Keesokan harinya, Hiro terbangun dari tidurnya. Kini dia berada di rumahnya yang semula. Dia pun segera keuar dari kamarnya, menuruni tangga, kemudian berlari menuju hutan dan menembus makam-makam itu. Setelah itu, Ia pergi ke tugu makam dan melewati lorong gelap di bawahnya itu. Lalu, ketika dia membuka pintu tersebut. Isi di balik pintu, kini berubah menjadi ruang gelap dengan sebuah peti mati hitam.
"Huh? Apa?" Tanya Hiro kepada dirinya sendiri tidak mengerti.
Hiro pun dengan cepat berlari lagi kembali makam-makam lain, lalu masuk ke dalam hutan dan akhirnya sampai di halaman belakang rumahnya,
"Dari mana saja kau?" Tanya kakakya yang baru saja selesai push up itu.

"Berlari beberapa mil untuk olahraga di hutan." Jawab Hiro
"Pak Frank, tadi menelfon. Dia bilang ingin bertemu denganmu di rumahnya. Rumah miliknya hanya beberapa blok darisini. Makanlah sereal dan susu, lalu nanti kuberitahukan alamatnya kepadamu untuk pergi kesana." Kata Kezo yang hanya dibalas anggukan Hiro
Selesai sarapan pagi, Hiro pun langsung pergi berjalan ke rumah Mr. Frank. Entah kenapa, sejak dia pergi bertemu Dio, Ia tak pernah melihat makhluk-makhluk lain lagi yang mengganggunya ataupun mengejarnya.
Setelah Ia berjalan lumayan lama, Ia akhirnya tiba disana. Hiro mendekati pintu tersebut untuk mengetuk pintu rumah Mr. Frank.
Tok! Tok! Tok! Tok! Tok!
Tidak ada jawaban apapun. Hiro pun melihat kedalam.
Bruk!
Hiro sontak terkejut ketika Ia mendengar suara pintu seperti terhantam sesuatu.
Tiba-tiba pintu terbuka dan tampaklah seorang pria berambut cokelat keabu-abuan yang kelihatannya sedang mabuk di depannya.
"Bisakah kau melakukan pekerjaan lain selain mengejutkan orang-orang datang?" Kata Mr. Frank kepada pria paruh baya itu.
"Silahkan masuk. Maaf, kau pasti terkejut karena pamanku, Mr. Harold. Dia terkadang bisa sedikit miring dan pikun. Ngomong-ngomong ada apa dengan tangan kirimu yang digips itu?" Tanya Mr. Frank mempersilahkan Hiro masuk.
"Aku terjatuh saat di hutan." Kata Hiro sambil melangkah masuk ke rumah itu.
"Kami baru saja sedang bermain kartu." Kata Mr. Harold sambil menutup pintunya dan meminum botol beernya.
"Siapa anak di depanku ini?" Tambah Mr. Harold lagi.
"Ini adalah murid kelas satuku yang terpintar di kelasku. Namanya Hiroshi Chen Lee. Dialah orang yang selalu kuceritakan padamu." Jawab Mr. Frank sambil mempersilahkan Hiro duduk di sofa.
"Oh, kalau begitu akan kubuatkan dia teh melati." Kata Mr. Harold sambil pergi menuju dapurnya.
"Kenapa aku dipanggil kesini?"
"Harold ingin menyampaikan sesuatu kepadamu. Katanya, jangan pergi ke makam yang punya pintu atau semacamnya."
"Huh? Bagaimana dia bisa tahu?" Tanya Hiro tak mengerti.
"Kau tahu soal itu?"
"Pintu yang berada di lorong makam itu. Dibaliknya hanya ada sebuah peti mati." Jawab Hiro
"Hufftt... Tuhan... tolong pamanku yang sedikit miring ini." Gumam Mr. Frank.
"Kau percaya kepada Tuhan?" Tanya Hiro
"Tentu saja aku percaya! Maksudku, orang macam apa yang tidak percaya akan Tuhan?"
Hiro langsung mengangkat kedua bahunya menandangan bahwa dia tidak tahu.
"Apa kau percaya akan Tuhan, Hiro?" Tanya Mr. Frank, bersamaan dengan Mr. Harold yang meletakkan secangkir teh di depan Hiro.
"Uhhmmm... entahlah. Aku lebih suka mempercayai hal-hal yang lebih bisa diandalkan. Maksudku, untuk urusan hidup dan mati terkadang kau tak bisa mengandalkan, Tuhan untuk menyelamatkan hidupmu. Aku tak pernah membaca keseluruhan kitab suci karena perjanjian-perjanjian itu tidak masuk akal. Termasuk tentang hal yang menyangkut Petrus dan Yudas, itu tak masuk akal. Mereka bilang Petrus lebih baik daripada Yudas tapi tidak. Petrus tidak lebih baik dari Yudas. Petrus tidak jauh berbeda dengan Yudas. Petrus pernah menyangkal Yesus sampai tiga kali dihadapan orang banyak. Yudas mengkhianati Yesus tapi dia merasa bersalah sehingga di membunuh dirinya sendiri, kan? Dan, orang-orang mengira Petrus adalah orang yang suci sedangkan Yudas adalah orang yang jahat. Maksudku, kurasa Yudas lebih baik. Atau mungkin mereka sama saja, entahlah." Kata Hiro sambil meminum tehnya.
