Bayangan Menor

Qiao Mu tidak pernah mengeluh meski ibu dan saudari tirinya selalu saja berusaha untuk menindasnya tanpa sepengetahuan sang ayah. Sejak kecil hingga tumbuh dewasa seperti sekarang, dia terus belajar untuk menghadapi penindasan tersebut, dan menerima kenyataan bahwa ibu kandungnya sendiri rela menjualnya. Ayahnya memang sangat menyayanginya, tapi dia cukup tahu diri bahwa keberadaannya saja sudah pasti menyulitkan sang ayah, sehingga dia pun tak pernah meminta sesuatu yang lebih.
Namun ibu kandungnya sendiri seolah tak mau mengerti. Dia terus saja meminta ini dan itu hingga membuat Qiao Mu kesulitan. Gadis itu pun tak punya cara lain, dia bahkan rela mengambil resiko besar demi membantu ibu kandungnya. Karena hal itu pula lah, dia harus berhubungan kembali dengan sosok dari masa lalunya, Tuan muda Li. Seseorang yang tak seharusnya dia dekati mengingat pria itu memiliki hubungan kekerabatan dengan ibu tirinya, atau dengan kata lain, pria itu adalah paman tirinya.
Entah akan berakhir seperti apa kelak dirinya di tangan ‘paman’nya ini, tapi dia tentu berharap Tuan muda Li ini akan terus membantunya sama seperti dulu, saat dia masih memanggil pria itu dengan sebutan kakak.

Paman, Apakah Aku Layak Menjadi Simpananmu

Qiao Mu memejamkan matanya, merasakan Li Yan mengangkat tangannya dan meletakkannya di suatu tempat.

Lalu dia refleks mencengkram apa yang ada di bawah telapak tangannya, pada awalnya dia tidak tahu apa yang dia pegang, sampai setelah dia mencengkramnya dua kali, ada sesuatu yang sedang menegak dan … dia pun merasa perasaannya tidak enak.

Tangan Qiao Mu seolah dilengkapi dengan pegas, langsung memantul kembali dari tubuh Li Yan.

Dalam sekejap, wajahnya memerah dan dia tidak bisa lagi terus berpura-pura lagi, dia membuka matanya dan menatap Li Yan dengan kesal!

Bibir Li Yan melengkung, lalu membungkukkan tubuhnya, "Makhluk kecil, ketika kamu tidur tadi, kamu sengaja mengambil keuntungan dariku dengan menyentuhku untuk beberapa saat. Jika kamu punya tujuan tertentu, maka katakan saja langsung, jangan malu-malu."

Menikmati Dunia Milik Berdua