NEW YORK
Pukul 06.30
"Pagi, El!" Sapa teman El sambil melambaikan tangannya.
Adriana Elliza Meciele yang kerap dipanggil El adalah putri dari keluarga terhormat. Papahnya adalah CEO di perusahaan yang terkenal di Prancis dan ibunya adalah seorang desainer ternama di Indonesia
"Pagi" Jawab El dengan singkat.
"Eh kalian tau gak, tadi gw liat si bryan berangkat sama cewek."
"Bukannya Bryan itu pacarnya Ell yaa?"
"Iya, tapi Bryan berangkatnya bukan sama Ell, tapi sama sii Helen."
"Lu tau dari mana?"
"Kebetulan tadi gw lewat rumahnya Helen."
"Cihh, jalang gak tau diri!" Ucap Sisil yang mendengar ucapan ciwi ciwi barusan.
"Apa benar yang dikatakan mereka tadi?" Tanya Ell dalam hati.
"Kenapa?". Tanya Ell.
"Liat Ig pacar lo. Bisa-bisanya dia post foto Helen pake caption "mygirl". Dasar playboy akut!" Ucap Sisil.
"Mana coba liat?" Tanya El. Sisil segera menunjukkan sebuah foto.
"Butuh dikasih pelajaran, nih." Ucap Ell dengan smirknya.
"Sil, bagi contekan pr dong." Ucap El.
"Gue aja mau nyontek Sandra."
"Si Sandra pasti datengnya tepat bel bunyi. Mana satu aja belum gue kerjain."
"Makanya belajar yang rajin. Jan ngandelin orang lain."
"Gue mah udah pinter. Tapi kelamaan gak diasah. Malah ketemu kalian. Nambah ogeb guanya."
"HELLO EPRIBADIII!!! Sandra yang cantik membahana dateng. Red carpetnya di gelar dong buat nyambut gw!" Teriak Sandra dengan suara toanya.
"Berisik!" Ucap murid sekelas.
"Sandra sini lo!" Panggil El.
"Ashiap, bos." Sandra segera berjalan menuju bangku El yang berada di belakang kelas.
"Kenapa?"
"Tugas fisika lo mana?"
"Nih." Ketika El ingin mengambilnya Sandra segera menariknya kembali.
"Eit, klo nanti salah jangan nyalahin gw kayak kemarin."
"Iya iya, mana buku lo."
"Nih"
Skip istirahat
"Ell... Ell!'' Teriak Sisil yang berlari ke arah Ell.
"Apaan sih? Budek kuping gw!"
"Hehe..."
"Ada apa?" Tanya Ell
"Tadi gw liat si Bryan makan bareng sama si Helen."
"Yang bener lu, Sil?" Tanya Sandra dengan mata yang melotot.
"Iya, sumpah gw nggak bo'ong, kalo gak percaya yuk ikut gw ke kantin!"
Ell pun mengikuti kedua sahabatnya itu. Dan dijumpainya pemandang yang sangat romantis didepan matanya. Ell berjalan menuju mereka.
"Selamat ya atas jadiannya kalian berdua." Kata Ell dengan senyuman kecil.
"Iya, terimakasih." Ucap Helen yang tidak menyadari kalau itu adalah Ell.
"Kok gak ada malu-malunya, si Helen"
"Urat malunya putus kali"
"Dasar pelakor"
"Gak tau diri banget. Nikung pacar orang"
Helen yang mendengar cibiran itu hanya menunduk sedih.
"Gue tau niat lo, lo mau buat Helen di bully, kan?" Tanya Bryan dengan nada yang tinggi. Helen berdiri untuk meredakan amarah Bryan.
"Cepet banget tau niat asli gue." Gumam Ell yang masih terdengar oleh Bryan dan Helen.
"Lo!"
"Plakkk!!" Suara tamparan yang sangat keras.
"Ups, meleset ya?" Tanya Ell sedangkan semua murid tertawa dengan kejadian itu.
"Aauuu…" Ringis Helen kesakitan karena ditampar Bryan.
Seharusnya tamparan itu mengenai pipi Ell, tapi Ell sudah merencanakannya sebelum itu terjadi, Ell sengaja menggeser tempat Helen berdiri agar menjadi benteng untuknya.
