Bayangan Menor

Qiao Mu tidak pernah mengeluh meski ibu dan saudari tirinya selalu saja berusaha untuk menindasnya tanpa sepengetahuan sang ayah. Sejak kecil hingga tumbuh dewasa seperti sekarang, dia terus belajar untuk menghadapi penindasan tersebut, dan menerima kenyataan bahwa ibu kandungnya sendiri rela menjualnya. Ayahnya memang sangat menyayanginya, tapi dia cukup tahu diri bahwa keberadaannya saja sudah pasti menyulitkan sang ayah, sehingga dia pun tak pernah meminta sesuatu yang lebih.
Namun ibu kandungnya sendiri seolah tak mau mengerti. Dia terus saja meminta ini dan itu hingga membuat Qiao Mu kesulitan. Gadis itu pun tak punya cara lain, dia bahkan rela mengambil resiko besar demi membantu ibu kandungnya. Karena hal itu pula lah, dia harus berhubungan kembali dengan sosok dari masa lalunya, Tuan muda Li. Seseorang yang tak seharusnya dia dekati mengingat pria itu memiliki hubungan kekerabatan dengan ibu tirinya, atau dengan kata lain, pria itu adalah paman tirinya.
Entah akan berakhir seperti apa kelak dirinya di tangan ‘paman’nya ini, tapi dia tentu berharap Tuan muda Li ini akan terus membantunya sama seperti dulu, saat dia masih memanggil pria itu dengan sebutan kakak.

Paman, Apakah Aku Layak Menjadi Simpananmu

Satu kalimat itu membuat wajah Ling Xi langsung tenggelam. 


 Ling Xi mendengus dingin, melepaskan Ye Nuan dan memasuki ruang tunggu. 


 Qiao Mu baru saja berganti pakaian dan bersiap untuk naik ke atas panggung. Kemudian dia melihat Ling Xi masuk dengan marah. Ye Nuan mengikuti di belakangnya. Jika tidak ada yang terjadi, ini adalah kebiasaan kedua orang ini. Yang satu marah dan yang lainnya tidak ada hubungannya dengan dirinya. 


 Qiao Mu sedikit tidak berdaya. Ketika hendak keluar dari ruang tunggu, Ling Xi mengikutinya dari belakang dan menghentikannya, "... Jangan mengikutiku, temani Ye Nuan saat istirahat. " 


 "Kakak menyuruhku melindungimu. Tentu saja aku harus tetap tinggal satu inci pun. Terlebih lagi, wanita ini tidak perlu aku temani!" Ketika mengatakan ini, nada suara Ling Xi penuh dengan kebencian. 


Apa Dia Tidak Bisa Berhenti Bersikap Konyol?