Benih Cinta Di Pulau Dewata

Setelah kejadian tempo hari, pak Alex jadi sering mengajakku ke berbagai pesta. Baik ulang tahun, perkawinan atau yang resmi, bahkan dia tidak canggung lagi membawaku ke komunitas kaum LGBT yang rata-rata kelas atas dan exklusif serta tertutup yang diikutinya. Jadi tidak sembarangan orang bisa masuk dan anggotanya cukup mengejutkan. Mereka rata-rata sukses di karier masing-masing. Ada Sutradara, pemain film, desainer, pengusaha, politikus dan sebagainya.

Mereka semua punya prestasi yang patut dibanggakan di dunia nyata, semua berkumpul hanya untuk mengobrol dan sharing, untuk urusan seks itu di luar pertemuan. Aku awalnya terkejut, tapi lama kelamaan mulai terbiasa dengan semuanya. Mereka juga baik dan menyenangkan penuh canda tawa tak sedikit lelaki atau wanita normal ikut bergabung.

Semua tak ada perbedaan seperti diluar sana, mereka hidup masing-masing tanpa mencampuri urusan orang lain. banyak yang menawariku pekerjaan dari model iklan, sinetron, bahkan film tapi aku menolak. Aku tidak tertarik masuk ke dunia entertaiment atau selebrity, aku tidak mempunyai latar belakang apapun.

Beberapa waktu kemudian, aku di ajak pak Alex ke Bali, untuk menghadiri pernikahah saudara sepupunya disana. Sepupunya itu akan menikah dengan seorang pria bule asal Amerika. Sampai saat ini aku belum pernah bertemu dengan keluarga besar pak Alex kecuali om Hartono. Aku dan Robbi sudah tiba di bandara terlebih dahulu, kami diminta untuk menunggu karena pak Alex ada sedikit urusan. Kami berdua mengobrol akrab kita sudah menjadi teman dan sahabat dekat, aku tahu dia dan Robbi pun juga sudah tahu latar belakangku.

"Coba lihat deh Na !" Robbi punya panggilan untukku dengan nama Nana, aku tidak keberatan dengan itu.

"Ada apa sih ?" tanyaku, Robbi memperihatkan berita-berita gosip di internet yang membahas hubungan aku dan pak Alex di ponsel nya.

"Aku tidak perduli dengan semua gosip itu, Rob !" aku merangkul lengannya sambil menyandarkan kepalaku di pundaknya.

"Walaupun benar juga tidak apa-apa Na ! aku sih setuju saja !"

"Entahlah Rob banyak yang menjodohkan kami berdua, biarkan waktu yang berbicara !" jawabku.

"Menurutku bertemu dengan keluarganya adalah jalan terbuka untuk kalian berdua !" Robbi melirikku. Aku tak menjawab hanya tersenyum saja. Tak lama Alex datang ternyata bersama dengan seorang lelaki, dia masih saudara sepupumya yang bernama Juan wajahnya ganteng dan sepertinya ada campuran bule.

"Maaf, tadi aku menjemput Juan dulu di stasiun kereta api yang baru datang dari Bandung !" Pak Alex meminta maaf, tentu saja kami tidak keberatan toh dia yang punya acara sekaligus bos kita,

Kami pun naik pesawat di kelas bisnis, aku bersama pak Alex sementara Robby bersama Juan duduk agak belakang.

"Mau duduk dekat jendela atau disebelahnya ?" tanyanya sambil tersenyum mengingatkanku kepada kejadian tempo lalu.

"Jendela saja !" jawabku sambil tersenyum.

"Ya sudah !" kami pun duduk bersebelahan, Pesawat pun mulai mengudara. Kami saling mengobrol dan bercanda, sangat berbeda dengan ketika dulu kami pernah bertemu pertama kalinya.