"Honey, kamu gakpapa?". Tanya Bryan.
"Ogebnya kok dipelihara, tau pacarnya ketampar ya pastinya sakitlah. Malah nanya kamu gak papa?" Sindir El. Sedangkan Bryan sudah menggertak giginya dengan tangan yang mengepal kuat menandakan dia menahan amarahnya.
"Oh, udah emosi aja. Gw balik aja deh". Ucap El meninggalkan kantin. Ell memilih pergi ke atap untuk menghirup udara segar.
06.30 a.m
Tok...tok...tok
"Nona apakah anda sudah bangun?" Teriak salah satu pembantu di rumah El.
Mendengar suara teriakan dari depan pintu kamarnya El pun terbangun.
"Nona?"
"Iya saya sudah bangun."
"Apakah saya perlu menyiapkan air hangat untuk anda?"
"Tidak usah, biar saya saja."
"Baik nona."
El pun mulai berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Skip
"Good morning, ma,pa." Sapa El di pagi hari.
"Good morning, sayang." Jawab Mama El dengan senyuman yang manis.
"Ayo sini sarapan."
"Iya, paa."
"Habis makan kamu ikut papa keruang keluarga."
El yang mendengar kalimat itu langsung tersedak.
"Uhuk uhukkk.."
"Ini diminum dulu airnya." Kata mamah sambil menyodorkan segelas air putih.
"Makasih mah"
Setelah makan El langsung pergi ke ruang keluarga untuk menemui papanya.
"Ada apa ya pa,ma? Kok kelihatannya serius?" Kata El yang sebenarnya sudah mengerti apa yang akan dikatakan oleh papanya.
"Apakah kamu kemarin mempermalukan Helen di sekolah?" Kata papa El dengan nada yang tegas. Helen adalah anak presdir dari perusahaan yang cukup ternama di Indonesia.
"Iya" kata El dengan nada yang singkat, padat dan jelas.
"Kenapa kamu melakukan itu? Apakah papa salah mendidikmu?"
"Papa tidak salah mendidikku." Jawab El dengan singkat.
"Lalu kenapa kamu menamparnya?" Tanya Papa El dengan nada yang cukup tinggi.
"Aku hanya memberikan sedikit pelajaran untuknya."
"Sekarang ganti kamu yang papa beri pelajaran. Kamu harus terima hukumanmu atas kesalahan mu selama ini!" Kata papa El yang tak kalah singkat, padat, dan jelas.
El dan mamanya terkejut ketika Devlin berkata seperti itu. Ya, Devlin adalah nama Papanya El.
"Mulai besok kamu harus pulang ke Indonesia, untuk belajar hidup mandiri dan merenungi kesalahan yang telah kamu perbuat."
"Kenapa Papa menghukumku untuk pulang ke Indonesia ini nggak adil dong, El kan cuma nampar si Helen." Protes El, tapi Devlin tidak menanggapinya dan berjalan keluar.
"Ma, ini gimana? Aku gak mau pulang ke Indonesia."
"Patuhi aja perintah papamu. Kamu tau kan, klo papa sudah memutuskan tidak ada yang bisa membantahnya."
POV Adriana Elliza Meciele
"Apa apaan ini, gw kan cuma nampar si Helen masak sampe dihukum seberat ini. Padahal dulu gw pernah buat puluhan murid keluar dari sekolah an tapi gw nggak diapa apain dan sekarang cuma nampar tu muka monyet aja sampe di hempas keluar rumah." Batin gw dengan emosi yang meluap luap dan hampir meledak.
Dilain tempat
LONDON
PUKUL 06.00
Kring...kring...kring...
Keringat dingin bercucuran diwajah cantik seorang gadis. Menandakan mimpinya saat ini sedang sangat buruk.
"Nona bangun...nona bangun..." Ucap seorang maid yang khawatir. Seketika nona mudanya itu terbangun dari mimpi buruknya.
"Minum dulu, Nona."Ucap maid sambil memberikan segelas air putih dan diterima baik gadis itu.
Prok...prok...prok..
"Buka tirai matikan lampu." Ucap maid kepada Mansion pintar itu.
"Nona, ada apa? Kenapa Nona bisa sampai berkeringat seperti ini?"
