WebNovelFAJAR100.00%

10. SEKALI LAGI TERLUKA

Siapapun mereka yang diingatkan perkara masa lalu pasti suasana hatinya berubah. Percayalah hal itu pasti benar adanya. Apalagi masa lalu itu sebuah pengalaman yang menyakitkan.

Sama halnya dengan Zella. Bukan perkara yang mudah untuknya melupakan masa lalu. Ada seseorang yang membuatnya benar-benar pandai memainkan topeng kehidupan. Dalam keadaan paling sulitpun, seseorang itu mampu membangkitkan semangat hidup yang begitu membara.

"Kamu bisa dikatakan hebat kalau kamu bisa terlihat baik-baik saja meski sebenarnya hancur lebur."

Sebentar Zella termenung saat kalimat itu melintas di pikirannya. Kinan yang dulu ia kenal sangatlah pandai berkata-kata. Bahkan ia sempat menjadikannya sebagai inspirasi. Bagi Zella, Kinan adalah sosok malaikat penolong dirinya dalam kesedihan. Namun Kinan jugalah alasan mengapa ia sering mengalami depresi berat.

Dan kini baru saja ia bertemu dengan seseorang bernama Kinan. Zella tidak tahu harus percaya atau tidak pada cewek itu karena bagaimanapun juga Kinan itu sudah menjadi masa lalunya yang terkubur oleh waktu.

Namun ada yang menarik perhatiannya. Kinan mengakui dirinya sebagai sahabat masa kecilnya. Bukankah itu mustahil? Bagaimana bisa orang yang telah lama meninggal di bangkitkan lagi?

Zella menghela napas pasrah. Hatinya tidak tenang. Pikirannya tak keruan. Benar-benar menyita seluruh ketenangan dalam hidupnya.

Tak tahan dengan semua itu, Zella segera beranjak dari rebahannya. Ia turun dari ranjang lalu melangkah mendekati lemari pakaiannya. Mencari-cari sesuatu diantara tumpukan pakaiannya.

Sebuah kalung sudah berada di genggaman. Kalung yang terbuat dari benang itu membuatnya kembali mengingat masa-masa kelam.

"Gue nggak tahu ini kebenaran atau kebohongan. Tapi entah kenapa gue merasa kayak kembali lagi ke masa dimana gue masih bersama Kinan. Tolong ini bukan permainan, 'kan?"

Zella memakai kalung itu dengan pelan. Ia takut kalung antik itu rusak. Semenjak kehilangan Kinan, minat memakai kalung itu hilang. Anehnya sekarang Zella ingin memakainya lagi.

"Percaya nggak, gue ini Kinan? Si sumbing kecil yang kabarnya udah meninggal?" kata Kinan beberapa jam lalu saat di kantin.

Zella mengacak rambutnya frustasi. Tidak! Senyuman kecil itu khas milik Kinan. Bentuk wajah itu! Sepanjang hidupnya mengalami depresi sampai membuat Zella sedikit kehilangan ingatannya. Sudah bertahun-tahun lamanya ia tidak berjumpa dengan Kinan, lalu bagaimana bisa dengan mudahnya ia percaya?

Sebenarnya Kinan itu masih hidup atau sudah meninggal sih!?

Ting! Ponsel berdering singkat. Zella segera mengecek siapa pengirim pesan itu.

Fajar : Oi Lalaaa

Kedua alisnya menyatu saat membaca dua kata itu. Ingin tertawa tapi hanya sebatas geraman saja.

Zella : Whaaat

Fajar : Dih

Dan barulah sekarang Zella menyemburkan tawanya. Anehnya tidak ada yang lucu disini.

Fajar : Ada waktu nggak?

Karena terlalu sibuk tertawa sampai tidak menyadari ada pesan selanjutnya.

Fajar : Hei😌

Masih dengan tawa gelinya, Zella mulai mengetikan balasan.

Zella : Apa sih yang engga buat abang

Fajar : Alai😌

Zella : Ya teros ada apa?😒

Fajar : Naga pengin ketemu lo tuh😌

Zella menyipitkan matanya saat membaca empat huruf itu 'naga'.

Zella : Naga🐊

Fajar : Itu buaya neng😌

Fajar : Maksud gue itu si naya tadi typo dong😌

Zella : Gajelas kamu bang😒

Fajar : NAYA PENGIN KETEMU ELO CEWEKNYA ORANG GILAAA

Zella : Alhamdulillah cuma aku yg waras😆

Fajar : Astaghfirullah hanya orang gila yg mengaku dirinya waras😌

Zella : Ampoen bang jago🙉

Entah sudah berapa menit Zella tertawa lepas seperti sekarang. Termasuk 'tumben lho' Fajar mau mengajaknya bercanda meski lewat chat. Dan Zella baru menyadarinya.

Tiba-tiba Fajar menelponnya. Tentu saja Zella terkejut bukan main. Padahal sekarang mulutnya masih menganga lebar karena tertawa terus.

Akhirnya ia pun menerima panggilan dari pacar tercinta. Iya kalau lagi ngajak bercanda.

"WOI ADA MANUSIA NGGAK DISITU?"

Zella menjauhkan ponsel dari telinganya. Kenapa suara cowok itu mendadak merusak pendengarannya?

"Tumben lho tumben hehe."

"Apaan yang tumben? Elo ketombean?" balas Fajar cepat.

"Kak Zella ketombean? Kok aku baru tahu ya hahahaha." suara kecilpun muncul. Zella tahu itu suara milik Naya.