"Petrus memang tidak lebih baik daripada Yudas. Tapi mereka berbeda. Perbedaan dari mereka adalah Petrus bertobat dan kembali menjadi pemimpin dari murid Yesus sedangkan Yudas mati bunuh diri. Perbedaan besar antara Petrus dan Yudas adalah bahwa Petrus mau datang kembali kepada Yesus dan memohon pengampunan atas kesalahannya. Petrus mau menyesali semua dosa-dosanya dihadapan Yesus. Sedangkan kesalahan terbesar Yudas bukan pada dosanya mengkhianati Yesus, tetapi karena kesalahannya tidak mau datang dibawah kaki salib Yesus dan memohon pengampunan. Yudas hanya mengikuti keinginanya sendiri. Ia membuat keputusan pendek atas dirinya dan tidak mau berbalik memohon pengampunan. Ia mati tanpa mendapatkan pengampunan. Banyak dari kita hidup seperti Yudas. Ketika kita membuat kesalahan dan jatuh kedalam dosa, kita terus mempertahankan kesalahan itu dan membuat keputusan pendek, seolah-olah tak ada jalan lain terbuka bagi kita." Jawab Mr Frank
"Aku bisa membacakannya kalau kau mau." Kata Mr. Harold
"Membacakanku apa?" Tanya Hiro tak mengerti.
"Dedaunan tehmu. Mereka akan memberitahumu masa depanmu. Minumlah teh itu lagi."
Hiro pun langsung meminum teh itu lagi, tapi tak lama kemudian Mr. Harold menahannya.
"Sudah cukup. Tepat sekali." Kata Mr. Harold sambil mengambil secangkir teh itu dan memutar-mutar cangkir teh itu sehingga dedaunan tehnya menggumpal.
"Oh, Hiroshi yang malang. Kau dalam bahaya besar. Aku melihat sebuah mata, seekor burung gagak, dan makam." Kata Mr. Harold
"Huh?"
"Ughh... maaf. Pamanku ini sedikit tidak waras. Dia menjadi begini semenjak Ia kehilangan adiknya saat usia mereka masih kecil. Dia bilang, adiknya diculik. Tapi kurasa, adiknya hanya kabur dari rumahnya karena orangtuanya yang kasar, memperlakukan mereka semana-mena, dan sikap peduli setan mereka. Semenjak itu, pamanku selalu mengatakan berbahaya atau semacamnya." Bisik Mr. Frank
"Ba-bahaya besar! Masalah besar! Bencana buruk! " Kata Mr. Harold secara tiba-tiba.
"Sebaiknya kau segera pergi darisini. Pamanku mulai kambuh lagi." Kata Mr Frank
"Terimakasih untuk tehnya." Kata Hiro sambil segera bangkit berdiri dari sofanya dan pergi melangkah keluar dari rumah itu.
"Berhati-hatilah, Hiro! Kau dalam bahaya besar." Kata Mr. Harold yang suaranya masih kedengaran ketika Hiro sudah berada di luar rumahnya.
***
Tak lama, kemudian, Ia langsung menuju hutan, makam, dan memasuki pintu rahasia itu lagi.
"Selamat datang kembali Hiro!"
"Hai." Sapa Hiro
"Kau sangat baik mengirimkanku gambar-gambar ini!" Kata Dio sambil meletakkan gambar-gambar Dio ke sebuah bingkai dan memajangkannya di dinding.
"Gambar? Oh, gambar-gambar yang sudah lama kugambar saat itu. Kurasa, gagak-gagak itu yang membawakannya. Sebenarnya gambar-gambar itu tidak kugambar bagi siapapun. Menggambar adalah hobiku. Tapi, tak apa. Kau bisa memilikinya, karena jika orangtuaku melihatnya mereka bisa membunuhku." Kata Hiro
"Sayang sekali yah... Padahal gambarmu sangat bagus, tapi orangtuamu malah menyia-nyiakan anak-anak berharga seperti dirimu. Lebih baik kau segera panggil orang tuamu yang lebih baik. Mereka berada di taman." Kata Dio
"Huh? Mereka disini? Tapi mereka kan tidak punya waktu berkebun?"
"Sush!" Dio langsung memasukkan sebuah permen jeli ke mulut Hiro.