"Tidak, saya tidak apa-apa."
"Siapkan pakaian saya."
"Baik, nona."
Setelah mandi, Zay segera memasuki walk in closetnya yang berisi berbagai pakaian, sepatu, tas, dan perhiasan dari merk ternama.
Skip
"Pagi, Zay." Ucap Ayah yang melihat anaknya datang dari lift. Namun tidak ada jawaban dari sapaan Ayah kepada Zay. Ya, dia adalah Zayna Adinata Asta Martawangsa.
"Zay!" Teriak bunda mengagetkan Zay.
"Kenapa?" Tanya Zay.
"Kamu disapa ayah malah diem." Ucap bunda. Bunda bekerja sebagai seorang hakim dan mantan model ternama.
"Maaf."
"Kamu kenapa sih?"
"Gapapa."
"Beneran?"
"Hm"
Zay segera mendudukkan dirinya di salah satu kursi meja makan. Dan kembali ke lamunannya. Sampai makanan datang dan sudah ada didepan Zay, Zay tetap pada lamunannya. Dan makanan itu hanya dia main-mainkan.
"Zay!" Panggil ayah. Namun tidak ada sambutan dari Zay.
"Zay!"Panggil ayah dengan suara lebih keras sambil melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Zay.
"Apa ayah?"
"Zay, are you okay?"
"Ya, i'm okay."
"Don't lie."
"Really, just some hard problem."
"Okay. Stay strong and if you can't finishing problem, you can give up."
"Ok"
"Now, eat your foods!"
Skip
"Zay izin pergi ke kantor." Ucap Zay sambil menyalimi ayah bunda.
"Hati-hati di jalan." Ucap Bunda.
Sampai di kantor Jaksa
"Jaksa Zay! Jaksa Zay!" Teriak Meghan seorang detektif. Zay segera mengedarkan pandangannya mencari orang yang memanggilnya.
"Jaksa...kenapa...anda...sulit...sekali.. saya...panggil." Ucap Meghan sambil mengatur nafasnya.
"Maaf."
"Iya, tak apa. Jaksa, hari ini kita tidak ada kasus. Jadi, hari ini kita libur. Bagaimana kalau kita melihat sidang kasus pembunuhan berantai yang ditangani Jaksa David?" Tanya Meghan.
"Tidak."
"Ayolah, jaksa. Jaksa Zay sesekali harus melihat kinerja bawahan anda." Ucap Meghan.
"Baiklah." Pasrah Zay. Mereka berdua segera berjalan menuju ruang sidang yang beranda di lantai dua.
Skip
"Silahkan masuk, Jaksa Zay." Ucap security. Memang Zay walaupun dia masih muda namun sudah menjadi Jaksa Utama.
"Terima kasih."
Di dalam ruangan sudah berkumpul beberapa jaksa, saksi, reporter dan hakim.
"Jaksa, kita duduk dimana?" Tanya Meghan.
"Nomor 2." Ucap Zay sambil berjalan ke kursi baris kedua dan mendudukkan tubuhnya disana.
Sidang berlangsung
"Jaksa menurutmu bagaimana ini?" Tanya Meghan.
"1/99" Jawab Zay.
"Maksudnya?"
"Kemenangan ada di pihak tersangka".
"Kenapa?"
"Kartu as"
"Ha?".
"Kartu as kita disembunyikan."
"Lihatlah di monitor! Kenapa dia hanya memberikan cctv di balkon dan kamar saja? Belum tentu dia meninggal karena kecelakaan atau hanya pertengkaran. Bisa saja dia memakan makanan lain dari orang lain." Ucap Zay.
"Wow! Jaksa Zay memang hebat." Ucap Meghan.
"Seharusnya mereka mencari bukti di tempat sampah." Ucap Zay.
"Kenapa tidak ada otopsi?" Tanya Zay.
"Pihak keluarga melarang." Ucap Meghan.
"Tapi tidak menutup kemungkinan ini pembunuhan berantai, karena satu saudaranya lain juga bunuh diri sedangkan sekretaris ayahnya meninggal karena kecelakaan saat dia mabuk. Dan dia dianggap membunuh saudaranya hanya untuk menjadi pewaris dan diperkuat, dia sebelumnya memang sedang bermusuhan dengan kakaknya."Ucap Meghan.
