"Om bagus kenalin…. Aku Alin?" kata Ana sambil menggendong anak itu ke arah aku dan memberikan tangan kanan anak itu untuk aku pegang.
Aku hanya terdiam menerima uluran tangan kecil itu. Terpaku ku menatap tak percaya dengan apa yang ku lihat dan ku dengar. Anak kecil ini adalah anak Andre dan Ana.
"kalian sudah punya anak?" tanya ku dengan nada sedikit tinggi
Andre hanya diam sambil melihat ke arah Ana. Ana yang melihat kelakuan aneh ku, lalu membawa Alin kepada orang tua yang tadi datang bersama Alin. Sedangkan aku dalam keadaan tidak terkendali berjalan dengan sangat cepat ke tempat Andre berdiri, lalu ku tarik kerah baju Andre dan siap untuk memukulnya.
"lo paling kenal gua ndre…. gua ceritain semuanya ke lu…. Bahkan perasaan gua…. " kata ku kesal tapi sangat sulit untuk mengeluarkan kata kata.
Aku dilanda emosi yang sudah sangat memuncak. Sedangkan doktor selalu memintaku untuk mengkontrol emosi, terutama terhadap perempuan. Jika aku terus tidak bisa mengendalikan emosiku, mungkin penyakitku akan lebih parah lagi.
"TUNGGU GUS" Teriak Ana yang melihat aku sudah siap untuk memukul Andre.
"sabar bro" kata Andre masih tetap tenang
Sikap tenang Andre ini yang membuat aku semakin jengkel. Dia sangat tahu jika aku suka sama Ana, bahkan sering kali dia membantu aku dalam urusan Ana. Tetapi melihat dia sekarang, apalagi kalau sampai aku melihat dia tersenyum sedikit aja, rasanya tangan ini sudah sangat gatal untuk segera menghabiskan wajahnya.
"Ok bro aku jelasin… tapi lepaskan dulu" lanjut Andre, tetapi aku tetap tidak mau melepaskannya
"lepaskan, gus" pinta Ana lembut
Aku melepaskan tanganku dari kerah Andre dengan sedikit ragu. Tapi aku tidak bergeser jauh dari posisiku, karena jika penjelasan Andre tidak masuk akal akan langsung aku hajar dia.
"Alin memang anak kami" kata Andre datar
"ANDRE…." Teriak Ana, karena dia sadar aku akan siap siap dengan posisi menyerang
"oke oke…. " kata dia sambil tersenyum, aku sebal melihat senyumnya.
"Alin Anak angkat kami" lanjut Andre
"Kami bertiga berasal dari panti asuhan yang sama" lanjut Ana
"Setelah kami lulus SMA panti kami direbut sama rentenir, karena ibu panti meminjam uang sama dia. Sedangkan Alin saat itu usiannya baru beberapa hari" kata Ana sedikit sedih
"beberapa hari?" tanya ku
"ada yang narok Alin di depan panti" potong Andre. Aku masih kesal sama Andre, sempat sempatnya dia mempermainkan aku di saat seperti ini. Andre yang sadar aku melihat ke arahnya, tersenyum jalil pada ku dan aku tahu apa maksud senyumannya itu.
"k****g a**r lu dre" umpatku di dalam hati
Belum sempat Ana melanjutkan ceritanya, tiba tiba Alin berlari dari dalam rumah dan langsung memeluk Ana.
"BUNDA…. " teriak Alin
"kenapa sayang?" tanya Ana sambil mendukung Alin
"Alin takut sama om itu…. Dia jahat sama Ayah Andre" kata Alin sambil menunjuk ke arah ku.
"hah… " aku kaget dan hanya bisa membuka mulut lebar lebar.
"ga sayang…. Om ini baik sama Ayah" kata Andre sambil merangkul ku. Kalau saja tidak ada Alin, tangan ini pasti langsung aku tarik dan membanting tubuh Andre ke lantai.
"tu bro…. enaknya punya anak" kata Andre menggoda ku, aku sudah siapkan genggeman tanganku.
"hahaha…. Santai bro" tawa Andre sangat puas karena bisa menggodaku
"tu liat bun…. Om itu jahat" kata Alin lagi sambil menutup mukanya di dada Ana.
"ga sayang…. Om sama Ayah cuma lagi becanda, Alin liat aja Ayah Andre tertawa.
Ayah, Bunda, aku tidak nyaman mendengar itu. Walaupun Alin bukan anak kandung Ana dan Andre, tetap saja anak itu menganggapnya mereka adalah pasangan. Itu membuat aku sangat tidak nyaman.
"kenapa ga gua aja yang jadi Ayahnya sih, kenapa lu" kata aku sambil menempatkan diri duduk di samping Andre.
Andrepun menggeser duduknya, dia takut kalau aku tiba tiba memukulnya. Andre itu orangnya iseng, tapi ada sisi takut dipukul. Lebih tepatnya dipukul oleh teman sendiri, karena dia tidak bisa membalas kalau teman sendiri yang memukul dia. Lain halnya jika penjahat yang memukul dia pasti yang pertama menghajar habis penjahat itu.
