Datang atau Mati!

Setelah gagal mengajak Gatot untuk pergi ke pengadilan besok, Lisa terpaksa harus meminta bantuan Oscar lagi. Demi kehidupan yang tenang bagi dirinya dan adiknya terutama ibunya. Lisa sudah kehabisan akal untuk meyakinkan pria busuk itu agar mau datang ke pengadilan dan menyelesaikan masalahnya dengan ibunya untuk selama – lamanya.

Kumala masih terisak – isak, berlutut di ruang tamu. Lisa membantunya bangkit dari ruang tamu dan berkata, "Bu, ayo Ibu tidur saja di kamar. Biar Lisa yang mengurus sisanya. Ibu jangan khawatir. Kasus ini akan selesai!"

Lisa menggotong Ibunya yang masih menangis dan lemas. Jika Lisa tidak ikut campur, sudah babak belur Kumala dibuat oleh Gatot tadi. Lisa memberi ibunya air putih untuk menenangkan pikirannya. Diraihnya obat – obatan ibunya itu dan diserahkan kepada ibunya.

"Bu, lain kali jika ayah datang. Jangan dibukakan pintu lagi! Ya meski tadi Bella yang bukakan pintu karena Bella tidak tahu menahu. Tetapi kemarin – kemarin, ketika Lisa sibuk di kantor, Ibu pasti masih membukakan pintu untuknya!" Lisa menasehati ibunya dengan nada cemas.

Kadang - kadang Lisa masih tidak paham dengan cara berpikir ibunya itu. Sudah beberapa kali Gatot sering berkunjung ke rumahnya ketika Lisa sibuk bekerja hanya untuk menyakiti Kumala secara fisik. Bodohnya mengapa Kumala masih tetap mebukakan pintu bagi ayahnya itu!? Sudah bertahun – tahun sejak Gatot meninggalkan Kumala dan keluarganya, Lisa selalu melihat ibunya berakhir dengan luka lebam atau memar di bagian tubuhu tertentu. Sudah pasti itu ulah Gatot, siapa lagi?

Lisa berharap dengan terselesaikannya surat cerai yang digantung oleh ayahnya itu dapat menghindari ibunya dari serangan ayahnya. Meskipun tidak menjamin 100% tetapi dengan status perceraian yang sah, ayah Lisa bisa saja dijerat hukum apabila masih berani mengganggu ibunya sewaktu – waktu.

"Bu, besok kan kita sekeluarga harus ke persidangan. Ibu istirahatlah. Supaya besok sehat." Lisa membelai kepala ibunya itu dengan lembut dan penuh kasih sayang.

"Tetapi ayahmu, dia, dia tidak akan ke pengadilan besok dan ibu sudah bodoh tidak membela diri!"

"Sudah bu sudah, ibu sudah terlalu lelah. Biar Lisa meminta tolong ke bos untuk menyelesaikan perkara ini!" kata Lisa meyakinkan.

Lisa mengambil ponselnya di kamar dan menelepon Oscar. Kesabarannya sudah habis. Ia tidak punya pilihan lain selain meminta bantuan Oscar.

"Ya Lisa?" tanya Oscar dari seberang telepon.

"Pak, saya butuh bantuan anda untuk meyakinkan ayah saya agar besok mau datang ke pengadilan!"

"Bisa diatur, beri tahu aku di mana ayahmu ini tinggal. Kita berangkat sekarang ke rumahnya!" jawab Oscar singkat. Suaranya terdengar percaya diri.

Lisa langsung bergegas berganti pakaian. Sebenarnya ia tidak mau ikut, tetapi demi ibunya, Lisa mau tidak mau harus ikut berkunjung ke rumah ayahnya dan memaksa bajingan tua itu agar mau pergii ke pengadilan besok.

***

Sejam kemudian, Lisa dan Oscar sudah tiba di depan hunian Gatot. Lebih tepatnya, hunian mewah istri barunya. Oscar sedikit terkejut melihat rumah yang ditinggali seorang gembel seperti ayah Lisa. Bagaimana mungkin seorang janda kaya raya mau menikah seorang gembel pikirnya.

"Kau yakin ini rumahnya?" tanya Oscar masih tidak percaya.

"Seratus persen yakin. Rumah ini juga rumah Karina si brengsek di kantor Pak, kalau bapak ingat."

"Oh jadi Karina itu saudara tirimu?"

