Unnamed

12 MIPA 2 kelas kumpulan siswa-siswi yang tekenal dengan kecerdasannya. Tak hanya cerdas dalam akademik, rata rata penghuninya adalah para atlet. Tak salah lagi kelas 12 MIPA 2 adalah kelas unggulan.

Berbanding terbalik dengan kelas 12 IPS 2. Kelas itu adalah penampungan siswa nakal dan pemalas. Kelas itu paling dibenci oleh guru, penghuninya yang bobrok, suka mencari kerusuhan, dan jorok. Membuat guru enggan masuk kelas itu, tak jarang guru lebih memilih bersantai dikantor ketimbang harus mengajar dikelas itu. Noah Raharja, salah satu penghuni kelas 12 IPS 2. Cowok berambut coklat, tinggi, tidak terlalu pintar, jail, humoris, suka bolos, dan tukang malak. Noah adalah cowok paling nakal se SMA. Tak heran ia selalu di incar oleh guru BK, sering keluar masuk ruang BK, sampai pernah orang tuanya dipanggil. Namun tidak sama sekali Noah menyesal atau jera. Baginya, tidak apa apa keluar masuk BK, selagi tidak dikeluarkan dari sekolah ya fine aja. Noah tidak takut dengan ancaman BK. Dibalik kenakalannya, terdapat aura spesial yang dapat memikat hati cewek cewek. Meskipun nakal, Noah memiliki wajah yang sangat tampan. Bahkan bisa dibilang paling ganteng se SMA. Hidungnya yang mancung, matanya sipit, alisnya tebal, bibirnya merah merona, bulu matanya tebal juga terbalik, dan kulitnya mulus berwarna kuning langsat. Meski ia terlahir dari keluarga yang sederhana, banyak cewek cewek yang mengantri ingin menjadi pacarnya, ingin dibonceng motor CB antiknya, dan ingin dilindungi olehnya. Sangat sulit sebenarnya menaklukkan hati Noah yang sekeras batu. Noah belum pernah pacaran selama seumur hidupnya. Noah sangat enggan berurusan dengan cewek apalagi sampai mengajaknya berpacaran. Baginya pacaran itu tidak penting, membuang buang waktu, dan menjadikan ruang sempit untuk bergerak.

"Wo, gue liat tugas MTK punya lo dong, lo kan baik." Rayu Noah, yang sedang duduk di meja Jarwo dan ingin menyalin tugas.

"Apaan sih lo, mikir sendiri dong!" Tolak Jarwo, Noah merasa kesal ditambah Ia sedang badmood, emosinya bercampur aduk. Noah menggebrakkan meja dan menatap Jarwo tajam, seperti singa yang siap menerkam. Jarwo tersentak kaget, lalu langsung menyodorkan bukunya.

"Bercanda kali wo, gitu amat muka lu." Sambil nyengir Noah menyaut bukunya lalu pergi ke tempat duduknya yang berada di baris paling belakang.

Biar pun nakal, Noah juga sering mengerjakan tugas. Meski hasil copas dari temannya. Setidaknya ada sedikit keinginan untuk mengerjakannya.

***

"Gun, buat gue aja lo beli lagi!" Noah merebut siomay milik Gugun salah satu adik kelasnya. Dengan santainya ia makan, dan kakinya diangkat sebelah, seperti di warkop saja. Gugun yang tidak bisa melawan, hanya diam dan menelan ludahnya. Siomaynya dimakan Noah sampai habis tak tersisa. Gugun yang pendiam dan di anggap culun oleh Noah dan kawan-kawannya, selalu menjadi korban palak. kasian banget!

"Bwayarin tuh, gwua nggak bwawa dwuit." Suruh Noah yang masih mengunyah dan meminum es teajus milik Gugun. Lalu meninggalkannya begitu saja, entah kemana. Gugun menatap piring dan gelasnya yang sudah kosong. Ingin menangis rasanya, baru saja sampai pesanannya sudah disantap oleh singa galak dan kejam!

Disisi lain seseorang memperhatikan tingkah laku Noah yang menurutnya kurang ajar. Gadis itu memicingkan matanya, geram melihat kelakuannya Noah yang semakin hari semakin seenaknya saja. Bukannya terpesona, gadis satu ini malah tidak suka jika melihat Noah, berbeda dengan gadis lainnya. Namanya Aleta Wijaya. Siswi cantik dengan segudang prestasi. Memiliki suara emas juga pintar bermain piano, Aleta menjadi primadona SMA Bhakti. Sikapnya yang dingin, dan cuek membuat banyak cowok penasaran kepada dirinya. Misterius, Aleta sangat misterius.