Hiro pun pergi keluar dan melihat-lihat. Halaman luar benar-benar berbeda kali ini, dipenuhi dengan berbagai jenis bunga-bunga dan hiasan-hiasan taman lainnya. Semua begitu indah di mata Hiro.
Ia melihat kedua orang tuanya dengan penutup kain mata berwarna hitam sedang merapikan bunga-bunga di taman tersebut. Meskipun mata mereka ditutuo oleh kain, tapi mereka sepertinya tidak perlu matanya ataupun membuka penutup mata tersebut karena mereka secara ajaib bisa melihat, meskipun mata mereka tertutup oleh kain hitam.
"Uhmmm... Ayah? Ibu?" Panggil Hiro kepada mereka.
"Hai Hiro!" Sapa orang tuanya ramah dan senang.
"Wow! Aku benar-benar menyukai kebunmu!" Kata Hiro kepada kedua orang tuanya itu.
"Tunggu. Apakah itu adalah piala-pialaku? Kalian memajangnya?" Tanya Hiro yang senang tak percaya, sambil berlari menuju lemari kaca yang indah itu. Ia merasa dirinya bagaikan bintang diantara mereka.
Tiba-tiba langkahnya langsung tersandung oleh akar dari salah satu pohon.
"Ups! Puteraku dalam bahaya!" Kata ayahnya sambil menarik lengan puteranya agar tidak terjatuh ke dalam sumur.
"Astaga... puteraku yang berharga hampir saja terluka." Kata ibunya sambil memeluknya.
Kemudian, mereka menggelitik perut Hiro.
"Hahahahahaha! Hentikan, itu geli! Hahahahaha!" Tawa Hiro
"Oh, iya! Dio bilang ini waktunya sarapan... atau makan siang?" Tanya Hiro
"Baiklah, nak. Aku ingin menunjukkanmu sesuatu." Kata ayahnya sambil menunjukkan lukisan besar yang terlukis ayah dan ibunya sedang memeluk Hiro. Mereka bertiga kelihatannya bahagia. Di samping mereka juga terdapat Han, Travis, Sharon, dan Kai yang mengelilingi mereka sambil tersenyum bahagia.
"Wow! Aku tidak percaya kau telah melakukan ini!" Ucap Hiro sambil tersenyum lebar.
"Dio bilang kau akan menyukainya. Karena dia tahu semua yang dibutuhkan." Kata ibunya.
Beberapa saat kemudian, mereka berempat pun akhirnya makan di meja persegi panjang yang besar itu.
"Mmm... pancake ini sangat enak." Puji Hiro
"Sarapan pagi sekaligus sarapan siangku." Kata ayahnya sambil mengoleskan selai blueberry jam.
"Hiro, Mr. Harold mengundangmu untuk pergi ke karnaval miliknya." Kata Dio
"Benarkah? Sejak kapan karnaval di Hollow Lavador diadakan karnaval?" Tanya Hiro
"Semuanya bisa nyata di sini. Apapun yang kau inginkan akan terwujud." Kata Dio
"Ayah dan ibumu akan bersih-bersih. Sedangkan aku akan mengurus gagak-gagakku." Kata Dio
"Oh iya! Disini ada Han, Travis, Kai, dan Sharon juga!" Kata ayahnya sambil membuka pintu belakangnya dan Han, Travis, Kai, dan Sharon datang disertai dengan mengenakan penutup mata.
"Hebat!" Sahut Hiro
"Hai!" Kata mereka sambil melambaikan tangan.
"Sekarang pergilah kalian ke karnaval, dan bersenang-senanglah." Kata Dio
Tepat pada saat itu juga Hiro keluar dari kastil itu bersama teman-temannya.
"Waw! Lihat popcorn ini!" Kata Sharon sambil mengambil beberapa bungkus popcorn dan memakannya.
"Ini baru namanya sirkus!" Kata Travis
Tiba-tiba sebuah meriam merlontarkan permen-permen kapas ke arah Hiro.
"Ha! Lihat dirimu yang penuh dengan permen karet itu Hiro!" Kata Kai cekikikan yang melihat Hiro penuh dengan permen kapas.
"Sialan!" Kata Hiro sambil tertawa dan menjejalkan permen kapas ke mulut Kai.
"Hadirin sekalian. Selamat datang di pertunjukkan sirkusku. Aku Harold Jockylane. Mempersembahkan tupai lompat!"
Tupai-tupai itu melompat setinggi-tingginya dan membentuk nama Hiroshi.
"Itu namamu, bung!" Kata Han
Tupai-tupai itu melompat sambil memainkan alat musik. Berjalan maju mundur. Kemudian sesuatu keluar dari bawah dan menggunug ke atas.
"Wow!"
Kemudian salah satu tupai dari puncak gunung itu turun ke bawah dan membuka tirai dari sesuatu yang menggunung tersebut. Ternyata itu Mr. Harold.
"Keren." Kata Travis
