"Bapak ...!"
Lelaki itu menatapku dia berdiri tapi tidak ada kata yang terucap dari bibirnya. Aku kemudian memeluknya dan menangis.
"Mar ...ni !" ucapnya pelan, aku mengangguk masih memeluk tubuh kurusnya.
"Maafkan bapa !" aku melepas pelukanku dan menatap wajahnya ternyata dia pun menangis, ku sentuh wajah keriputnya dan mengusap air matanya.
"Maafkan Marni, pak ..." kataku, dia menggeleng tanda tidak setuju.
"Mulai saat ini biar Marni yang mengurus bapak ya ?" Dia terdiam dan mengangguk.
Setelah itu aku pamitan kepada istrinya sementara mas Deni mengantarku pulang ke apartemen. Aku berterima kasih kepadanya atas bantuannya selama ini. Kami pun sampai ke apartemen, aku menolak mas Deni mengantar sampai atas.
Aku dan bapa sampai di apartemen, dia tertegun dan heran melihat tempatku tinggal.
"Ini kamar bapa, dan ini kamar aku !" aku menunjukan kamarnya.
"Kamu kerja apa Marni ?" aku terdiam tak bisa menjawab.
"Bapa tahu, kamu teh diperkosa sama Ardhi !"
"Bapa tahu dari mana ?"
"Dari ... pokoknya bapa tahu ! bapa marah sama temen bapa katanya akan menjagamu ternyata begitu akhirnya ! kamu teh jangan-jangan jadi pelacur ?" tanyanya sambil menatapku, aku terkejut dan terdiam.
"Maafkan Marni pak ! Marni tidak bisa berbuat apa-apa ! Marni janji akan keluar dari pekerjaan ini, karena kontraknya sudah selesai sebentar lagi !" kataku menjelaskan sekaligus meminta maaf. Ternyata bapa tidak marah, tapi tetap sedih mungkin ini semua karena ulahnya.
Begitulah, sejak saat itu aku mulai mengurus bapa. Aku bawa ke dokter untuk pemeriksaaan kesehatan, sempat menolak akhirnya mau. Ternyata bapa selama di Jakarta ini menjadi pengemis, uangnya di copet di dalam bis. hidupnya pun terlunta-lunta dan tidur di emperan toko.
Syukurlah menurut dokter bapak sehat hanya kurang gizi. Tidak sia-sia aku belajar memasak, bukan hanya untuk suami nantinya, tapi untuk bapak juga. Aku juga membelikan baju baru, aku ajak dia ke sebuah mall dan membiarkan bapak memilih pakaian yang disukainya. Bapak sangat senang, oh iya aku lupa bi Sum juga aku kabari tentang bapak yang sudah ditemukan, sempat pula mereka mengobrol entah apa, ketika ku tanya bapak tidak menjawab begitu pun Bi Sum hanya ia menasehati bapak sedikit.
Pekerjaan sebagai wanita panggilan kelas atas sudah selesai, ko Charlie menyerahkan sepenuhnya kepadaku bila ingin memperpanjang kontrak, tapi aku menolak ! aku akan berhenti dari pekerjaan ini dan mulai hidup baru. Dia faham dengan hal itu dan memberikan kartu namanya bila membutuhkannya.
Sudah banyak yang seperti itu, ada yang berhasil tapi juga banyak yang gagal dan biasanya kembali bekerja seperti itu. Itu menurut ko Charlie, tapi aku berusaha untuk tidak kembali bekerja seperti itu. Walau sampai sekarang aku masih bingung mau berbuat apa untuk rencanaku ke depannya.
Untunglah aku bukan wanita yang suka foya-foya, jadi ku punya tabungan yang cukup besar, semua benda yang ku punya semuanya pemberian klienku dan beruntungnya cicilan apartemen sudah lunas, Karena ko Charlie memberikan sisa kompesasi dari pekerjaanku yang nilainya lumayan. Uang itu aku bayarkan sepenuhnya untuk melunasi sisa cicilan apartemen.
------------
Tak terasa sudah beberapa bulan aku berhenti dari pekerjaanku, setiap hari aku mengurus bapak yang kini sudah kembali sedia kala tubuhnya sudah tidak kurus dan kucel lagi seperti dulu.
"Kamu sekarang ngapain ?" tanya bapak yang sudah tahu aku berhenti menjadi pelacur.
"Aku belum tahu pak !" jawabku.
"Kamu engga usah pikirin bapak, kalau mau kerja !" jawab bapak, aku tersenyum.
"Iya, pak ! Marni masih bingung !"
"Bingung kenapa ?"
"Mau kerja apa, sedangkan Marni hanya tamatan SMU saja !" jawabku.
"Kamu lulusan SMU ? bukankah ..."
"Aku ikut sekolah lagi pak !" jawabku "boro-boro lulusan SD, yang sarjana juga banyak yang nganggur ya mau tidak mau aku bekerja seperti itu pak !" curhatku kepada.