"siapa lu… " kata Andre iseng
"kenal juga ga Alin sama lu, masak iya tiba tiba dia panggil lu Ayah" lanjut Andre
"iya sih" kataku dalam hati, tetap saja aku kesal.
"kalau gua sama Ana kan emang yang besarin dia…. BERDUA" kata Andre dengan menekankan kata berdua, berniat untuk menggoda aku.
Aku melotot ke arah Andre, Andre pun melepas tawanya sekeras kerasnya.
"sial lu ndre" umpat ku. Andre masih melanjutkan tawanya yang membuat hatiku semakin jengkel.
"kalau gua bisa dapatin hati Alin, gua bisa jadi Ayah ga?" tanya ku
"coba aja, itu juga kalau Alinnya mau" kata Andre, dia selalu bisa menemukan cara untuk menggoda diriku.
***
Sore ini aku masih di rumah Ana dan ternyata rumah Andre juga. Kalau di lihat dari luar rumahnya biasa saja, tetapi ketika masuk ke dalam bentuk rumahnya unik. Seperti kos kosan, di tengah rumahnya terdapat taman yang rindang walaupun tidak luas. Taman itu dikelilingi beberapa kamar yang tidak terlalu luas yang berbentuk huruf U, setiap sikunya terdapat kamar mandi. Sedangkan ruangan setelah pintu masuk adalah sebuah ruangan yang luas sebagai ruang keluarga, dengan sebelah kanan merupakan dapur dan sebelah kiri ruang nonton. Ruangan ini di biarkan terbuka pada bagian yang berhubungan dengan taman, sehingga kebayang jika malam hari pasti dingin sekali di sini.
Kamar kamar yang ada mempunyai jendela dan pintu dengan bentuk yang sama, sebelah kanan terdapat tiga buah kamar, dan sebelah kiri juga terdapat tiga buah kamar. Sedangkan diantara kamar mandi juga terdapat satu kamar, dan itu kamar yang paling luas. Ana dan Andre tidak menceritakan pada ku ini rumah siapa, yang aku tahu rumah pantinya sudah jatuh ke tangan rentenir.
"hai bro, lu jadi nginep di sini?" tanya Andre
"jadi lah, gua udah ngomong sama bokap tadi kan" jawab ku
"lu ga penasaran bokap lu mau ngomong apa?" lanjut Andre penasaran
"ga…. paling juga disuruh ikut kerja selama liburan" kataku tidak tertarik
"emang kenapa ga mau kerja di kantor bokap lu?" tanya Andre
"ntar juga gua bakal kerja di sana, masak sekarang lagi kuliah gua juga ngabisin waktu di sana juga" kataku
"mending di sini, pendekatan sama calon anak gua dulu" lanjutku
"hahaha… PD banget lu, emangnya Ana mau sama lu" ejek Andre
"beneran apa?? Ana ada hati kan ma gua?" tanyaku penasaran, tetapi seperti biasa Andre pura pura mengerjakan hal lain untuk mengalihkan perhatian
"Apa Ana suka sama lu ya?" tebakku dan tiba tiba air yang sedang Andre minum muncrat keluar dari mulutnya
"HAHAHA…. " tawa Andre sangat kencang memecah keheningan, sehingga Ana dan Mbok Iyah yang sedang ada di dapur langsung melihat ke arah kami.
"yang benar aja lu bro" kata Andre
"ya mungkin aja kan, secara lu sama Ana udah kenal dari kecil" kataku dengan nada jutek
"santai bro, Ana sama gua ga mungkin. Dia itu udah seperti keluarga buat gua, Ana juga sama nganggap gua itu keluarga dia, ga mungkin aja" kata Andre menjelaskan dengan santai
"yang benar lu?" tanya ku penasaran, karena jika itu benar sainganku paling berat sudah tersingkirkan
"tenang aja" kata Andre
"tapi yang gua bingung bagaimana cara ngadapin Alin doang. Sekarang dia menganggap gua Ayahnya dan Ana Bundanya, trus kalo gua punya pacar, cara yakinin Alin itu yang gua ga bisa" lanjut Andre
"iya juga sih, dia masih kecil juga sih" kata ku
"dari tadi aja gua deketin dia ga mau, apalagi nyuruh dia anggap gua Bapaknya" keluh ku
"Ayo bro, deketin anaknya dulu baru lu deketin induknya" ejek Andre
Aku jitak kepala Andre yang dari tadi membuat aku kesal. Tapi omongan dia ada benarnya sih, dekatin Anaknya dulu baru induknya. Bagaimana cara aku mendekati Alin ya, sedangkan dia sangat takut padaku. Perkenalan pertama kami memang tidak baik. Dan aku juga masih belum bisa menyatakan rasa sukaku sama induknya. Tambah lagi PR ku.
Ayo gus pasti kamu bisa.