Setelah dilakukannya eksekusi Aidan, pihak FBI dan CIA tidak pernah lagi mau untuk terlibat satu sama lain. Kejadian itu seolah mendirikan benteng pemisah antara dua lembaga intel terbesar di negara tersebut.
Tugas dan tanggung jawab mereka pun terkadang tidak optimal. Tidak ada yang menyangka dampak kejadian itu akan sebesar ini. Kedua lembaga tersebut memang merasa ada yang berbeda, tetapi pihak yang paling terdampak adalah Freya, Darren, Shawn, dan Olivia.
Memang Shawn baru beberapa tahun mengenal dan bekerjasama dengan Aidan, tetapi ia sudah menganggap Aidan sebagai abangnya. Begitupula Olivia yang menjadi bagian dari persahabatan mereka berempat sebelum kehadiran Shawn.
Kini, mereka berempat tidak pernah lagi memiliki antusias untuk bekerja. Bahkan yang paling menyakitkan adalah ketika mereka berempat enggan untuk bertemu satu sama lain.
Ada perasaan sedih yang teramat ketika mereka sekedar tidak sengaja bertemu atau saling melihat satu sama lain. Seolah mereka kembali teringat kenangan bersama Aidan.
Hari-hari berlalu, tetapi mereka seolah hidup dalam kehampaan. Tidak ada satupun orang yang bisa memberi penghiburan bagi mereka karena itu sia-sia belaka.
Namun, mereka pun tidak bisa meluapkan emosi satu sama lain. Mereka hanya bisa menjalani hari dengan kegiatan yang berulang tanpa makna yang berarti.
Bruk!
"Mck!"
"M...Maaf…"
Freya segera mengambil berkas-berkas di lantai tanpa berniat menoleh ke orang yang baru saja menyenggolnya. Namun, ketika pria di hadapannya juga mengambil berkasnya,
Freya tidak sengaja melihat tulisan "OSS". Freya tidak terlalu memikirkan hal itu karena ia sendiri tidak pernah melihat dan mengetahui mengenai lembaga OSS.
Flashback…
"Frey, ada baiknya kamu segera mendaftar ke CIA"
"Pa, emangnya aku ga perlu tahu sejarah atau orang penting di CIA?"
"Emang kamu mau cari tahu? Biasanya juga kamu malas urusan beginian hehehe."
"Ya, engga sih pa hehe.. Tapikan, wawancara nanti ga bakal ditanya itu emang Pa?"
"Gausah deh, kamu kan jalur istimewa masuk ke CIA. Toh kamu Cuma daftar doang, Frey."
"Yuadah she, nanti kalo aku ga sibuk agak baca sikit aja Pa."
"Ga perlu Frey… Jangan cari tahu ya! Nanti kamu tahu sendiri kok disana. Papa pergi dulu ya, Bye…"
"Okedeh, bye Papa!"
Percakapan itu sekilas terlintas di benak Freya. Percakapan yang pernah membuatnya bingung mengenai alasan papanya seakan melarangnya mencari tahu mengenai sejarah dan orang penting di CIA.
Bahkan, ia semakin bingung karena sampai sekarang ia tidak tahu mengenai hal itu padahal papanya bilang ia pasti tahu nantinya.
Sebelum Freya larut dalam pikiran itu, ia segera membaringkan tubuhnya di sofa ruangan tersebut. Memang itulah yang terus dilakukannya sejak kepergian Aidan.
Ia selalu membuang waktu dan merasa tidak ada hal yang lebih berguna untuk dilakukan. Hal itu juga dipengaruhi karena tubuhnya sering merasa lelah akibat kecelakaan dulu apalagi karena mesin waktu tersebut.
Terkadang freya merasa lebih baik ia tidak usah dibangunkan oleh Aidan dari mesin waktu tersebut. Ia yakin jika di alam mimpi selamanya pasti ia masih bisa terus bersama Aidan.
Meski itu Cuma sekedar mimpi. Namun, rasanya lebih menyenangkan daripada hidup di dunia yang hampa seolah Freya mati rasa.
"Ini Pak, semua berkas dari kantor pusat lama."
"Oh iya, tapi sepertinya berkas ini sangat kusam dan kotor ya."
"Iya Pak. Namun, sebenarnya berkas-berkas ini untuk apa Pak?"
"Sebenarnya supaya berkas-berkas CIA lengkap di perpustakaan, terkhusus berkas lama."
"Oh iya Pak. Ini berkasnya kebanyakan mengenai OSS. Apakah ini akan dibuat di bagian utama perpus?"
"Sepertinya begitu, sebentar saya cek dulu ya."
Berkas yang sangat banyak itu ditumpuk di sudut ruangan Kepala CIA. Entahlah, belakangan ini beliau sangat sibuk dengan urusan berkas lama CIA.
Pastinya menyangkut OSS (Office of Strategic Services) karena lembaga itu adalah nama pertama sebelum semakin berkembang menjadi CIA. Memang hanya orang lama yang tahu mengenai hal tersebut.
Hal itu dikarenakan mayoritas intel tidak terlalu mempedulikan sejarah dan masa lampau mereka lebih fokus pada masa depan.
"Eh Pak, ini berkasnya terjatuh."
"Bentar, kok bentuknya beda dari yang lain ya."
"Baiknya Bapak saja yang membukanya."
"Okedeh."
Kepala CIA dengan saksama mulai membuka berkas tipis tersebut. Anehnya memang berkas tersebut bukanlah berkas formal karena tidak memiliki lambang OSS.
