Gerimis membungkus perkotaan.
Sambil merenung, kuminum teh hangat yang tadiku buat.
Tiba-tiba suara langkah kaki berbunyi kearahku, "si, jangan bengong disitu!nanti masuk angin"sambil menyelimutiku menggunakan selimutku di pundakku.
"Kak Theo, anuu"kataku gugup, "anu kenapa?"katanya penasaran sambil duduk disebelahku, karna aku khawatir dengannya, aku berbagi selimutku dengannya, tampak wajahnya yang merona.
"Kak Theo, sakit?kok mukanya merah?"kupegang dahinya, kalau saja dia masuk angin.
"Aku gak sakit kok"memegang tanganku dengan wajah yang semakin memerah, dia menggosok tanganku agar tanganku kembali hangat.
"betulan kakak gak sakit?"sambil khawatir, kupeluk Kak Theo erat-erat, "kau kenapa sisi?"katanya memelukku balik, "aku cuman takut kalau saja kakak sakit terus meninggalkan aku".
Dia langsung memelukku erat-erat, ia terharu dengan perkataanku sambil menitikkan air mata, bagaimana tidak?dia adalah temanku yang setia, dia selalu ada jika aku sedang membutuhkannya, begitupun sebaliknya.
"kalo kakak sakit, bilang aku ya!"dengan berpelukan seperti ini di jendela kamar saat hujan turun dengan deras, mitosnya yang berpelukan akan menjadi pasangan sejati yang hidup bahagia selamanya.
Saat Kak Theo memelukku, detak suara jantungnya Kak Theo sama bunyinya dengan detak suara jantung yang kemaren, "kakak capek ya?"dengan polosnya aku mengatakan hal tersebut.
"Enggak kok, emang kenapa?"katanya sambil bertatapan mata denganku, "enggak papa"kutatap mukanya Kak Theo yang masih memerah, "Kak.....kakak mau gak?"
"Mau apa?"bertanya dengan rasa penasaran, "itu...emm."
Tiba-tiba suara guntur terdengar sampai kedalam kamarku, memecahkan obrolanku dengan Kak Theo, karna aku merasa takut dengan guntur yang begitu nyaring, aku bersembunyi didalam selimutku.
Kak Theo sepertinya kesal dengan suara guntur itu, karna menyela omonganku yang belum selesai.
.
.
.
.
Ig Author:@adnrfl
Ig novel²Author:@novelku_anf