"Maafkan bapak Ni !"
"Sudahlah pak, masa lalu tidak usah di ungkit lagi !"
"Mending sekarang temani Marni ke Supermarket ! sepertinya kebutuhan sehari-hari kita sudah hampir habis !" ujarku.
"Supermarket mah mahal Marni, mending ke pasar !" jawab bapakku.
"Iya tadinya gitu ! tapi ada kebutuhan lain yang juga habis jadi belanja bulanan sekalian !" ujarku sambil tersenyum.
"Ya sudah terserah kamu !"
Kami pun pergi ke supermarket terdekat, kebetulan aku memang punya mobil walau murah dan second mas Deni lah yang membelinya dia tahu apapun tentang seluk beluk mobil dan di kesempatan luang aku belajar nyetir mobil sampai bisa, mobil sedan kecil kok.
Kami pun sampai di sana, ku ambil troli cukup besar. Aku dan bapak menyelusuri setiap rak, bapak yang mendorong troli. di tempat daging dan sayuran kami berhenti harus diakui di sini berbeda dengan pasar soal harga. tapi ya sudahlah.
"Pak, mau makan apa ?" tanyaku sambil melihat berbagai daging dan ayam disitu.
"Terserah ! kalau bapak mah sama ikan asin dan tumis kangkung juga jadi ! bapak jadi ke inget ibumu Marni !" jawab bapak sambil merenung, aku tertegun.
"Kalau ikan asin mah, masih ada di rumah pak ! jadi tinggal beli kangkungnya saja !" aku berusaha mengalihkan agar tidak terlalu sedih.
Kami pun melanjutkan belanja tanpa di duga aku bertemu dengan om Hartono yang juga sedang berbelanja dengan seorang perempuan muda.
"Renata, sedang belanja ?" tanya om Hartono.
"Iya om !" jawabku sambil tersenyum.
"Oh, ini siapa ?" tanya lagi melihat bapak.
"Oh ini bapak saya om, Somad namanya !" jawabku.
"Siapa dia Marni ?" tanya bapakku heran.
"Aneh, tadi Renata kok sekarang Marni ?" celetuk perempuan di sebelah om Hartono.
"Diam kamu Katrina !" bentak Om Hartono. "Ya sudah nanti aku hubungi kamu !" lanjutnya.
"Anu om, aku sudah tidak bekerja lagi !" kataku tak menghiraukan perempuan yang disamping om Hartono.
"Oh pelacur toh !" cibir wanita itu kembali.
"Katrina sekali lagi kamu berkata begitu ! aku tak segan-segan menendangmu !" ekpresi om Hartono benar-benar marah, wanita itu berubah pucat pasi.
"Maaf om ! saya ... !"
"Ayo pergi ! tidak apa-apa aku tetap menghubungimu Renata ! masih punya nomorku kan ?" aku mengangguk, om Hartono memberi tanda dan langsung pergi.
"Siapa dia Marni ?" Tanya Bapak kembali.
"Mantan klien aku pak !" jawabku bapak menatapku.
"Aku tidak melakukan yang bapak fikirkan, Marni hanya menemaninya saja kok !"
"Ya sama saja Marni !" ujarnya, aku tersenyum membiarkannya.
"Nanti saja aku jelaskan di rumah panjang ceritanya !" jawabku.
Akhirnya aku selesai berbelanja, cukup lumayan banyak belanjaannya tapi tak masalah. aku mengeluarkan uang untuk membayar.
"Maaf, sudah di bayarkan oleh seseorang !" ujar petugas cashier. Aku tertegun.
"Anu ... oleh siapa ?" tanyaku
"Bos saya mba !" jawab petugas Cashier.
"Oh, beneran nih mba ?" aku masih tak percaya.
"Betul mba, ini sudah semua ?" aku mengangguk ini juga sudah cukup.
"Tidak sekalian dengan rotinya mba lagi discount loh ! juga masih fresh !" petugas menawarkan roti kepadaku.
"Begitu ya, tunggu sebentar hitung saja yang ini dulu aku lihat sebentar !" kataku, aku meminta bapak untuk menjaga belanjaanku sementara aku ke toko roti yang masih bagian supermarket. tak lama aku datang membawa beberapa roti manis dan tawar. Dan langsung di hitung.
"Oh ya mba, yang itu di pisah ya biar saya membayarnya sendiri !" kataku, petugas itu menatapku ia mengangguk dan membayarnya.
Ketika hendak pulang kami di cegat customer service supermarket kemudian membawa kami ke ruangan, agak terkejut tapi dia menawarkan kartu kredit discount supermarket sebagai pelanggan khusus. Aku cukup hanya memberikan ktp untuk dicatat tanpa di pungut biaya, berlaku setahun tapi bisa di perpanjang,. setelah itu kami pulang.
Bersambung ....