"Tersangkanya adalah nyonya keluarga itu." Ucap Zay.
"Apa!" Teriak Meghan membuat semua orang menatapnya.
"Maaf" Ucap Meghan.
"Bagaimana bisa, Jaksa?" Tanya Meghan.
"Dia adalah ibu tiri ketiga anak itu karena mereka anak haram. Sekali dia membunuh, maka anak lain juga kalah karena dianggap membunuh saudaranya. Dan nanti si bungsu atau anak wanita itu akan menjadi pewaris keluarga itu." Ucap Zay.
"Tapi, bukannya anak kandung yang menjadi pewaris?" Tanya Meghan.
"Tidak, di keluarga itu, yang tertua menjadi pewaris." Ucap Zay.
"Jadi, nyonya keluarga itu membunuh anak kedua dengan memberinya racun. Ketika di kamar, anaknya sudah meninggal dan dia berakting seolah-olah ada pertengkaran dengan anak kedua. Ketika pertengkaran itu, dengan sengaja dia mendorong anak kedua dari balkon kamar. Bagaimana ini, Jaksa?" Tanya Meghan.
"Suruh mereka melakukan otopsi walau keluarganya tidak mengizinkan. Kalau tidak ada kandungan racun, lihat pada darahnya." Ucap Zay.
"Tapi kita tidak punya wewenang." Ucap Meghan.
"Nasihati"
"Baik, Jaksa"
Skip
"Jaksa, kenapa kita tidak ambil alih kasus ini saja?" Tanya Meghan sambil berjalan keluar dari ruang sidang.
"Tidak, saya sibuk."
"Apakah ada dinas internasional?" Tanya Meghan.
"Bukan, sepertinya saya akan ke Indonesia."
"Siapa yang mau ke Indonesia?" Tanya David yang tiba-tiba datang.
"Saya" Jawab Zay.
"Yah, Jaksa. Jangan pergi, saya disini kesepian." Ucap David.
"Jijik"
"Sakit hati abang, dek."
"Oh iya, lihat tadi bagaimana Jaksa David menyelesaikan kasus ini." Ucap David pd.
"Anda salah pelaku." Ucap Zay.
"Bagaimana bisa?" Tanya David.
"Anda tidak melihat di monitor? Tersangka adalah orang yang tangannya patah. Karena bertengkar dengan korban di kamar tidur." Ucap Zay.
"Maksud anda, saya harus mencari orang yang tangannya patah?" Tanya David dan diangguki Zay.
"Jadi saya masih belum menyelesaikan masalah ini?" Ucap David dan diangguki Zay Meghan.
"Oh iya, kata Jaksa Zay. Anda harus mencari bukti di tempat sampah" Ucap Meghan.
"Huffttt, bukti video cuma pertengkaran dengan pelaku, sama bunuh diri. Mana bisa saya mencari pelaku dengan bukti itu saya?!" Teriak histeris David.
"Saya prediksi itu racun." Ucap Zay.
"Bagaimana bisa, Jaksa?" Tanya Meghan.
"Saat jenazah dibawa menuju rumah sakit. Darah yang dikeluarkan korban hanya sedikit. Dan kemungkinan korban sudah meninggal sebelum dia terjatuh." Ucap Zay.
"Baik, nanti saya pastikan terlebih dahulu." Ucap David.
"Oh iya, Jaksa Zay. Kenapa anda ke Indonesia?" Tanya David.
"Tidak apa-apa." Ucap Zay.
"Oh iya, Meghan bisa saya minta data murid kelas 11 Dirgantara High School?" Tanya Zay.
"Bisa, Jaksa. Tapi untuk apa?" Tanya Meghan.
"Ada kerabat saya yang lama tidak berjumpa. Dan yang saya tahu sekarang dia sekolah disana tepatnya kelas 11 seumuran saya." Bohong Zay.
"Oh, baik. Nanti saya berikan data-datanya, Jaksa." Ucap Meghan.
Gimana cerita hari ini? Bagus atau tidak? Kalau ada kesalahan, kritik dan sarannya ya!
Vote dan comment
Jangan jadi silentreaders