Menjadi Asisten Pak Alex

Setelah mengobrol, pak Alex pun pamitan pergi begitu pun aku. om Hartono hanya mengangguk saja, kami pun kembali ke ruangan Manajer pak Alex, dia kemudian memanggil seseorang dan itu Sarah.

"Sarah, tolong bawa dia keruangannya !" perintahnya.

"Oke bos !" jawabnya, "Yuk ikut saya !" ujarnya sambil berjalan keluar diikuti olehku setelah berpamitan kepadanya.

Sarah kemudian menunjukan sebuah ruangan yang agak sempit, hanya ada satu meja, kursi dan sebuah komputer dan telpon di sebelahku ada jendela selebihnya tembok, jadi bersebelahan dengan ruangan manajer.

"Ini tempatnya, sorry hanya itu ruangan tersisa, dulu dipakai ruang arsip ! kemudian di bongkar buat jadi ruangan buat kamu ! apapun perintah atasan harus diikuti ! kamu beruntung dekat dengan si big bos ! ujarnya. sambil menatapku.

"Terima kasih mba ! tapi saya tidak tahu tugas saya disini ?" tanyaku.

"Kamu tahu pembantu kan ?" dia balik bertanya dan aku mengangguk. "Itu istilah kerennya, jadi kamu harus memenuhi kebutuhan bos, dari minum, makan mengambil ini itu ! pokoknya apapun itu menyangkut pribadi bos ! mengerti ?" tanyanya lagi. Aku mengangguk.

"Oke, kalau gitu aku pergi dulu banyak tugas !" diapun pergi. Jadi seperti itu ya tugas asisten ? oke tidak masalah pantes, dia menyebut sama seperti pekerjaanku dulu, tentu saja tanpa seks, dia kan gay entah benar atau hanya gosip belaka.

Tiba-tiba telpon berbunyi, aku terkejut karena telpon kantor berbeda, aku harus memencet apa, ya sudah aku menuju ke ruangannya lagi dan mengentuk pintu ruangan kerjanya,

"Masuk !" jawabnya dari dalam.

"Anu bapak manggil saya ?" tanyaku dia menggeleng aku tertegun.

"Kenapa emangnya ?"

"Tadi telpon di meja berbunyi, saya pikir bapa yang nelpon maka saya ke sini ! maaf pak saya belum tahu apa-apa !" aku merasa bodoh telah melakukan kesalahan, ia menatapku dan menghela nafas.

"Apa Sarah, memberitahu tugasmu ?" tanyannya.

"Iya pak tapi ... telponnya beda jadi saya tidak tahu ...!" aku hanya bisa menunduk malu.

Dia pun berdiri dan memanggilku untuk mendekat, dia menyerahkan sebuah buku kepadaku.

"Ini kamu harus catat nomor telepon semua bagian yang ada di kantor ini ! untuk menerima telpon tekan tombol biru dan mematikan merah ! ketika menerima, tanya apa keperluannya. Sebaiknya di catat nanti saya ingin kamu memilah mana yang penting atau tidak ...!" begitulah dia menjelaskan semuanya. aku mengangguk dan mulai mengerti tentang tugasku di kantor. lagi pula ini pertama kalinya aku bekerja di sini jadi masih bisa di maklumi kesalahannya.

"Kamu mengerti ? ada yang kamu tanyakan lagi ?" dia menatapku tajam, aku mengangguk.

"Apa makanan dan minuman kesukaan bapak dan dimana saya harus membeli atau membuatnya ?" tanyaku ini sangat penting. Dia tersenyum dan mulai menjelaskannya kembali.

"Terima kasih pak ! saya permisi dulu !" kataku lega, dia sangat baik.

Akupun kembali menuju ruanganku dan mulai membereskan ruangan agar lebih bersih dan rapi, aku juga pergi ke pantry tempat karyawan dapat minum dan mendapat makanan kecil. cukup komplit.

Tanpa terasa waktu cepat berlalu, tugas hari pertama di kantor cukup melelahkan, selain mengikuti bos, aku harus melayani telpon yang masuk baik dari dalam maupun luar dan sebagainya, yang tak kuceritakan karena banyak. Tapi aku harus memilah yang mana tugasku, dan juga yang lain.

Aku pamitan ketika menjelang waktu pulang kerja, lagi pula, besok pagi aku harus datang sebelum bos muncul itulah tugasku sebagai asisten dan menyiapkan segala keperluannya selama bekerja mungkin seperti itu.

-----------

Aku pun pulang ke apartemen, bapa yang membukakan pintu, ketika masuk aku langsung bertanya apa beliau sudah makan atau belum dia mengatakan sudah, tapi aku membawakan makanan yang aku beli tadi di kantor, kebetulan ada beberapa restoran dan kafe disitu untuk para karyawan beristirahat.

Setelah mandi dan ganti baju aku pun makan bersama bapak yamg ternyata masih lapar, kami mengobrol tentang pekerjaan baruku

"Pak, aku minta maaf, tidak bisa menemani setiap hari !" kataku.

"Bapak mengerti, kamu tak usah khawatirkan bapak !" jawab bapak.