"Yo! Itu hebat sekali!" Kata Kai
"Terimakasih banyak!" Kata Mr. Harold
"Kami sangat menyukainya!" Kata Hiro
"Menakjubkan!" Kata Han
"Terimakasih! Kalian penonton yang hebat, kau dan juga teman-teman baikmu." Kata Mr. Harold
Mereka pun kembali ke kastil dan mereka kembali ke tempat tidur Hiro.
"Selamat malam, Hiroshi!" Kata Dio, teman-temannya dan juga kedua orang tuanya.
Keesokan harinya, Hiroshi terbangun di dunia aslinya. Ia kini kembali terbangun di kamarnya yang asli. Ia mengusap wajahnya.
"Huh? Ugh... Kenapa aku kembali kesini lagi?"
"Tunggu, mungkin aku bisa kembali ke pergi ke makam lagi." Kata Hiro
Dia berlari ke bawah dan pergi ke halaman belakang untuk menuju ke hutan. Tiba-tiba, kakaknya mencegatnya.
"Sebelum kau pergi ke hutan. Aku ingin bertanya kepadamu. Jujur, Hiro... aku khawatir padamu yang gemar sekali pergi ke hutan. Aku pernah mengikutimu dan entah bagaimana aku kehilanganmu saat kau menuju makam itu. Kau memangnya main dengan siapa di makam? Apa kau tahu pemakaman itu bukan tempat bermain? Itu tidak sopan jika kau main disana. Apa Zane, Phillip, Rocky, Miles, Daniel, dan Louise yang mengajakmu kesana?"
"Apa? Tidak! Mereka bukan tipe orang yang suka pergi ke tempat menyeramkan. Lagipula, Louise itu sangat penakut. Dan, lagipula mereka masih berada di LA melakukan pekerjaan mereka. Jadi, aku sendirian dan tak punya teman disini. Aku tak main dengan siapapun saat di makam dan di hutan. Aku hanya mengikuti sekumpulan gagak." Jelas Hiro
"Bagaimana dengan teman sekolahmu? Apa taka da satupun dari mereka yang cocok denganmu? Sekolahmu menyenangkan, bukan?"
"Semua anak di sekolah membosankan. Mereka semua payah dan mereka penjilat kaki Caesar. " Jawab Hiro
"Bagaimana kalau kita makan sayur ditaburi oleh kentang dan saus keju?" Tawar Kenzo
"Apa kau bercanda? Aku sudah bosan makan sayur. Aku bukan vegetarian. Perutku sudah mual karena mereka selalu menjejalkan sayur ke mulutku terus. Aku ingin makan daging." Kata Hiro
"Baiklah, aku akan pergi belanja sekarang. Kau mau ikut?" Tawar Kenzo
"Oh! Seperti membeli daging atau samsak agar aku bisa latihan?" Balas Hiro
"Dengar, jika mood ayah dan ibu membaik, aku janji akan membelikannya.."
"Itulah yang selalu kau katakan. Terakhir kali mereka datang kesini, lenganku dipatahkan. Lihat?" Kata Hiro sambil menunjukkan lengan kirinya yang digips.
"Aku akan pergi. Aku tidak akan lama. Aku berjanji akan pergi sebelum ayah dan ibu pulang kerja untuk mencegah hal-hal yang tak diinginkan. Jika terjadi sesuatu padamu dan aku tidak ada disini, tolong lain kali pergilah ke rumah sakit sendiri seperti saat kau berobat untuk tangan kirimu itu." Kata Kenzo sambil melangkah pergi menuju mobilnya.
Sayangnya aku tidak butuh rumah sakit. Itu hanya kebohongan belaka karena kau tidak akan percaya jika aku mengatakan kepadamu kalau ada makhluk yang bukan manusia yang menyembuhkan lengan kiriku. Jika terjadi sesuatu padaku, aku hanya akan minta tolong Dio untuk mengobati lukaku. Batin Hiro yang melihat kakaknya sudah masuk ke dalam mobil, dan kini Ia sudah melaju pergi.
"Hmmm... mungkin aku juga akan pergi juga." Kata Hiro sambil berlari masuk ke dalam hutan.
Di saat-saat yang masih pagi itu, Hiro berjalan-jalan di sekitar makam untuk mencari tugu pintu ruangan rahasia di salah satu makam tersebut. Akhirnya, dia menemukannya dan masuk ke dalam dan berjalan menuju lorong yang gelap itu.
Tak lama kemudian, Ia menemukan pintu tersebut. Lalu, membuka pintu itu. Ternyata itu semua kenyataan, seperti yang di dalam mimpinya.
"Aku tahu itu nyata." Kata Hiro sambil masuk ke dalam pintu itu, dan berjalan ke gerbang taman yang kini lebih terlihat berbeda daripada sebelumnya.