"Idih amit – amit, sebentar lagi ayah dan ibu cerai! Sudah tidak ada lagi kata saudara diantara saya dengan Karina!" seru Lisa ketus.

"Baiklah, jika demikian mari kita selesaikan!"

Oscar menyuruh Dani untuk bersiaga di belakangnya. Lisa tidak sengaja melirik saku Dani, sepertinya si raksasa itu mengantongi sebuah pistol. Semoga saja tidak terjadi pertumpahan darah hari ini pikir Lisa.

Ketiga orang itu kemudian dipersilahkan masuk oleh satpam rumah Gatot. Sungguh rumah mewah pikir Lisa. Ayah Lisa benar – benar pria mata duitan sehingga rela meninggalkan keluarganya demi kekayaan sementara seperti ini.

Tak lama kemudian, seorang wanita paruh baya degan riasan tebal dan norak melangkah ke ruang tamu. Penampilannya sama persis seperti Karina – Bulu mata palsu badai, gincu merah jambu menyala, perona pipi yang terlalu mencolok, dan gaun kasual motif macan tutul yang tidak kalah noraknya. Wanita itu berwajah masam, tidak ada senyuman sama sekali di bibirnya.

"Mohon maaf tuan – tuan ini ada perlu apa di rumah saya?" tanya Veronica Herdiana, istri baru Gatot.

"Selamat siang nyonya, saya Oscar presdir Petersson Communication. Mungkin anda tidak mengenal saya tetapi anak anda mengenal saya di kantor!" jelas Oscar tegas dan lugas.

"Oh, lalu wanita serampangan ini siapa? Apa urusannya dengan saya?" tanya Veronica dengan nada merendahkan.

Darah Lisa serasa dibakar, jika ini bukan karena urusan penting, Lisa mungkin sudah menghantam wajah masam wanita tua itu!

"Oh ini calon istri saya, jangan sembarangan anda berkata wanita ini serampangan!"

"Yasudah kalau gitu apa urusan kalian kemari?"

Oscar duduk dan menyilangkan kaki jenjangnya dengan santai, ia menautkan kedua tangannya sambil menatap lekat – lekat wanita tua yang berdiri di depannya itu. "Suami anda ada urusan yang belum selesai dengan istri lamanya. Saya dengar, surat cerai yang digugat oleh istri lamanya hingga saat ini belum diselesaikan!"

"Anda siapa kok berurusan dengan suami saya!? Apa hak anda ikut campur urusan rumah tangga kami!?"

"Heh asal kau tahu saja, saya ini anak kandung suamimu yang brengsek itu!" bentak Lisa, alisnya bertaut, napasnya mulai tidak konstan.

"Oh, pantas saja. Anak dengan ayah tidak ada bedanya, sama – sama norak dan serampangan!"

"Dasar lonte!" Lisa nyaris melayangkan tinjunya ke wajah Veronica, namun Dani menahannya.

"Lisa, kau duduk saja di situ. Biar saya yang urus." Oscar mengisyaratkan Lisa untuk diam dan mendegarkan.

"Jadi nyonya, saya ingin agar suami anda dan anda untuk menghadiri pengadilan perceraian ibu dari calon istri saya ini besok. Apabila besok saya tidak melihat batang hidung suami anda terutama, ya saya tidak punya pilihan lain selain memecat putri anda yang bekerja di perusahaan saya, oh dan juga." Oscar menjentikkan jarinya, sekejap Dani mendekati wanita tua itu dan menodongkan pistolnya ke wajah wanita itu.

"Bagaimana, anda lebih memilih untuk datang ke pengadilan besok atau menghilang dari muka bumi untuk selamanya?"

Wanita itu bergidik ngeri melihat pistol itu diarahkan ke wajahnya. "B... Ba...Baik... Besok saya dan suami akan datang ke pengadilan!"

"Bagus, saya percayakan omongan anda. Ingat, jika saya tidak melihat anda dan suami di pengadilan anda sudah tahu jawabannya bukan?"

Veronica hanya mengangguk dengan gemetar. Kakinya mendadak lemas.

"Sampai jumpa besok di pengadilan! Dani, kau boleh turunkan pistolmu!"

Dani memasukkan pistolnya ke dalam sakunya. Mereka bertiga beranjak dari rumah mewah itu dan mengantarkan Lisa kembali ke rumahnya.