"Tapi bapak akan kesepian tidak ada teman ngobrol !" ujarku.

"Siapa bilang ? bapa itu suka jalan-jalan keliling apartemen dan mengobrol dengan siapa saja !" jawabnya lagi.

"Ya sudah, tapi jangan jauh-jauh, nanti tersesat kayak dulu lagi !" kataku ia mengangguk tapi aku tahu bapak orangnya cepat bosan.

Maka mulai saat itu, aku memberikan satu kunci ke bapa dan juga sebuah ponsel untuk berkomunikasi, bukan itu saja aku menyelipkan alamat rumah termasuk memperkenalkan bapak kepada satpam dan ternyata sudah kenal, karena sering mengobrol dan bapak tidak bohong. selain itu tentu saja uang yang cukup. aku harus seperti itu karena tidak ada yang menjaganya, kan aku kerja sekarang. Pekerjaanku juga membutuhkan waktu yang tidak sedikit dan sibuk.

Tak terasa waktu terus berlalu sudah 6 bulan aku bekerja, suatu hari bapak mengatakan ingin pergi berkunjung ke rumah bibi Sum, aku tak keberatan sebelumnya aku menelpon bi Sum tentang rencana itu, dia pun tidak keberatan. Walau sedih mungkin bapak kesepian disini, sedang di kampung banyak saudara dan juga bi Sum, aku mengantarnya ke stasiun bus, bapak berencana agak lama tinggal disana, aku juga bawakan oleh-oleh untuk bi Sum.

"Pak nanti kalau sudah sampai Ardhi akan jemput bapa ! jadi tunggu saja atau bapa telpon bi Sum, kan aku sudah kasih nomornya !" Dia hanya mengangguk, aku memberi banyak nasehat kepadanya mungkin aku dianggap bawel kepada bapak. Bapak mengerti itu saja. Aku menunggu sampai bis berangkat dan saling melambaikan tangan.

Setelah itu ada rasa sedih dan cemas tapi aku percaya kepada bapak dia akan baik-baik saja. Untungnya beberapa waktu kemudian ketika ku telpon, dia sudah sampai dengan selamat di rumah bibi Sum, aku lega.

--------------

6 bulan bekerja, aku sudah cukup mengerti akan tugasku sebagai asistennya Pak Alex. Banyak yang belum ku tahu tentang dia, akhirnya aku tahu. Ternyata umurnya tidak begitu jauh beda dengan ku, usiaku sekarang 23 tahun sedang dia 26 tahun. Sudah cukup umur untuk menikah bagi sebagian orang.

Aku tahu dia memang seorang gay, ketika tanpa sengaja aku mengetahuinya Waktu ia sedang berada di sebuah klub malam yang tak kutahu ternyata itu tempat khusus kaum gay, aku sendiri mendapatkannya dari Sarah. Mengenai Sarah ia hanya seorang sekretaris kantor saja, beda denganku yang seorang asistennya. Kami dibilang dekat ya dekat, akrab tidak juga hanya sebatas di kantor karena sepertinya aku cukup jarang ada di ruanganku lebih banyak di luar kantor bersama bos.

Sampai suatu hari, aku agak lembur untuk mempersiapkan laporan prensentasi buat bos untuk esok harinya dengan big bos yaitu om Hartono. Tapi tanpa diduga sekretarisnya om menelpon untuk mengundurkan jadwalnya menjadi pagi-pagi pukul 8 pagi yang seharusnya pukul 10 pagi, karena big bos harus ke Singapura. Sementara bos yaitu pak Alex sudah pulang duluan katanya ada urusan penting.

Ketika ku telpon dia tak menjawab, untungnya aku melihat Sarah belum pulang dan menanyakan tentang pak Alek karena ia selalu lebih tahu apapun tentang dia.

"Jadi lu engga tahu dia ada dimana ?" tanya heran.

"Aku sudah menelpon tapi tak di angkat !" jawabku.

"Ya iyalah, telpon itu untuk khusus kantor jadi dimatikan ! coba telpon ke ponsel pribadinya !" aku tertegun dan menggeleng tidak punya.

"Lu tuh ya, sebagai asisten harus tahu semua tentang dia ! termasuk pribadi si bos, lu tahu itu artinya semua rahasia dia elu harusnya tahu !" ujarnya sedikit marah.

"Iya sih, tapi aku merasa tidak terlalu mendalam begitu !" tungkasku.

"Nah bagiannya begini harus gimana ? mau tidak mau lo harus tahu dia ada di mana ! dan itu tugasnya lo !" aku mengangguk, akhirnya aku mengerti dan ia memberikan sebuah alamat.

"Klub MoonLight ?" tanyaku heran,

"Klub gay atau LGBT ! dia kesana untuk merayakan ulang tahun pacarnya !" ujar Sarah, aku terkejut.

"Dia punya pacar ?"

"Ya iyalah, engga ngertilah gue tentang bos lu itu ! katanya dia udah putus karena selingkuh eh malah balikan lagi ! padahal tuh cowok matre juga ! udah ah gue mau balik ! urusin tuh bos lu !" Dia pun pergi. sementara aku malah bengong.

Bersambung ....