Saat sampai di kastil,Ia melihat ada tangga panjang yang besar, disertai dengan lilin-lilin mewah yang menghiasi ruangan itu. Di kedua pegangan tangga, ada sebuah patung yang duduk di kedua sisi yang makin menambah kemewahan kastil tersebut.

Hiro pun mulai menaiki tangga menuju lantai dua sambil menoleh ke kanan, dan ke kiri.

Lalu, Ia pergi untuk melihat ke halaman belakang lewat balkon yang berada di lantai dua, tapi dia tidak melihat seorang pun disana. Kastilnya jauh tampak berbeda dari luarnya. Entah kenapa, bagian belakang kastil lebih berbeda daripada bagian depan kastilnya yang jauh lebih menyeramkan. Seolah-olah kastil itu adalah dua kastil yang berbeda. Padahal kastil itu sama.

Hiro pun melanjutkan langkahnya untuk menaiki tangga ke lantai tiga yang dihiasi oleh lampu-lampu yang mewah.

Setelah itu, Ia pergi menuju ruangan kosong yang hanya dihiasi oleh lolon-lilin gantung yang indah. Hiro berfikir bahwa mungkin itu adalah lantai dansa atau semacamnya.

Ia pun terus berjalan sampai Ia menuju ruangan yang penuh lukisan-lukisan gambar wajah para bangsawan dengan lampu dan lilin yang menghiasi ruangan itu.

Di saat Ia sedang asik memandangi beberapa lukisan, Ia pun menyadari kehadiran seorang pelayan yang ada disana.

Hiro menghampiri wanita tersebut dan bertanya tentang keberadaan Dio. Tapi, Ia sama sekali tidak menjawab. Ia hanya diam dan membawa Hiro ke ruang makan.
Sesampai di ruang makan pun, sama sekali tak ada seorang pun selain dirinya, dan pelayan yang sudah pergi entah kemana. Di sana, hanya ada steak daging, hamburger, dan kentang goreng yang tersedia di ruang makan. Dia juga melihat sebuah kertas bertuliskan namanya. Dia membuka kertasnya tersebut, ternyata pesan itu berasal dari Dio.
Hiroshi, Mr. Harold mengundangmu ke rumah mereka setelah makan siang. Aku harap kau menyukai pakaian baru yang aku siapkann untukmu. ~ Dio
Setelah kenyang memakan makanannya, Hiro segera pergi berkeliling di kastil. Pertamanya, Ia pergi ke balkoni dalam untuk melihat-lihat pemandangan mewah yang berada di dalamnya.

Kemudian, Ia pergi menuju ruangan bagian perpustakaan yang diisi oleh ratusan ribu buku yang tertata rapi di rak.

Hiro juga melihat beberapa hiasan globe besar yang menghiasi ruangan perpustakan itu.

Ia terus berjalan sampai ke arah balkoni luar lain di lantai yang berbeda itu untuk menikmati pemandangan lautan yang entah sejak kapan Hollow Lavador memiliki lautan sebesar itu. Dunia Hollow Lavador yang berada di sini memang terlihat berbeda daripada dunia Hollow Lavador di dunia aslinya.

Setelah itu, Ia pergi menuju ruangan lain, yang ternyata kamar seseorang dengan nuansa berwarna hitam, dan hiasannya lebih terlihat modern daripada kamarnya yang hiasannya bertema klasik.

Tak lama setelah puas melihat-lihat kamar tersebut, Ia pun segera pergi menuju ruangan lain, yang ternyata ruangan tersebut lebih gelap, menyeramkan, memiliki tema yang berbeda, dengan wallpaper dinding berwarna hijau. Tangga-tangganya pun berbeda, tangga yang ini terbuat dari kayu, lebih sempit dan terlihat kuno daripada ruangan lainnya.

Ia pun menaiki tangga tersebut, sambil melihat-lihat lukisan-lukisan yang tergantung disana bersama dengan cermin-cermin antik yang terpajang di dinding wallpaper hijau dengan corak emas yang antik pula.

Akhirnya, tibalah Hiro di salah satu ruangan kastil tersebut, Ia menemukan sebuah ruangan yang lebih gelap, lebih berdebu, dan lebih tak menarik daripada ruangan lainnya. Di ruangan tersebut terdapat beberapa burung hantu palsu yang digantung menghiasi ruangan itu.