"Ta! hellow!" Jiza menggerakkan tangannya ke atas dan ke bawah. Aleta yang masih menatap Noah dengan tajam. Kesal benar benar kesal. Jiza menaikkan sebelah alisnya.

"Woi!" Kali ini Jiza menepuk dahi Aleta, Aleta memegangi dahinya yang terasa sakit, dan menoleh ke arah Jiza dengan wajah seperti ingin marah.

"Lo cari masalah?!" tanya Aleta geram.

"Ehh, gausah ngegas kali lo. Lagian lo gue panggil dari tadi nggak nyaut.."

Aleta tidak menggubrisnya, lalu beranjak dari bangkunya.

"Mau kemana lo?" Tanya Jiza.

"Kelas." Jawab Aleta ketus.

"Idih galak amat."

Bukannya ke kelas Aleta malah ke taman belakang sekolah. Duduk sendirian dibawah pohon rindang, menikmati angin semilir yang membelai rambutnya. Aleta sangat menyukai kesunyian dan ketenangan. Ia tidak begitu suka dengan keramaian, maka dari itu Aleta sering menyendiri di taman belakang, di perpustakaan atau di ruang musik.

Aleta mengedarkan pandangannya ke kanan dan ke kiri. Kedua bola matanya menangkap pemandangan seorang cowok sedang memberi makan seekor kucing yang sedang kelaparan. Aleta tersenyum simpul sambil memperhatikan cowok itu, sweet batin Aleta. Cowok itu membalikkan badannya, ternyata ia adalah Noah yang tak lain cowok yang paling menyebalkan menurut Aleta. Raut muka Aleta yang semula tersenyum berubah sinis dan dingin. Aleta memutar bola matanya, lalu beranjak meninggalkan tempat itu.

****

"Eh,, Ta! Lo habis dari mana? Kirain tadi langsung ke kelas.." tanya Jeniver.

"Biasa." jawab Aleta singkat.

"Hillih,, Lo ketinggalan berita besar tau! Gue aja sampe kaget suer dah,," Ujar Jiza sangat heboh.

"Serah Lo gue nggak peduli,, awas.. awas.. ah!" Aleta mengusir mereka, lalu berjalan ke bangkunya.

"ihh lo harus tau nih kali! Ya ampun hari patah hati sedunia nih,," Kata Jiza melebih lebihkan.

"Apaan sih, gue nggak mau tau!"

"Nih ya walaupun lo nggak mau tau tapi tetep bakal gue kasih tau! Lo tau nggak--" Ucapan Jiza terpotong, karena Bu Hanum tiba tiba masuk ke kelasnya. Beruntung Bu Hanum datang di waktu yang tepat, Aleta tidak perlu repot repot mendengarkan ocehan si Jiza itu yang menurutnya nggak penting.

Menit demi menit sudah dilewati bel pulang juga sudah berdering sejak tadi. Aleta segera mengemas bukunya lalu beranjak meninggalkan kelasnya. Tapi setelah keluar kelasnya, hal yang tak terduga terjadi. Aleta tidak sengaja menabrak Noah, mereka berdua sama sama tidak lihat kedepan saat jalan.

"Lo itu gimana sih kalo jalan! Matanya dipake dong,," Ujar Noah. Aleta hanya tersenyum sinis.

"Serah lo." Aleta hanya cuek saja.

"Berani lo sama gue?" Ucap Noah seperti sedang menantangnya. Aleta melanjutkan langkahnya dan tidak menggubrisnya sama sekali. Memang karakter Aleta yang seperti itu, membuat lawan bicaranya kesal. Aleta seolah memberi kesan tidak suka dan tidak sopan. Noah meraih pundaknya, Aleta memutar tubuhnya dan menaikkan sebelah alisnya.

"Gue belum selesai ngomong." Kata Noah.

"So?"

Noah membuang napas kasar, saat Noah ingin berbicara tiba tiba Aleta berkata.

"Kalo sekiranya nggak penting mending nggak usah disampein." Sambil menempis tangan Noah. Lalu melanjutkan jalannya.

Noah mengangkat sebelah alisnya, sombong banget batin Noah.

