Aku tidak membawa rok ganti atau jaket untuk menutupinya." Ha Na panik, takut kalau roknya sudah ada noda darah sedari tadi dan dilihat orang.
"Pakai mantelku untuk menutupinya." Taek Won langsung melepaskan mantel yang ia pakai dan memberikannya pada Ha Na.
"Tidak apa-apa?" Tanya Ha Na meyakinkan Taek Won.
Taek Won mengangguk. "Aku tidak bisa membiarkanmu seperti itu." Ucapnya kemudian.
Ha Na memakainya. Mantel Taek Won sangat besar untuk ukuran tubuh Ha Na yang kecil. Mantelnya panjang sampai hampir menyentuh betisnya.
"Akan aku kembalikan."
"Tentu saja kau harus mengembalikannya." Ucap Taek Won sambil terkekeh. Ha Na yang mendengaenyapun ikut terkekeh.
...
Sebuah perkataan hanya dianggap angin lalu jika tidak dilakukan dengan tindakan. Padahal sebuah perkataan dapat membuat orang berubah.
Park Ha Na
Seoul, Musim Semi 2020