Suasana di studio yang sangat besar pada malam hari ini terasa sangat damai, terlihat beberapa properti dalam jumlah banyak terletak di mana-mana, beberapa orang yang berada di ruangan itu.
Ah, tidak. Semua orang terlihat benar-benar fokus pada sebuah objek, kemudian terdengar sebuah suara berat seseorang, "Hei....Ayolah. Kau tidak bisa melakukan hal ini padaku." Kata seorang pria dengan nada sedih yang dia tunjukkan pada seorang gadis cantik yang berada di depannya sambil menggenggam tangannya.
"Maafkan aku."
"CUT!!"
Suara sang sutradara menggema di lokasi syuting membuat sang artis menghentikan acting-nya, menandakan bahwa pekerjaannya berhenti cukup sampai hari ini.
"Bagus, kerja yang bagus."
"Terima kasih." Jawab seorang gadis muda, "Saya permisi." Sahutnya kembali sambil membungkukkan kepalanya kepada semua orang.
Gadis itu berjalan dengan lelah menuju mobil yang akan membawanya ke tempat tinggalnya, tempatnya untuk beristirahat dari semua aktivitas yang melelahkan ini.
Dia langsung menuju alam mimpi sesaat baru saja menyandarkan kepalanya, meskipun posisinya kurang nyaman saat ini, namun hal itu tidak membuatnya terhalang untuk beristirahat, tidak lama kemudian mobil itu bergerak menuju jalan raya Bei Cheng, jalanan malam ini terlihat cukup sepi. Tidak banyak kendaraan yang berlalu-lalang seperti malam-malam yang biasanya, mungkin karena suasana yang sangat dingin di luar sana membuat beberapa orang untuk berpikir ulang jika ingin melakukan aktivitas yang lain.
Hampir dua jam dia mengabiskan waktunya untuk tertidur dalam mobil sebelum berhenti di depan sebuah gedung pencakar langit yang berada di kawasan distrik pinggiran kota, gadis itu dengan cepat melangkah keluar dari mobil itu, dia sangat bersemangat memasuki gedung itu, lalu memasuki lift dan menekan angka dua belas. Menuju flatnya.
Teet!!
Suara itu mengejutkannya saat baru saja memasuki flatnya.
"Selamat ulang tahun....selamat ulang tahun."
Di depannya, beberapa temannya sedang membawa kue yang cukup besar sambil bernyanyi, di atas kue itu tertulis selamat ulang tahun yang ke sembilan belas tahun, gadis itu terharu menatap sahabat yang menyanyikan lagu ulang tahun untuknya.
Mereka terus bernyanyi hingga terdengar tepuk tangan setelah gadis itu, Wei Lou. Meniup lilin yang ada di atas kue coklat itu.
"Selamat ulang tahun, Ah Lou." Kata Su Yu dengan semangat, ruang tumunya telah disulap dengan pernak pernik ulang tahun yang lucu.
"Terima kasih semuanya."
Wei Lou terharu melihat sahabatnya merayakan ulang tahunnya. Gadis ringkih itu menerima hadiah dari mereka.
"Terima kasih." Ucapnya dengan terharu, menatap mereka satu per satu dengan pandangan bahagia.
Mata gadis itu terus mengintai seluruh ruangan itu--sedang mencari seseorang yang tidak terlihat sejak tadi, kemudian dia menyadari jika orang yang dicarinya tidak ada di ruangan ini, sejak tadi dia tidak bisa melihat sosok yang dia sayang tapi juga menyebalkan.
Sahabatnya itu tidak menunjukkan batang hidungnya sejak tadi atau lebih tepatnya pria itu tidak menghadiri pesta kejutan untuknya!
"Dia sedang berada di Hotel Emperior."
"Huh?"
Wei Lou berpura-pura menunjukkan wajah tidak mengerti atas pernyataan itu, dia tidak ingin terlihat seperti orang yang mengharapkan kehadiran pria itu, tidak sama sekali!