****

Suasana sunyi dan tenang di perpustakaan membawa kedamaian kepada Aleta yang sedang membaca buku novel favoritnya. Meski buku itu usang dan butut, tetap saja ia membacanya lagi. Aleta merasa kantuk sudah menguasainya, Aleta menenggelamkan wajahnya di balik tangannya. Tiba tiba seorang cowok lewat, lalu meletakkan kertas berwarna pink disebelahnya yang bertuliskan "gue tunggu lo di taman belakang" Aleta membacanya dan mengerutkan kening, siapakah orang yang mengiriminya ini? Aleta mengabaikannya lalu kembali ke posisi semula, pengirim surat itu mengirimnya sudah hampir empat kali, dan terakhir yang datang sambil membawa cokelat dan kertas yang berbeda namun intinya sama.

"Apaan sih ni orang gajelas banget." Aleta berdecak kesal lalu berniat menemui orang itu. Aleta berjalan menyusuri koridor sambil membawa coklat di tangannya. Aleta mengedarkan pandangannya, membuang napas sejenak dan menemukan seseorang tengah duduk dibawah pohon rindang. Aleta langsung menghampirinya, lalu bertanya. "Lo yang kirim ini?" ketus dan dingin nada bicaranya. Cowok itu sontak menoleh ke arahnya, cowok itu memakai topi jadi Aleta tidak mengenalinya jika dari belakang. "Lo?" Aleta kaget cowok itu ternyata Noah si tukang palak.

"Apa?" Tanya Noah sambil tersenyum licik.

"Lo yang ngirim ini semua kan?" Aleta memutar bola matanya, malas. Noah hanya mengangguk.

"Apaan sih kurang kerjaan banget! Lo nggak puas puas ya, adik kelas udah lo gangguin, lo palakin, sekarang lo mau gangguin gue juga?" Ujar Aleta berbicara sesuai dengan faktanya.

"Santai aja kali, duduk dulu nih." Kata Noah dengan santainya sambil menepuk tempat di sebelahnya yang kosong.

"Nggak usah banyak basa basi deh, gue nggak ada waktu, maksud lo apa?"

"Kalem dong, buru buru amat sih. Mau kemana? mending duduk disini berduan sama gue."

"Ogah!" Aleta membuang napas kasar.

"Ngegas mulu sih, calon pacar."

"Siapa yang lo sebut calon pacar?"

"Lo lah siapa lagi."

"Dih pd amat, lo pikir gue sudi?"

"Suatu saat lo pasti jadi pacar gue, meski nggak sekarang." Kata Noah dengan pdnya.

"Denger kata gue baik baik, GUE NGGAK SUDI PACARAN SAMA LO TUKANG PALAK!" Kata Aleta menekankan kata katanya, lalu melemparkan cokelat yang ia pegang tadi dan meninggalkan Noah.

"GUE AKAN TERUS BUAT LO SUKA SAMA GUE, GUE NGGAK AKAN MENYERAH SAMPE GUE DAPETIN HATI LO TA!" Noah meneriakinya. "DAN SUATU SAAT NANTI GUE PASTIKAN LO AKAN NERIMA GUE." Tambahnya sambil menaikkan sudut bibirnya. Noah menyandarkan badannya ke pohon, memejamkan matanya dan membiarkan angin semilir menerpa kulitnya.

"BESOK DAN SETERUSNYA GUE AKAN GANGGUIN LO, NICE ALETA." Gumamnya sambil tersenyum senyum sendiri.

Entah kenapa Noah menjadi penasaran dengan Aleta dan berhasrat sekali ingin menjadikannya pacar. Selama ini Noah selalu saja menghindar jika tentang cewek, padahal banyak sekali yang sudah mengantri ingin dipacari olehnya, tapi Noah menolak. Meski gelarnya badboy Noah bukanlah Playboy yang suka mempermainkan hati cewek.

Keesokan harinya, dikantin sekolah.

Suasana ramai seketika hening, mendapati pemandangan yang sangat mengejutkan warga kantin. Noah menghampiri Aleta yang sedang sibuk membaca buku, lalu duduk berhadapan. Saat ini mereka menjadi sorotan, karena tak biasanya seorang Noah menghampiri cewek bahkan sampai duduk di depannya. Tatapan heran sekaligus iri dari para pemuja Noah semua tertuju kepada Aleta.

"Hai calon pacar..." Sapa Noah dengan pdnya sambil memangku dagunya dengan kedua tangan dan memperlihatkan senyuman lebarnya, membuat para pemujanya dan Aleta kaget. Aleta yang baru sadar ada Noah didepannya, membulatkan mata lalu menatapnya sinis sekaligus geram.

"Lo gila!?" Pekik Aleta.

"Nggak kok gue waras." jawab Noah dengan santainya.

"Ngapain lo disini?"