Hiro terus berjalan mengelilingi ruangan itu, sampai ketika Ia menemukan sebuah pintu sel yang terkunci. Ketika, Ia mengintip lewat celah pintu itu. Ia melihat seorang badut istana sedang terikat dan dirantai.
Hiro teringat akan kunci yang Ia temukan di hutan saat Ia dan para sahabat lamanya sedang liburan sekolah untuk yang terakhir kali. Ia menemukan kunci itu berkat bola-bola mata yang menuntunnya untuk menemukannya. Entah kenapa, Ia berfikir untuk menggunakan kunci itu untuk membuka pintu sel badut istana itu. Alasan lain, kenapa dia ingin membukakan pintu tersebut, adalah karena Ia merasa badut istana itu tak berbahaya meskipun topeng yang Ia kenakan bersama pakaiannya menyeramkan.
Ia pun mengeluarkan kuncinya dan membuka pintu sel tersebut dengan kuncinya. Setelah itu, dia membuka rantai yang mengikat padanya terkunci itu.
"Keren, apakah ini kunci yang bisa membuka semuanya?"
Badut istana itu mengeluarkan sebuah kartu joker yang sisi kartu lainnya putih kosong. Tiba-tiba saja kartu yang kosong itu menulis sendiri.
"Tidak, itu bukan kunci yang bisa membuka semuanya."
Setelah Hiro membaca tulisan yang berada di kartu tersebut, tulisan itu menghilang.
Badut itu tampaknya tidak bisa berbicara, atau mungkin dia memilih untuk tidak berbicara dan lebih baik menggunakan kartu ajaib yang bisa menulis sendiri untuk berkomunikasi.
"Apakah kau sosok orang yang bertugas menulis cerita yang menyeramkan itu?" Tanya Hiro
"Tidak, bukan aku orangnya."
"Oh, iya! Hai, aku Hiro! Siapa namamu?" Tanya Hiro
"Seperti yang kau tahu... aku Jester, badut istana. Tapi sebenarnya aku tak punya nama seperti kalian para manusia karena badut tidak punya nama."
"Tidak? Kenapa?"
"Manusia memiliki nama karena kalian tidak mengetahui siapa kalian. Kami tahu siapa diri kami, sehingga kami tidak butuh nama."
"Bagaimana kau bisa sampai disini?"
"Aku sudah berada disini sejak lama sekali. Ini adalah sebuah permainan yang dia mainkan. Dia membenci badut dan mencoba mengusirku. Tetapi dia tidak bisa melakukannya marena aku datang dan pergi sesuka hatiku."
"Dio membenciku badut? Apa maksudmu? Dia itu luar biasa! Tidak mungkin dia membenci badut!"
"Kau mungkin berfikir bahwa dunia ini adalah mimpi yang menjadi kenyataan. Tapi kau salah, semua ini adalah ilusi. Kau berfikir di dunia ini, kau bisa memperoleh semuanya dengan gratis, tapi kau salah. Karena harus ada bayaran dari hal gratis yang diberikan."
"Itu tidak masuk akal."
"Mungkin tidak padamu. Bagaimana pun juga kami ada rekan, bahkan rasanya aku seperti saudara yang bahkan tak pernah dimiliki olehnya. Memiliki rasa yang berbeda dari manusia lain, bisa melihat, merasakan, dan mengetahui cerita orang lain." Tulisan di kartu Jester itu pun akhirnya mengilang, bersamaan dengan Jester yang mengambil kartunya kembali. Dan, Ia pun langsung menghilang pergi entah kemana.
Hiro pun tidak menghiraukan Jester, dan akhirnya berjalan masuk ke rumah Mr. Harold. Saat dia sampai seluruh kursi di dalam sana telah diduduki para sahabatnya. Saat Ia hendak duduk di kursi paling belakang, Ia melihat Han.
"Hey, Han!" Sapa Hiro
Mereka duduk, kemudian pertunjukan sirkus yang lainnya dimulai.
Semua orang bertepuk tangan ketika Ia melihat Mr. Harold menyalakan api-api di cincin besar itum setelah itu, Ia mengeluarkan harimau-harimau dari kandangnya dan melompati lingkaran-lingkaran aoi tersebut.
Setelah itu, Mr. Harold memutar tongkatnya dan menancapkannya ke bawah, sehingga terbangunlah dinding-dinding yang membentuk spiral untuk landasan seekor beruang yang mengendarai motor, setelah itu Ia melihat sekeor monyet dengan sepatu roda roket melakukan berbagai macam trik di landasan tersebut.
Kemudian, Ia juga melihat seekor kera yang bergantungan dan melompati cincin bersinar yang berterbangan di atas.
Setelah itu, Ia melihat beberapa ekor anjing laut sedang saling melempar dan bertukar bola satu sama lain menggunakan ekor dan kepalanya.
Lalu, beberapa ekor gajah menyemprotkan sebuah asap berwarna-warni di sekitar mereka.
Tak lama kemudian, Travis dan Han pergi dari bangkunya dan memanjat naik ke sebuah tangga. Setelah itu, mereka berjalan di atas tali sambil membawa tongkat berapi mereka dan memutar-mutar tongkat berapi itu.
Kai bangkit dari kursinya, mengambil tongkat berapinya dan melompat ke sebuah trampolin, hingga Ia melambung tinggi, kemudian Ia mendarat di salah satu tali sambil berjalan diatasnya dan memainkan tongkatnya.
Seekor burung Argentavis magnificens terbang mengengelingi tenda sirkus yang besar itu, kemudian mencengkram pundak Hiro, dan membawanya terbang ke atas. Setelah itu, burung tersebut mendaratkan Hiro di seutas tali tersebut.
Pertamanya Hiro hampir saja terjatuh saat melangkah, tapi tak lama kemudian Ia bisa berjalan melewati tali itu dengan mudah. Tepat pada saat itu juga, Mr. Harold melemparkan sebuah tongkat berapi kepadanya, dan Hiro langsung menangkapnya, memutar, lalu memainkannya di atas tali tersebut diikuti dengan berbagai kembang api yang diluncurkan di sekitar mereka membuat pertunjukkan sirkus itu semakin meriah.