Hal yang tidak pernah diduga oleh Kepala CIA mengenai keberadaan berkas tersebut adalah berkas tersebut berisi surat dari dua agen utama OSS.
Surat yang pernah menjadi legenda yang selalu dibicarakan oleh agen intel lama, tetapi surat itu dikabarkan hilang. Namun, beberapa rumor mengatakan surat itu disembunyikan karena isinya menyangkut rahasia kedua lembaga intel tersebut.
Surat itu yang menjadi peninggalan bersejarah dari dua agen wanita OSS terkemuka. Surat yang mereka buat untuk sahabatnya yang juga agen OSS, namanya Aleta.
Persahabatan mereka bertiga sangat akrab. Mereka menjadi agen yang selalu berhasil mengukir prestasi OSS. Bentuk fisik dan kemampuan mereka pastinya selalu didambakan oleh agen intel lainnya.
Dua dari mereka berhasil menjalin hubungan dengan dua agen utama lembaga DOI, tetapi Aleta hanya fokus pada kesibukannya.
Hingga akhirnya mereka terpisah ketika kedua sahabat Aleta meninggal dalam suatu misi bersama pasangan mereka. Mereka sempat menulis surat sebelum melakukan misi tersebut.
Sejak kematian sahabatnya, Aleta memutuskan untuk hiatus dari lembaga OSS tersebut. Aleta pun menjalani kehidupan menjadi professor yang menikah dengan Bryan, seorang CEO terkemuka.
"INI...BENARAN SURAT AGEN OSS YANG DISEMBUNYIKAN ITU BUKAN?"
"HAH?! OH IYA ANDA BENAR PAK!"
Mereka berdua pun tercengang dengan apa yang ada dihadapan mereka saat ini. Mereka tidak menyangka surat yang telah bertahun lamanya sekedar rumor kini ditangan mereka.
Namun, warna dan bentuk surat itu lumayan lusuh. Bahkan, jika dibuka secara kasar kemungkinan surat itu akan segera robek. Hal itu membuat kepala CIA sangat berhati-hati membukanya.
Hal lain yang paling mencengangkan adalah isi surat tersebut. Isinya akan mengguncang dua lembaga intel terbesar di negara tersebut. Tidak ada satupun yang menyangka bahwa isi surat itu bukan sekedar ucapan selamat tinggal, tetapi lebih dari itu.
Di lain sisi, FBI juga ternyata melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan oleh CIA. FBI kembali menyusun berkas lama. Dulunya, lembaga ini disebut DOI (Division of Investigation).
Setelah berbagai perubahan, namanya pun diganti menjadi FBI. Kepala FBI pun menemukan surat yang sama seperti yang ditemukan kepala CIA.
Namun, surat yang ditangan CIA adalah surat tulisan mama kandung Freya, sedangkan surat ditangan FBI adalah tulisan papa kandung Aidan.
Pembuatan kedua surat itu pada waktu yang sama. Hal ini dikarenakan kedua orangtua Aidan dan Freya saat itu menjadi pihak yang bertugas dalam misi kerjasama antara OSS dan DOI.
Pada intinya, isi surat itu ingin menyampaikan bahwa Aidan dan Freya adalah anak dari agen terkemuka yang melegenda di kedua lembaga intel terbesar negara itu. Mereka juga ingin menjodohkan Aidan dan Freya, tetapi mereka harus menjadi bagian DOI dan OSS yang kini bernama FBI dan CIA.
Kini, dunia berbalik seakan menghujam dada kedua kepala lembaga intel tersebut. Tidak ada kata yang sanggup mengungkapkan isi hati mereka. Meski tidak bertemu, tetapi semua tahu mereka benar-benar sepakat akan rasa bersalah.
Mereka merasa bersalah karena konflik yang terjadi antara lembaga mereka justru berujung dengan eksekusi mati Aidan sebulan yang lalu.
Kedua kepala lembaga itu benar-benar terkejut, bahkan kepala CIA hampir pingsan. Beliau tidak tahu harus berbuat apa, pihak FBI yang dirugikan dengan kematian Aidan.
Kini berjuta penyesalan menghampiri mereka. Di lain sisi, kepala FBI pun mulai menangis meratapi apa yang telah terjadi. Bagaimana bisa agen kebanggaan FBI yang dieksekusi ternyata adalah anak dari agen yang memperjuangkan perkembangan DOI dahulu.
Mereka lebih merasa bersalah karena mereka seolah mengkhianati pesan dari para pendahulu mereka yang telah memperjuangkan lembaga masing-masing.
Apalagi, mereka bukannya mengapresiasi dan memberi hak istimewa kepada Aidan dan Freya. Namun, justru memberi luka yang teramat mendalam kepada dua belah pihak sejak mereka bergabung ke lembaga masing-masing.
Awalnya mereka memang diistimewakan, tetapi hal itu karena mereka memiliki otak yang luar biasa cerdas dan perawakan yang sangat menarik.
Kini, tersisa Freya dengan segala kesedihannya setelah kepergian Aidan. Ternyata, tanpa dijodohkan pun mereka adalah sepasang kekasih yang saling mencintai satu sama lain.
Namun, kenyataan seakan acuh terhadap harapan. Aidan sudah pergi meninggalkan Freya dengan cara yang teramat sadis membawa pergi segala kenangan indah.
Meeting you is the best and worst time I ever have.
Because you tell me happiness and…
Leave me with sadness.