"Duduklah, masa tidur sih."

Aleta memutar bola matanya, malas. "Pergi nggak lo!" Aleta menyuruhnya pergi, tapi Noah malah membenarkan posisinya dan memandangi Aleta.

"Nggak akan." Kata Noah sambil menjulurkan lidahnya.

"Ihh, lo bener bener ya-" Noah membungkam mulut Aleta dengan tangannya, lalu tangannya terulur keatas seperti memanggil pelayan untuk memesan sesuatu. Salah satu anak buahnya menghampirinya.

"Udah jangan ngomong terus, biar gue pesenin makanan." Ujar Noah kepada Aleta. "Jun, pesenin siomay spesial buat neng Aleta calon pacar gue, cepetan." tambahnya dan memerintah si Juna salah satu anak buahnya. "Asiap!!" Kata Juna.

Aleta menempis tangannya, lalu berdiri disusul Noah juga ikut berdiri. Aleta memperhatikan sekitar semua sorot mata tertuju kepadanya.

"Gue nggak sudi." kata Aleta ketus dan dingin. Lalu meninggalkan tempat itu.

"Terserah lo, yang penting lo jadi pacar gue nanti." Kata Noah.

"So jual mahal banget sih tu cewek. So nolak ajakan kak Noah, kayak dia paling cantik aja, padahal juga cantikan gue." Kata Sherin kepada temannya, lalu menghampiri Noah. "Mending sama aku aja yu kak Noah. Aku mau kok,," Lanjutnya sambil memeluk tangan Noah.

Baru lima langkah dari tempat, Aleta berbalik dan menghampiri Sherin. Tidak terima dengan perkataan yang dilontarkannya, Sherin sepertinya ingin bermain api dengan Aleta. Dengan tatapan Aleta yang tajam membuat Sherin sedikit berkedik. Noah yang sejak tadi memperhatikannya tersenyum.

"Gue nggak tuli, gue denger lo ngomong apa. Jaga mulut lo!" Kata Aleta ketus dan dingin sekali.

"Bagus deh kalo denger, gak usah so jual mahal deh padahal lo murahan kan?" Sherin semakin menguji kesabaran Aleta, ngajak ribut ini anak batin Aleta. Aleta yang sudah geram dan marah tak segan segan menampar Sherin.

"Gue murahan? Lo nggak ngaca? Dengan lo ngejar Noah gini apa lo itu nggak murahan namanya? Lo kali yang murahan. Gue bukan so jual mahal tapi emang gue nggak mau sama dia. So, apa masalahnya sama lo?" Sherin memegangi pipinya yang merah dan perih sambil tersenyum getir.

"Biarin sih, mau gue ngejar kak Noah ya terserah gue lah! itu bukan murahan tapi cinta emang seharusnya di kejar dong. DAN LO NGGAK BOLEH JADI PENGGALANG JALAN GUE BUAT DAPETIN KAK NOAH." Sherin menekankan kata katanya. Lebih pd jika dia mengejar Noah. Aleta tersenyum sinis.

"Lo ngerti nggak sih? lo itu cewek, nggak seharusnya lo ngejar cowok, apalagi yang nggak suka sama lo!"

"Kata siapa Kak Noah nggak suka sama gue? hah!"

"Tanya aja sendiri."

"Kak Noah suka sama aku nggak?" Tanya Sherin kepada Noah sambil memeluk tangannya, dan melebarkan senyuman. Noah bergidik geli melihat Sherin, ia langsung melepaskan tangannya.

"Najis, so manis banget." ujar Aleta ketus tapi pelan.

"Sorry ya She, gue udah punya orang spesial dihati gue. Gue mohon lo mundur aja." Perkataan Noah membuat hati Sherin mencelos, merasa rendah diri malu. Noah benar benar membuatnya jatuh di lubang paling dalam, setelah melambungkannya setinggi langit.

Cairan bening menetes dari kedua mata indahnya, tak ingin lagi lama lama di tempat itu Sherin ingin meninggalkan tempat itu. "Puas lo! udah mempermalukan gue?" Kata Sherin dengan tatapan tajam. Aleta merasa menang lalu tersenyum getir.

"Lo kali yang malu maluin diri sendiri!"

Sherin mengangkat tangannya seperti akan menampar, tapi tangannya dicegah oleh Noah.

"Cukup! Jangan kurang ajar She, selama ini gue udah sabar dengan sikap lo. Jangan buat gue benci sama lo!" Kata Noah yang sudah geram, lalu menarik tangan Aleta menjauh dari kantin.

end....