Setelah bermain cukup lama, kini mereka sudah meluncurkan beberapa kembang api dan kertas-kertas berkilau lainnya untuk mengakhiri pertunjukkan tersebut.
Semua yang berada di dalam tenda sirkus itu, bersorak kepada mereka. Dan, tak lupa Sharon melemparkam bunga kepada Hiro.
Setelah itu, mereka pun akhirnya pergi keluar untuk pergi kembali ke kastil. Ternyata Dio sudah menunggu.
"Halo! Apa tadi menyenangkan, Hiro?" Tanya Dio
"Tentu saja itu fantastis! Mereka turun ke bawah dan menarikku tepat dari kursi dudukku. Lalu aku terbang ke udara dan memainkan tongkat berapi itu dan itu sangat ajaib." Kata Hiro sambil berjalan menuju ruang makan serta, diikuti langkah Dio beserta orang tuanya.
"Kau sangat suka tinggal disini, bukan begitu Hiro?"
"Yup! Selamat malam Han, Kai, Sharon, dan Travis!" Kata Hiro sambil melambaikan tangannya kepada para sahabatnya.
Orang tuanya pun segera menutup pintu ruang makan.
"Kau bisa tinggal disini selamanya, jika kau mau." Kata Dio
"Benarkah?" Tanya Hiro tak percaya.
"Tentu saja. Disini kita akan bernyanyi, bermain permainan, melatih seni bela dirimu, menggambar, dan aku akan membuatkanmu makanan favoritmu." Kata Dio
"Hanya ada satu hal kecil yang harus kau lakukan." Kata ayahnya.
"Apa itu?"
Ibunya langsung memberikan Hiro sebuah kotak hitam yang dihiasi pita. Layaknya seperti sebuah kado.
Hiro pun membukanya, dan Ia pun terkejut dengan isinya yang hanya sebuah pisau kecil dan kain berwarna hitam.
"Hitam itu salah satu warna kesukaanmu, kan? Tapi jika kau ingin warna biru tua, juga tak masalah. Aku bisa buatkan untukmu." Kata Dio
"Tidak mungkin! Kalian tidak akan membuat mataku buta dengan pisau itu, lalu menutupnya dengan kain!"
"Oh, tapi kami butuh jawaban iya. Jika kau mau tinggal disini." Kata ayahnya.
"Sangat tajam, tapi kau tidak merasakan apapun." Kata ibunya.
"Keputusan berada di tanganmu, Hiroshi." Kata Dio
"Aku tidak mau menjadi buta. Aku masih ingin melihat." Kata Hiro
"Jangan khawatir, kau masih bisa melihat seperti kami meski kau tidak memiliki mata. Hanya saja matamu harus tertutup kain, karena jika tidak maka akan mengganggu pemandangan, kan? Kalau kau tak punya mata?" Kata ayahnya.
"Ti-tidak." Kata Hiro yang langsung teringat akan teman-teman barunya yang baru saja masih berada di LA.
"Ada apa Hiro? Bukannya kau mau tinggal disini? Disini kau sudah punya semua yang kau butuhkan." Kata Dio
"Semuanya tidak akan sama tanpa teman-teman baruku." Kata Hiro
"Mereka akan tiba disini sebentar lagi. Kau tak berfikir untuk menolak semua ini dan masih kembali ke dunia nyatamu, kan? Mereka semua palsu dan orang-orang jahat. Mereka akan mendapatkan balasan atas perbuatan mereka. Contohnya seperti Rocky, apa kau tahu bahwa dia punya adik kembar? Adiknya tewas karena Rocky membunuhnya. Sedangkan Zane membunuh keluarganya dengan meninggalkan mereka semua dalam kebakaran. Phillip, seharusnya memperingatkan sepupunya tentang orang-orangan sawah itu, agar sepupunya tidak mati karena perbuatannya. Ayah angkat Daniel adalah seorang pembunuh berantai, tapi Daniel masih menyayangi ayah angkatnya itu, bahkan meskipun dia tahu bahwa ayah angkatnya yang membunuh keluarga aslinya dan juga teman-temannya. Miles adalah orang yang sangat manipulatif. Dia memanipulasi seorang gadis yang merupakan temannya untuk menjadi pacarnya. Dia pernah mengacaukan hidup gadis itu sampai gadis itu punya kehidupan yang kacau dan bahkan sudah mencoba bunuh diri berkali-kali. Louise selalu lari dan menakutkan segala hal. Itu disebabkan karena dia membunuh orang tuanya dalam kecelakan mobil, kini dia dihantui oleh ketakutan terus menerus."
"Tidak, kau berbohong!"
"Apa aku pernah berbohong padamu? Semua orang yang berada di sekitarmu berbohong kepadamu. Tak ada orang yang bisa kau percaya selain aku. Semua orang tak ada yang menginginkanmu. Mereka hanya berpura-pura untuk menutupi kesalahan yang mereka lakukan di masa lalu, agar orang-orang tak menyangkal mereka ataupun mengungkit masa lalu mereka. Agar yang lainnya percaya bahwa mereka tak membuat kesalahan-kesalahan itu di masa lalu. Tidak akan ada yang mengerti dirimu, selain aku. Buktinya, tak ada yang percaya padamu ketika kau mengatakan kau melihat makhluk-makhluk itu kepada mereka, kan?"
"A-akan kupikirkan. Aku akan pergi tidur." Kata Hiro yang mulai merinding.
"Tidur? Sebelum makan malam?"
"Aku benar-benar sangat lelah." Kata Hiro sambil langsung berjalan keluar dari ruang makan dan bergegas berlari menuju kamarnya dan menuup pintu kamarnya.
"Ada apa Hiro? Bukannya kau ingin tinggal disini?" Kata teman-temannya dari balik foto.
"Aku akan pulang ke rumah malam ini dan tidak akan pernah kembali lagi." Kata Hiro sambil memejamkan matanya dan tidur.
Keesokan paginya, dia terbangun dan tetap berada di kamar mewahnya itu.