Du Lian tersenyum melihat kelakuannya, "Jing Yuan. Dia masih menghadiri penjamuan saat ini, tadi dia juga mengatakan untuk menyampaikan permintaan maafnya karena tidak bisa datang."
"Oh." Wei Lou berkata dengan nada kecewa yang tanpa disadarinya.
"Mungkin dia sedang dalam perjalanan kesini, tenanglah setan busuk itu pasti akan datang."
Wei Qiling mengusap kepala adiknya. Dia cukup tahu dengan perasaan Wei Lou.
"Hmm." Wei Lou menghela nafas kecewa, sebenarnya Jing Yuan sudah mengucapkan selamat padanya tapi tetap saja karena sahabatnya itu tidak hadir membuatnya sedikit kecewa. Padahal dia sangat mengharapkan kehadiran pria bermata coklat itu.
Hah, mau bagaimana lagi. Jing Yuan sedang bekerja saat ini, dia tidak boleh egois!!
Wei Lou hanya tersenyum menatap sahabat dan keluarganya yang sedang bersenang-senang, dia tidak bisa menyembunyikan perasaan kecewanya, meskipun dia sudah berusaha sekuatnya. Dia merasa sedikit bosan tanpa orang yang diharapkannya itu, sejak tadi Wei Lou hanya duduk di sofa sementara yang lain sedang bersenang-senang.
Terbiasa melakukan sesuatu bersama dengan Jing Yuan membuat Wei Lou seperti orang yang bodoh tanpa pria itu, dia hanya akan bertepuk tangan kemudian terdiam kembali ketika mereka tidak menatap kearahnya lagi.
Wei Lou menguap beberapa kali, pertanda jika gadis itu sedang bosan. Hari ini dia ingin beristirahat namun dia tidak enak hati dengan yang lain. Gadis itu menopang dagunya dengan tangan kirinya, sedikit memiringkan kepalanya ketika dia sudah tidak sanggup untuk melawan kantuknya, saat dia benar-benar akan tertidur tiba-tiba saja ada sebuah benda hangat menjatuhi kepalanya.
Kesal dengan itu, Wei Lou langsung mendongak.
Matanya sontak membulat, terkejut melihat orang yang sedang menatapnya dengan senyum jahil.
Dia berdecak sebal padanya sebelum bergeser untuk memberikan ruang untuk ditempati orang itu.
"Hey....Ada apa dengan wajah tertekuk itu?"
Wei Lou hanya diam. Memilih untuk tidak menjawab pertanyaan itu, dia menyandarkan punggung pada sofa setelah melemparkan jaket yang tadinya diletakkan di atas kepalanya ke sembarang arah. Mengabaikan Jing Yuan, pria yang tadinya tersenyum jahil padanya.
"Kau mulai mengabaikan aku lagi, heh?"
Wei Lou masih memilih tidak ingin menjawab pertanyaan itu, sedikit membuat Jing Yuan gemas padanya.
"Ck..ck..ck..Tuan putri sedang marah padaku. Qiling, apa yang harus aku lakukan pada tuan putri ini?"
Wei Qiling berjalan menuju tempat mereka.
Pria manis itu tidak menjawab, hanya mengangkat ke dua bahunya. Tidak tahu.
Melihat Wei Qiling yang tidak mau berpihak padanya, membuat Jing Yuan sedikit frustasi. Dia segera mengambil tangan Wei Lou, lalu bangkit dari tempatnya duduk. Sedikit memaksa gadis itu mengikuti langkahnya.
"Lepaskan aku Jing Yuan." Wei Lou melotot padanya.
"Sekarang kau sudah mau berbicara padaku setelah aku menarikmu." Kata Jing Yuan sebal.
Wei Lou memutar bola matanya mendengar kalimat Jing Yuan padanya, "Sekarang, lepaskan aku. Aku ingin istirahat."
"Tidak, tidak bisa. Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu, ayo."
"Tapi..."
Jing Yuan tidak mengindahkan perkataan Wei Lou, tidak membiarkan gadis itu melanjutkan perkataannya, terus menarik gadis itu keluar dari flat dan membuat yang lain hanya menatap heran dengan kalakuan mereka.