"Eh, Nay? Tolong cubit aja pipi abang kamu tuh. Cowok setan soalnya."

Naya tertawa. Beberapa detik kemudian terdengar jeritan menggemaskan. Zella menduga kalau Naya sudah melakukan perintahnya dan Fajar sedang membalas perbuatan adiknya itu. Seandainya Zella ada disana bersama mereka mungkin Zella akan ikut menghajar wajah pacarnya.

"Nggak usah bohong sama aku. Bukan Naya yang pengin ketemu tapi kamu, 'kan?" tanya Zella mencoba menggoda Fajar.

"NAY!" teriak Fajar keras diseberang telepon. Sekali lagi Zella menjauhkan ponsel dari telinga.

"Kak, temenin Naya dong. Bang Fajar nyebelin banget dari tadi."

"Anak kecil udah pintar bohong rupanya," ujar Fajar yang ditanggapi ledakan tawa geli dari Naya.

Disini Zella hanya bisa ikut bahagia atas kedekatan antara dua saudara itu. Ingin rasanya ia memberitahu pada semesta bahwa sekarang ia sudah berhasil mendapatkan apa yang ia inginkan sejak dulu.

Fajar tertawa.

"Lala?" panggil Fajar dan seketika lamunan Zella buyar begitu saja.

"Eh, iya?"

"Bisa kesini, 'kan?"

"Iya, Kak. Cepetan ke sini biar kita gebukin bang Fajar bareng."

Jeritan Naya terdengar begitu menggemaskan didalam telpon. Pasti Fajar sedang menggelitiki gadis kecil itu.

"Oke."

Zella langsung menutup telpon sepihak. Baginya ini sudah cukup. Mendengar tawa dari pacarnya itu impian terbesarnya. Fajar jarang memperlihatkan ekspresi kebebasannya. Sangat jarang.

"Zella,"

Reflek Zella menoleh saat namanya di panggil oleh--Dewi--Ibunya yang baru saja membuka pintu kamar.

"Apa ini?" tanya Dewi seraya melemparkan ponsel miliknya diatas paha Zella, "Lihat!"

Zella menuruti perintah Ibunya dan mengecek ponsel tersebut. Didalam layarnya terdapat sebuah foto saat dirinya berada di klab.

"Zella!" sentak Dewi berapi-api.

"Kenapa? Apa Zella nggak boleh main kesitu?"

PLAK!

"Berani kamu sekarang ya! Mau jadi jalang?!"

"Aku bosen jadi anak baik. Percuma selama ini berlagak baik kalau kedua orang tuaku aja nggak pernah menyayangi, PERCUMA! Sekarang giliran aku main ke tempat itu, Ibu baru mau ngomong sama aku. Kenapa? Apa aku salah?"

PLAK!

"Ibu nggak pernah menyuruh kamu ke sana! KURANG AJAR KAMU, ZELLA!!"

Dengan mata berkaca-kaca, Zella memberanikan diri membalas tatapan nyalang Ibunya.

"Ibu memang nggak pernah menyuruh aku ke sana TAPI SIKAP IBU YANG MEMAKSAKU UNTUK PERGI KE SANA!"

"SIKAP APA YANG KAMU MAKSUD HAH?!"

"SIKAP KETIDAKPEDULIAN SEORANG IBU KEPADA ANAKNYA!" teriak Zella sekeras-kerasnya sampai membuat tenggorokannya menjadi sakit.

Dewi tidak langsung menjawab. Napasnya terengah-engah. Emosinya meluap sampai ke ubun-ubun. Ia tidak menyangka akan memiliki anak sekasar ini.

"Kenapa kamu berubah, Zella? Kenapa Ibu melihat kamu seperti orang asing? Kenapa dan kenapa, Zella!?"

Zella membuang wajah. Air matanya meluncur begitu saja. Bibirnya bergetar hebat. Mendengar Ibunya sendiri mengatakan kalau dirinya terlihat asing. Seperti sebilah pedang tertancap di jantungnya. Zella nampak pias dan hampir mati berdiri.

"Apa gara-gara Kinan meninggalkan kamu hah?!"

"TOLONG JANGAN BAHAS DIA!"

"Kasih Ibu alasan kenapa kamu jadi sekasar ini, Zella!? Ibu harus tahu!" Dewi mencengkram bahu anaknya kuat. Mencoba memaksa Zella membalas tatapannya.

"Jawab Ibu dengan sejelas-jelasnya!"

"Aku... bakal jawab... KALAU ANDA SUDAH SADAR SIAPA SAYA DI RUMAH INI!!"

Zella menampik cengkraman Ibunya lalu meninggalkan kamar begitu saja. Berlari menuju halaman rumah. Ojol sudah menunggu disana dan Zella segera naik ke motor.

Hatinya terasa remuk total. Terkadang omongan kasar orang tua adalah racun paling mematikan. Dalam sekejap bisa menghentikan aliran darah. Lalu timbul rasa tangis yang menyakitkan.

Siapa sih Zella di rumah itu? Dan Zella sendiri tidak tahu jawabannya. Kalaupun di tes DNA, sudah jelas jawabannya adalah ia anak kandung dari pasangan Hasan dan Dewi. Tapi sebanyak tapi dan tapi dalam hatinya masih bertanya-tanya, apakah benar Zella diharapkan hidup di dunia ini?

Dan sekarang Zella mengatakan, dunia tidak pernah adil untuknya.

***