Ia pun segera bergegas membuka jendela kamarnya, yang disertai dengan korden merah di kedua sisi dengan sebuah bangku berwarna merah pula di dekatnya. Ditambah dengan sebuah lilin gantung yang dan sebuah patung berwarna putih di dekat sana. Ia segera memanjat turun dari lantai kamarnya menuju bagian taman. Setelah itu, Ia berlari ke taman dan memanjat pagar taman, lalu berlari ke tugu tersebut, dan menemukan sebuah lorong gelap bersama dengan pintu. Ketika Ia membuka pintu tersebut, di balik pintu itu hanya berisi sebuah peti mati hitam bersama Jester yang berdiri di dekat peti mati itu.
"Dimana Dio?"
Jester langsung melempar kartunya ke pada ahiro, dan Ia pun segera menangkapnya.
"Kau pikir apa yang kau lakukan?" Tanya Jester
"Aku sedang mencari jalan keluar darisini. Bukannya pintu tugu makan itu biasanya berada di sini?" Tanya Hiro
"Tidak ada apapun di dunia ini seperti di dunia nyatamu. Ini adalah bagian kosong dari dunia ini. Dia hanya membuat sesuatu yang dia ketahui untuk mengesankanmu."
"Tapi kenapa? Kenapa dia menginginkanku?"
"Mungkin kau mengingatkannya pada seseorang. Tapi, dia memang selalu begitu. Dia menginginkan sesuatu untuk dimanipulasi atau sesuatu untuk dijadikan teman. Sesuatu yang bukan dirinya. Atau mungkin dia menginginkan jiwa untuk dimakan seperti biasanya."
"Dimakan? Apakah setiap orang yang dijadikan temannya selalu dimakan jiwanya olehnya?"
"Tidak selalu. Sebenarnya ada dua jiwa yang masih belum dimakan olehnya."
"Siapa dia? Kau juga bilang aku mengingatkan Dio pada seseorang. Siapa?" Tanya Hiro
"Kau akan segera tahu. Satu jiwa itu akan bebas ketika aku berjalan di sekitar dunia. Sedangkan satu jiwa yang lainnya disimpan olehnya untuk rencana cadangannya."
Jester langsung membuka pintu tersebut dan tampaklah sebuah lorong gelap lain. Ia langsung mendorong tubuh Hiro ke dalam pintu itu dan menutupnya.
"Tunggu! Bagaimana dengan dirimu?" Tanya Hiro yang berada di balik pintu.
Tiba-tiba, Ia merasa ada sebuah kartu terselip di sakunya.
"Aku bisa datang dan pergi sesukaku, tanpa pintu atau perantara lainnya. Jangan khawatir, kali ini aku tidak akan ditangkap dan dikurung lagi olehnya. Ini dunia yang kecil, aku bisa berjalan bebas di sekitar dunia ini."
Setelah Hiro membaca itu, tulisan itu langsung menghilang. Ia pun menyimpannya di dalam saku celananya untuk berjaga-jaga jika Jester tiba-tiba menulis lagi lewat kartu bergambar joker itu.
Kemudian, Ia pun pergi keluar dari tugu makam itu, dan berlari memasuki hutan. Lalu, akhirnya sampai ke halaman belakang rumahnya. Ia pun, mengatur nafasnya yang terengah-engah itu. Setelah itu, Ia pun masuk ke dalam rumahnya dan pergi ke kamarnya.
Tak lama kemudian, Ia mendapatkan panggilan telefon dari Zane.
Hiro pun segera mengangkatnya, Zane bilang kepada Hiro bahwa mulai awal bulan October ini, dia bersama Phillip, Daniel, Louise, Miles, dan Rocky akan kembali pulang ke Hollow Lavador. Mereka semua akan tiba bulan October ini di sana.