Bayangan Menor

Qiao Mu tidak pernah mengeluh meski ibu dan saudari tirinya selalu saja berusaha untuk menindasnya tanpa sepengetahuan sang ayah. Sejak kecil hingga tumbuh dewasa seperti sekarang, dia terus belajar untuk menghadapi penindasan tersebut, dan menerima kenyataan bahwa ibu kandungnya sendiri rela menjualnya. Ayahnya memang sangat menyayanginya, tapi dia cukup tahu diri bahwa keberadaannya saja sudah pasti menyulitkan sang ayah, sehingga dia pun tak pernah meminta sesuatu yang lebih.
Namun ibu kandungnya sendiri seolah tak mau mengerti. Dia terus saja meminta ini dan itu hingga membuat Qiao Mu kesulitan. Gadis itu pun tak punya cara lain, dia bahkan rela mengambil resiko besar demi membantu ibu kandungnya. Karena hal itu pula lah, dia harus berhubungan kembali dengan sosok dari masa lalunya, Tuan muda Li. Seseorang yang tak seharusnya dia dekati mengingat pria itu memiliki hubungan kekerabatan dengan ibu tirinya, atau dengan kata lain, pria itu adalah paman tirinya.
Entah akan berakhir seperti apa kelak dirinya di tangan ‘paman’nya ini, tapi dia tentu berharap Tuan muda Li ini akan terus membantunya sama seperti dulu, saat dia masih memanggil pria itu dengan sebutan kakak.

Paman, Apakah Aku Layak Menjadi Simpananmu

Liburan tiga hari Qiao Wei berlalu dalam sekejap, dan dia akan melanjutkan pelatihan militer yang tragis. 


Kecacian Shen Yi semakin terlihat jelas seiring berjalannya waktu. Setelah Qiao Wei kembali ke tim, akhirnya dia mengerti dari mana keluhan Su Chenchen setiap malam akhir-akhir ini. 


 Postur militer berdiri selama satu jam, di atas kepalanya ada matahari yang terik, seperti kayu, berdiri di sana dan jangan bergerak. 


 Baru berdiri setengah jam, Qiao Wei sudah merasa rambutnya basah oleh keringat, Keringat meluncur menuruni dahi, Pipi terasa gatal sekali, Saat Shen Yi berbalik membelakanginya, Dia buru-buru mengangkat tangannya dan menyeka, Tapi pria itu memiliki mata di belakangnya, Dia baru saja mengangkat tangannya, Maka dia telah berpaling dan memandang kepadanya, Tertangkap basah. 


 Dia dengan cepat berdiri dan melirik sosok tinggi yang sedang berjalan ke arahnya. 


 Kemudian dia berhenti di depannya dan menatapnya dengan mata menunduk. 


Apakah Sekarang Sudah Waktunya Untuk Pingsan?