Mantan Pacarku Seorang Penipu

"Kenapa Aditya Lis?" tanya Dimas penasaran, ada sedikit rasa kepedulian di dalamnya.

"Aduh, sulit banget buat nyeritainnya Dim. Tapi gue harus cerita sekarang biar lo nggak salah paham soal uang tabungan gue!" jelas Lisa sambil mengetukkan jemari - jemari lentiknya di tempat tidur, cemas.

"Nggak masalah, gue ada waktu banyak. Toh kerja gue juga malem. Eh tapi bukannya lo ngantor hari ini Lis?"

"Enggak, gue izin nggak masuk, lo yang bener aja Dim kepala gue masih pening berat gara - gara semalem!" tukas Lisa sedikit kesal.

"It's okay, gue cuma ngingetin. Jadi gimana, soal Aditya?"

"Lo masih inget pekerjaan Aditya kan?" ucap Lisa membuka pembicaraan.

"Ya, dia seorang investor kata lo."

"Itu semua bohong Dim. Dia cuma seorang penipu ulung!"

"Hah?! Jangan bilang, uang lo…." Dimas terdiam sejenak, menimbang - nimbang apakah dugaan yang ia punya soal Aditya benar.

Aditya Satyadibrata adalah seorang lelaki yang pernah menjalin hubungan cinta dengan Lisa. Awalnya Lisa mengenal Aditya ketika mereka masih sama - sama di bangku kuliah. Mereka berdua sama - sama saling bahu membahu di saat kuliah dulu. Hampir lima tahun lamanya hubungan mereka langgeng, namun suatu ketika bahtera cinta yang mereka bawa terpaksa karam karena Aditya.

"Iya Dim, uang gue diambil lari sama dia," cerita Lisa dengan serius. "Dan lo tau apa yang lebih nyebelin lagi selain dia bawa seluruh uang tabungan gue pergi? Dengan seenak jidat dia ninggalin gue tanpa kata - kata."

"Astaga Lis! Napa semalem lo nggak cerita aja pas di Sky Lounge? Kalo gini kan gue paham!"

"Sorry Dim, tapi kemaren emang gue nggak pingin cerita dulu. Sakit banget! Gitu kemarin lo bersikeras ngelarang gue buat mabok!"

"Ya kan gue sebagai temen lo harusnya nolong lo dong, masa gue seenak jidat biarin lo ambruk di lantai?"

"Ya gitu deh, intinya dia ambil lari semua uang gue. Uang tabungan gue hasil jerih payah gue dari awal sampe sekarang gue kerja di Petersson Communication!"

"Bentar deh bentar, tapi gimana caranya dia ngambil semua tabungan loLis?"

"Nah di sini lah letak kegoblokan gue Dim." Lisa berdeham dan melanjutkan ceritanya, "Kupikir dia emang niat nikahin gue terus dia minta gue buat ngasih seluruh uang tabungan gue ke dia buat investasi di masa depan. Gobloknya gue mau dan percaya gitu aja, ternyata dia lari bawa semua uang tabungan gue dan nikah sama cewek lain!"

Aditya memang seorang penipu ulung. Sebenarnya sudah banyak yang menjadi korban penipuan investasinya namun nasib Aditya memang sangat mujur, seberapa sering ia menipu orang lain ia selalu berhasil kabur dari jeratan hukum. Setelah sempat tidak ada kontak dengan Lisa selepas kuliah, Aditya datang kembali kepada Lisa dan mengaku bahwa dirinya adalah seorang investor sukses. Sebuah janji manis dari mulut seorang licik mampu membuat Lisa buta dan memberikan seluruh tabungannya dengan janji "untuk hidup yang mapan di masa depan".

Kesal, Lisa meninggikan suaranya. "Brengsek bukan? Gue pantes dong buat marah!"

"Soal uang yang gue pake buat hura - hura di Sky Lounge, itu uang gue sendiri. Emang udah gue atur!" jelas Lisa dengan tegas.

"Oke tapibukannya lebih bijak lagi kalo uang itu lo simpen buat biayain ibu lo yang sakit dan adik lo yang masih kuliah Lis?"

"Nah itu Dim! Uang tabungan gue yang dibawa lari itu aslinya uang buat biaya berobat ibu dan uang kuliah Bella!" kata Lisa sedikit kesal, "Paham lo sekarang?!"

