Awal pertemuan kami tepat saat masa orientasi mahasiswa baru. Perkenalan pertama kaliku dengan Andre. Dan saat itu juga Andre langsung mengetahui tentang penyakitku. Saat itu kita sedang touring keliling lingkungan kampus. Karena tiba-tiba tali sepatuku terlepas, maka aku menepi dulu untuk memasang kembali. Aku yang terkenal pendiam dan tidak pandai bergaul, belum mengenal seorang pun walaupun dalam rombongan yang sama.
Posisi tempatku berada dalam rombongan berada paling belakang, jadi saat aku melipir tidak ada yang sadar dengan keberadaanku. Saat rombongan terakhir lewat, aku masih terduduk di pinggir jalan. Seorang kakak senior pun sempat menegurku agar segera bergerak supaya tidak tertinggal dengan rombongan.
Tapi saat akan mengejar rombongan, tiba-tiba lewat di depan ku rombongan para gadis. Dan itu menghentikan gerakan langkahku. Bukan karena takut wanita, tapi emang takut wanita. Dan yang lebih sialnya lagi, perempuan zaman sekarang memang banyak yang agresif.
"Sendirian aja, ayo bareng sama rombongan kita" kata salah satu perempuan yang juga mahasiswa baru. Aku tahu mereka tidak ada niat buruk dengan ajakan itu, hanya ingin mengajakku supaya tidak ketinggalan sendirian di sini. Tapi karena penyakit yang ku derita serta mempunyai kelainan maka itu membuatku harus menjaga jarak dari lawan jenis.
Tiba-tiba dari arah belakang salah satu perempuan lain mendorongku masuk ketengah-tengah kerumunan rombongan para perempuan. Dan karena kakiku tidak sengaja tersandung, aku jadi tidak sengaja memegang salah satu tangan anak perempuan yang ada di rombongan itu.Aku tidak memperhatikan wajahnya. Dengan reflek, aku menarik paksa tanganku.
"Santai aja dong mas, kita ga gigit kok" kata salah satu perempuan itu dengan sinis.
"ya udah kalo gak mau bareng, yuk guys" lanjutnya mengajak semua rekannya untuk melanjutkan perjalanan.
Tinggallah aku sendiri di tengah jalan yang belum aku kenal sebelumnya, walaupun ini masih kawasan kampus tetapi ini berada di kawasan paling belakang yang sangat jarang dilalui oleh orang.
"Jika aku mengikuti jalan pasti aku sampai di salah satu titik kumpul" menyemangati diri sendiri.
Sayangnya karena kejadian barusan membuat adrenalin ku meningkatkan tanpa bisa aku kontrol. Badanku langsung berubah menjadi sangat panas. Air minum yang ku bawa sebagai bekal perjalanan juga sudah habis, tegukan terakhir aku habiskan saat aku mengikat tali sepatu tadi. Belum sempat aku memasukan obat yang sempat aku ambil di saku celanaku ke dalam mulutku, aku sudah terbaring di tanah.
Tapi untunglah tak lama kemudian langsung terdengar suara langkah kaki yang berlari mendekat kearahku. Tadinya aku pikir itu rombongan perempuan tadi yang kembali lagi karena melihatku tergeletak di tanah. Tetapi yang kulihat sekilas dari bayangannya itu seperti sosok laki-laki tinggi memakai baju putih dan celana hitam sama seperti seragam yang aku kenakan. Ternyata dia juga salah satu mahasiswa baru.
"Hai, lo kenapa?" tanyanya panik melihatku. Dia hanya seorang diri, sepertinya dia sama dengan ku terpisah dari rombongannya.
Dengan setengah tenaga yang tersisa, aku berusaha menunjukan sebuah bungkus obatku yang terjatuh tidak jauh dari tanganku. Dan untungnya dia paham dengan maksud ku, lalu diaambil satu buah obat dari bungkusan tersebut kemudian memasukan ke dalam mulutku dan memberikanku air minum yang dia bawa. Karena dosis obat yang diberikan tidak terlalu tinggi, jadi obatnya tidak langsung bekerja. Tapi sedikit menghilangkan rasa panas yang tadi menjalar di seluruh tubuhku.
Anak laki-laki itu sepertinya juga merasakan suhu badanku yang sangat panas, sehingga dia terus memberikan aku minum yang banyak sampai air yang dia bawa habis aku teguk semua. Dan itu membuat aku sedikit kuat untuk berdiri.
"Kalau kondisi lu kayak gini, mending kita balik ke pos yang sebelumnya. Karena lebih dekat ke sana" Katanya sambil berusaha membuat aku berdiri. Dan memang kita tidak tahu pos di depan kita masih jauh atau tidak, maka ada baiknya jika kita balik arah kembali ke pos yang sudah kita lalui tadi.
"lo kuat jalan ga?" Tanya mahasiswa baru itu.
"mudah-mudahan" jawabku menguatkan diri.
