Bayangan Menor

Qiao Mu tidak pernah mengeluh meski ibu dan saudari tirinya selalu saja berusaha untuk menindasnya tanpa sepengetahuan sang ayah. Sejak kecil hingga tumbuh dewasa seperti sekarang, dia terus belajar untuk menghadapi penindasan tersebut, dan menerima kenyataan bahwa ibu kandungnya sendiri rela menjualnya. Ayahnya memang sangat menyayanginya, tapi dia cukup tahu diri bahwa keberadaannya saja sudah pasti menyulitkan sang ayah, sehingga dia pun tak pernah meminta sesuatu yang lebih.
Namun ibu kandungnya sendiri seolah tak mau mengerti. Dia terus saja meminta ini dan itu hingga membuat Qiao Mu kesulitan. Gadis itu pun tak punya cara lain, dia bahkan rela mengambil resiko besar demi membantu ibu kandungnya. Karena hal itu pula lah, dia harus berhubungan kembali dengan sosok dari masa lalunya, Tuan muda Li. Seseorang yang tak seharusnya dia dekati mengingat pria itu memiliki hubungan kekerabatan dengan ibu tirinya, atau dengan kata lain, pria itu adalah paman tirinya.
Entah akan berakhir seperti apa kelak dirinya di tangan ‘paman’nya ini, tapi dia tentu berharap Tuan muda Li ini akan terus membantunya sama seperti dulu, saat dia masih memanggil pria itu dengan sebutan kakak.

Paman, Apakah Aku Layak Menjadi Simpananmu

Di antara kerumunan, Qiao Mu sedang mengatur pakaian untuk model yang akan difoto. Dia berbicara dengan model sambil mengangguk untuk menanggapi fotografer di samping. Ketika model mulai pemotretan, Qiao Mu pergi ke model lainnya dan terus bekerja tanpa henti.

Ekspresinya begitu fokus, sama sekali tidak menunjukkan sisi usil dan imut yang biasanya ada di depannya, tangannya terampil dan profesional, dia tampak begitu ramah dengan senyum tipis di wajahnya.

Setelah tidak melihatnya selama beberapa hari, wanita kecilnya tampaknya menjadi lebih menawan usai lepas bebas.

Saat ini semua pikiran Li Yan, tidak hanya tidak terselesaikan, tetapi bahkan menjadi lebih intens. Walaupun dengan hanya sepuluh meter jauhnya, namun dia justru tidak dapat menyentuhnya.

Melihat sosok kecil yang berjalan bolak-balik, Li Yan mengambil ponsel dan membalasnya dengan sebuah pesan.

[Ya, aku juga merindukanmu dan kita akan segera bertemu.]

Kita Akan Segera Bertemu