"Iya deh maaf, tapi kan bener gue sebagai temen lo harus nolong lo?" tukas Dimas dengan nada bercanda. "Eh tapi Lis, ibu lo sudah tau soal ini nggak?"

"Maunya tadi gue ceritain tapi beliau udah keburu naik pitam saat ngeliat gue ambruk di kamar. Mungkin besok ato pas suasana udah mulai adem gue baru cerita."

"Sebaiknya jangan ditunda lagi Lis," nada suara Dimas mendadak serius. "Ibu lo kemaren cerita soal pajak bangunan rumah dan surat cerai yang sampe sekarang masih digantung sama ayah lo."

"Gue juga lagi mikirin solusinya sih Dim. Ya gimana, uang yang gue simpen buat biayain Ibu dan Bella langsung raib dibawa Aditya."

"Lo nggak pingin bawa ini ke pengadilan Lis?" tanya Dimas penuh perhatian.

"Duh ngurus surat cerai ibu aja gue nggak sanggup apalagi ngelaporin Aditya! Ujung - ujungnya duit lagi duit lagi, pusing gue Dim!"

"Ya oke deh kalo gitu. Omong - omong Lis, gue mau tanya sama lo." Suara Dimas yang terdengar santai tadi mendadak berubah menjadi serius dan tegang.

"Bule yang kemaren Lis, itu temen lo?"

Sekejap saja Lisa rasanya seperti disambar petir. Pertanyaan Dimas sangat menohok kesadaran dirinya. Lisa bahkan tidak mengingat memori bersama seorang pria asing dari Eropa yang disebut oleh Dimas.

"Dim, gue bahkan lupa semalam gue ngapain aja di Sky Lounge selain nenggak empat botol soju sama satu sloki vodka!"

"Wah parah lo Lis!" ujar Dimas, nadanya sedikit mengejek. "Kemaren gue liat lo pingsan dan digotong sama bule!"

Lisa bergeming, tidak pernah ada di dalam memorinya ia digotong oleh seorang pria asing ketika ia pingsan di Sky Lounge. Mungkin kesadaran Lisa masih belum benar - benar kembali sehingga potongan memori tentang pria asing tersebut tidak pernah lewat di benaknya.

"Lo tau nggak dia ngapain ke gue Dim?" tanya Lisa dengan penasaran dan khawatir.

"Nah itu yang pingin gue tanyain ke lo! Gue seumur hidup temenan sama lo nggak pernah denger dan liat lo punya temen bule. Yang gue tau cuma Andien temen kantormu!"

"Dim, bule itu nggak macem - macem sama gue kan?"

"Sejauh yang gue tau, lo digotong si Bule dari kamar mandi. Katanya lo pingsan abis muntah karena mabok parah. Selebihnya gue nggak ngerti."

"Okedah Dim, terima kasih sudah ngasih tau gue. Oh satu lagi, tolong jangan bilang Ibu tentang bule ini. Gue nggak mau bikin beliau semakin cemas, ntar penyakitnya kambuh lagi gue yang pusing."

"You can count on me Lis. Take care ya?"

"Thanks Dim!" Lisa menutup percakapanya dengan Dimas. Ia mengisi daya handphone yang sudah rendah dan panas karena perbincangan panjang.

Lisa bangkit lagi dan duduk di ujung tempat tidurnya. Sesekali ia memijat kepalanya yang masih pening. Lisa berpikir seandainya kemarin ia tidak memesan empat botol soju, ia pasti sudah duduk di meja kerjanya saat ini. Buang - buang waktu dan uang saja.

Lisa kemudian bergegas ke kamar mandi dan menyeka wajahnya yang belepotan karena riasan dengan air dingin. Segar sekali pikirnya. Sesekali ia mengusap rambutnya yang acak - acakan agar lebih rapi. Lisa melepas blazer dan rok sepannya, melemparnya ke arah keranjang di pinggir pintu kamar mandi, hanya pakaian dalam yang masih menempel di tubuhnya. Sambil menggosok giginya yang masam karena alkohol semalam, ia mencoba mengingat - ingat wajah pria asing yang konon bersamanya semalam di Sky Lounge.

Bule ya? Siapa dia? Gue melakukan apa sama dia?