Karena sudah sering mengalami kondisi ini, aku sudah mulai terbiasa dengan penyakit ini. Dokter juga bilang, penyakitku ini adalah salah satu penyakit yang disebabkan oleh psikolog. Salah satu penyebabnya kematian bunda.
"Maaf, gua ngerepotin" kataku masih terus berusaha jalan sambil dipapah olehnya.Dan saat itulah aku kenal dengan Andre. Aku tidak menceritakan tentang penyakitku. Tetapi ternyata kami bertemu lagi di Orientasi Jurusan. Barulah aku tahu kalau kami satu jurusan, mau tidak mau aku menceritakan kepada Andre tentang penyakitku, agar dia tidak sengaja membuka mulut di depan yang lain. Cukup Andre saja yang tahu tentang penyakitku.
Saat Orientasi Jurusan Andre juga mengenalkan aku dengan Ana, perempuan yang sesaat membuatku terpanah. Bukan saat itu aku langsung jatuh hati padanya karena pandangan pertama. Tapi tepatnya, saat senior menyuruh kami berkelompok membuat mesin sederhana. Dan mesin yang kelompokku buat adalah pesawat dari kaleng sarden dengan dynamo kecil di dalamnya, tetapi tidak memakai remote kontrol karena keterbatasan bahan yang digunakan. Sehingga pesawat itu tidak ada yang dapat mengontrol laju dan arahnya sampai pesawat tersebut pergi ke arah yang tidak menentu, sehingga menabrak seseorang.
"maaf, kamu ga papa" kataku sambil berusaha melepaskan lilitan baling baling pada rambut salah satu mahasiswa. Dia laki laki tapi rambutnya panjang bagian belakang dan dia sayang sama rambutnya. Wajah Alex teman satu angkatanku itu sangat marah, karena dia sudah memanjangkan rambutnya selama tiga tahun dan sekarang tersangkut sangat parah.
"sial..." teriak alex kesal
"maaf ga sengaja" kataku berusaha melepas pesawat itu dari rambut Alex.
Kemudian dia menepis tangan ku dengan kesal.
"siapa lu berani beraninya buat rambut gua kayak gini" kata Alex sambil menarik kerah baju ku.
"maaf gua ga sengaja, tadi tidak ada alat untuk buat ... " penjelasanku dipotong langsung sama Alex
"gua ga mau dengar alasan lu, gua kesal..... lu harus rasain kekesalan ku" kata Alex dengan posisi siap untuk memberikan ku sebuah pukulan, karena tangannya udah dikepal dengan sangat kuat.
Tiba tiba Ana datang memegang tangan Alex menahan serangan Alex yang siap dia berikan padaku.
"kan dia bilang ga sengaja" kata Ana kesal, berbeda dengan sikap seorang perempuan yang anggun.
"sial.... lu perempuan ngerti apa?" kata Alex kesal tapi dia tidak mau melawan Ana, karena dia perempuan.
Ana yang dari tadi memegang sebuah gunting kemudian menggunting rambut Alex yang tersangkut pesawat buatanku. Terlihat Alex tambah kesal dengan perbuatan Ana. Tapi tidak lama Ana pun memotong asal rambut panjangnya, dan potongannya lumayan panjang sehingga membuat rambutnya pendek tidak karuan.
Melihat itu Alex terdiam, dia heran kenapa seorang perempuan bisa memotong rambutnya dengan sembarangan seperti itu.
"lu tau kan arti rambut buat perempuan?" kata Ana kesal
Alex cuma terdiam, tidak bisa menjawab apa apa. Kalau laki laki rambut panjang sudah seharusnya dipotong, dan aturan kampus juga mengharuskan untuk dipotong. Alex sudah sering dapat tegoran dari kakak kelasnya saat ospek. Tetapi tetap bandel, karena ada beberapa kakak angkatan yang punya rambut panjang juga.
Semua orang yang melihatnya heran, karena ada wanita yang sangat tidak peduli dengan penampilannya. Apalagi rambut adalah mahkota buat seorang wanita. Jika pria yang pitak sudah biasa, tapi untuk perempuan yang pitak itu sangat luar biasa.
Setelah Ana memotong sebagian kecil rambutnya, lalu dia mengikat rambutnya dia buat menyerupai sanggul dengan diberi jepit rambut. Rambut yang baru saja dia potong tidak rata jadi tidak terlihat. Aku kagum dengan Ana, karena dalam konsidi seperti ini dia tidak panik, dan dia bisa langsung mencari solusi untuk dirinya sendiri. Dia juga tidak mau melihat orang lain sengsara, dan sangat enggan menerima bantuan orang lain. Perempuan yang sangat mandiri, banyak akal dan juga berani.
Tapi tidak saat itu juga aku jatuh cinta padanya, ada kejadian yang lain yang membuat Ana spesial di hatiku. Dan Ana juga perempuan yang tidak bisa aku miliki seutuhnya walaupun kita dalam keadaan yang sangat dekat. Aku harus bisa mengontrol perasaan ku saat dekat dengan dia.