Bayangan Menor

Qiao Mu tidak pernah mengeluh meski ibu dan saudari tirinya selalu saja berusaha untuk menindasnya tanpa sepengetahuan sang ayah. Sejak kecil hingga tumbuh dewasa seperti sekarang, dia terus belajar untuk menghadapi penindasan tersebut, dan menerima kenyataan bahwa ibu kandungnya sendiri rela menjualnya. Ayahnya memang sangat menyayanginya, tapi dia cukup tahu diri bahwa keberadaannya saja sudah pasti menyulitkan sang ayah, sehingga dia pun tak pernah meminta sesuatu yang lebih.
Namun ibu kandungnya sendiri seolah tak mau mengerti. Dia terus saja meminta ini dan itu hingga membuat Qiao Mu kesulitan. Gadis itu pun tak punya cara lain, dia bahkan rela mengambil resiko besar demi membantu ibu kandungnya. Karena hal itu pula lah, dia harus berhubungan kembali dengan sosok dari masa lalunya, Tuan muda Li. Seseorang yang tak seharusnya dia dekati mengingat pria itu memiliki hubungan kekerabatan dengan ibu tirinya, atau dengan kata lain, pria itu adalah paman tirinya.
Entah akan berakhir seperti apa kelak dirinya di tangan ‘paman’nya ini, tapi dia tentu berharap Tuan muda Li ini akan terus membantunya sama seperti dulu, saat dia masih memanggil pria itu dengan sebutan kakak.

Paman, Apakah Aku Layak Menjadi Simpananmu

Begitu Qiao Wei selesai berbicara, dia melihat sudut mulut Shen Yi yang tersenyum. 


Kemudian, terdengar suara samar Li Zhuo, "... Siapa yang satu keluarga dengannya?" 


 Dia mendongak dan memelototinya. Li Zhuo tidak memedulikan tatapannya dan melanjutkan, "... Kenapa kamu begitu benci menikah? Keluarga kita punya aturan. Menikah harus dilakukan sesuai urutan. Aku belum menikah, jadi jangan khawatir. 


 　　 …… Aturan apa ini? Mengapa dia tidak tahu! 


 Qiao Wei mendengus, "... Kamu tidak bisa menemukan istrimu. Itu urusanmu sendiri, jangan menarikku ke dalam air. " 


 Setelah mengatakannya, tangannya yang diletakkan di atas meja ditahan, lalu menoleh dan menatap Shen Yi sambil tersenyum. 


 Shen Yi menepuk tangan Qiao Wei dengan lembut dan berbisik, "... Tidak apa-apa, kamu masih kecil, kami tidak terburu-buru. " 


 Satu kalimat itu membuat wajah Qiao Wei memerah karena malu. 


Jaga Dirimu!