Bayangan Menor

Qiao Mu tidak pernah mengeluh meski ibu dan saudari tirinya selalu saja berusaha untuk menindasnya tanpa sepengetahuan sang ayah. Sejak kecil hingga tumbuh dewasa seperti sekarang, dia terus belajar untuk menghadapi penindasan tersebut, dan menerima kenyataan bahwa ibu kandungnya sendiri rela menjualnya. Ayahnya memang sangat menyayanginya, tapi dia cukup tahu diri bahwa keberadaannya saja sudah pasti menyulitkan sang ayah, sehingga dia pun tak pernah meminta sesuatu yang lebih.
Namun ibu kandungnya sendiri seolah tak mau mengerti. Dia terus saja meminta ini dan itu hingga membuat Qiao Mu kesulitan. Gadis itu pun tak punya cara lain, dia bahkan rela mengambil resiko besar demi membantu ibu kandungnya. Karena hal itu pula lah, dia harus berhubungan kembali dengan sosok dari masa lalunya, Tuan muda Li. Seseorang yang tak seharusnya dia dekati mengingat pria itu memiliki hubungan kekerabatan dengan ibu tirinya, atau dengan kata lain, pria itu adalah paman tirinya.
Entah akan berakhir seperti apa kelak dirinya di tangan ‘paman’nya ini, tapi dia tentu berharap Tuan muda Li ini akan terus membantunya sama seperti dulu, saat dia masih memanggil pria itu dengan sebutan kakak.

Paman, Apakah Aku Layak Menjadi Simpananmu

"Pergi ke mana?" Dia menoleh dan menatapnya.


 "Bukankah kamu bilang kamu akan mempersiapkan diri untuk bertemu calon ibu mertuamu? Aku akan membantumu. Shen Yi berkata sambil mengendarai mobil. 


 Qiao Wei, yang masih tenggelam dalam ciuman tadi, langsung tersadar setelah mendengar kata-katanya. Tiba-tiba dia menjadi serius. Jadi, kamu mau membawaku ke mana?" 


 Qiao Wei menunduk dan melihat pakaiannya. Bajunya selalu sangat bagus. Lagi pula, hampir semua pakaiannya berasal dari ibunya. Itu adalah desainer pakaian tingkat internasional, mana mungkin buruk. 


 Tapi setelah dipikir-pikir lagi, bagaimanapun juga Shen Yi lebih tahu preferensi ibunya. Karena dia berkata begitu, maka dia harus patuh. 


 Melihat gadis kecil itu tampak serius, Shen Yi benar-benar lucu. Dia mengulurkan tangan dan mengusap kepalanya, lalu mengalihkan topik pembicaraan. Aku sudah mengurus masalah di sekolah. " 


Senang Bertemu Dengannya (2