Bayangan Menor

Qiao Mu tidak pernah mengeluh meski ibu dan saudari tirinya selalu saja berusaha untuk menindasnya tanpa sepengetahuan sang ayah. Sejak kecil hingga tumbuh dewasa seperti sekarang, dia terus belajar untuk menghadapi penindasan tersebut, dan menerima kenyataan bahwa ibu kandungnya sendiri rela menjualnya. Ayahnya memang sangat menyayanginya, tapi dia cukup tahu diri bahwa keberadaannya saja sudah pasti menyulitkan sang ayah, sehingga dia pun tak pernah meminta sesuatu yang lebih.
Namun ibu kandungnya sendiri seolah tak mau mengerti. Dia terus saja meminta ini dan itu hingga membuat Qiao Mu kesulitan. Gadis itu pun tak punya cara lain, dia bahkan rela mengambil resiko besar demi membantu ibu kandungnya. Karena hal itu pula lah, dia harus berhubungan kembali dengan sosok dari masa lalunya, Tuan muda Li. Seseorang yang tak seharusnya dia dekati mengingat pria itu memiliki hubungan kekerabatan dengan ibu tirinya, atau dengan kata lain, pria itu adalah paman tirinya.
Entah akan berakhir seperti apa kelak dirinya di tangan ‘paman’nya ini, tapi dia tentu berharap Tuan muda Li ini akan terus membantunya sama seperti dulu, saat dia masih memanggil pria itu dengan sebutan kakak.

Paman, Apakah Aku Layak Menjadi Simpananmu

Setelah tidur sepanjang hari, Guan Baobei sangat bersemangat di malam hari, Lu Jingzhi akan membawa Guan Baobei untuk makan malam, dan Guan Baobei akan pergi ke jalan makanan ringan. 


Guan Baobei tahu bahwa Lu Jingzhi pasti tidak suka makan makanan murahan itu, dan sengaja tidak mencari masalah untuk membalas perbuatan buruk yang dia lakukan padanya tadi malam. 


 Namun, Lu Jingzhi setuju dengan sangat senang. 


 Sesampainya di jalan makanan, Guan Baobei juga ingin makan ini dan itu juga ingin makan. Ia makan sendiri sambil mendesak Lu Jingzhi untuk makan bersamanya. Ia mengira Lu Jingzhi akan menolak, tetapi Lu Jingzhi benar-benar di luar dugaannya. 


 Seorang pria yang tampan sedang makan tusuk sate di jalan jajanan. Pemandangan itu, tidak cocok dengan gaya gambarnya. 


 Namun, semua wanita di sekitar menatap Lu Jingzhi dengan mata berbinar. 


Semuanya Hanya Salah Paham (1