Nosa menatap mata Kaylila yang meredup dan basah oleh air mata. Sejenak, ia dapat melihat bahwa Kaylila tersentuh dengan ucapannya. Hingga akhirnya Kaylila menurunkan tatakan piring di tangannya kembali ke atas meja.
"Aku akan menantimu memaafkan aku, kapan pun itu, aku akan selalu menunggumu membuka hatimu kembali. Satu hal yang kumau, jangan pernah sakiti hatimu, jangan pernah. Itu sama artinya dengan kamu melukai hatiku." Nosa tersenyum lebar, kemudian mendekatkan punggung tangan Kaylila ke arah bibirnya, kemudian mengecupnya dalam.
Tetesan darah dari pelipis matanya terjatuh, mengalir mengenai punggung tangannya.
"Sekali brengsek, tetaplah brengsek, selamanya! Sekali menipu, akan tetap menipu, selamanya. Kamu pikir aku akan mempercayai semua ucapanmu? Kamu pikir aku bodoh?" seru Kaylila dengan nada kasar. "Pergilah! Atau aku yang akan pergi!"