------------

Akhirnya kami tiba di pulau Bali, ini bukan pertama kalinya aku kemari tetapi kali ini sedikit istimewa, kalau dahulu aku dalam rangka pekerjaanku sebagai wanita panggilan. Kini aku datang untuk mendampingi bos ku dan dengan pekerjaanku yang sebenarnya.

Kami di jemput oleh sebuah mobil yang akan membawa kami ke sebuah resort exklusif yang dipesan khusus oleh keluarga mempelai yang akan menikah. Kami pun tiba di tempat tujuan yang memang berada di tepi pantai, tanpa di duga resort tempat kami menginap hanya ada 2 kamar lagi, dan akhirnya satu kamar untuk Robbi dan Juan serta satu kamar untuk kami berdua.

Pak Alex sempat bertanya apa tidak keberatan dengan hal ini, aku katakan tidak. Harus bagaimana lagi karena tidak ada yang lain. Kamar yang kami tempati lengkap dengan kolam renang, kamarnya ada di atas dengan single bed, Pak Alex akan tidur dibawah saja, sedang aku di atas, tapi aku menolak dan meminta pak Alex untuk tidur bersamaku.

"Sudah lah pak, saya tidak apa--apa tidur bersama ! toh bapak sendiri kan gay ! jadi bapak tidak mungkin melakukan hal-hal yang buruk !" kataku kepada pak Alex. Dia tertegun, dan mengangguk.

"Ya sudah, kamu benar !" pak Alex hanya tersenyum. setelah menyimpan tas koper dia mengajakku untuk bertemu keluarga besarnya. Aku agak ragu dan terkejut tapi tak bisa menolak.

Aku di bawa ke bagian lain Resort ini ternyata mereka sedang melakukan gladi bersih untuk acara besok akad nikah, ada sebuah gereja disana yang menghadap laut. Pak Alex memperkenalkan aku kepada kedua orang tuanya.

"Mah, pah kenalkan ini sekretaris pribadiku Renata !" ujarnya kepada seseorang lelaki yang berumur 60 tahun yang rambutnya sudah berubah abu-abu tapi masih terlihar gagah dan tampan namanya pak Hendarto Tanusubrata sedangkan istrinya bernama Meliana yang masih terlihat cantik yang usianya tidak jauh berbeda dari suaminya.

Aku agak sedikit gugup, tapi untunglah mereka baik dan menerima salamku dengan ramah tidak terlihat sombong atau angkuh, kami duduk di gereja dan dia memberitahu kakak-kakaknya dan juga yang akan menikah saudara sepupunya. Aku mengangguk.

Setelah itu aku dibawa oleh pak Alex ke sebuah kamar yang ternyata itu tempat seorang desainer yang ditunjuk untuk membuat baju seragam untuk pihak keluarga perempuan dan laki-laki yang berkonsep moderen. Ternyata ada baju khusus buatku dan secara mengejutkan dibuat untuk berpasangan jadi pak alex lah yang akan menjadi pendampingku nanti. Baju pak Alex adalah sebuah jas berwarna kuning keputihan, dasi hitam, kemeja putih, serta sabuk hitam, sepatu hitam, celana warna senada, sementara untuk wanita gaun sutra polos warna sama dengah prianya.

Kami pun diminta mencobanya mana tahu ada kekurangan atau kelebihan di pakaian kami, ternyata sangat pas dan cocok. Mereka memuji ketampanan pak Alex dan kecantikanku padahal belum di dandani secara khusus. Setelah puas kami kembali ke kamar dan beristirahat.

------------

Sorenya kami bangun, aku diminta mandi terlebih dahulu setelah itu pak Alex karena ada jamuan makan malam. Setelah selesai mandi aku keluar memakai kimono dan membukanya sehingga aku hanya menggunakan pakaian dalam saja. Sebenarnya karena aku dan pak Alex bersikap biasa saja, maka aku berani melakukan itu, tanpa diduga aku melihat wajah pak Alex memerah entah malu atau merasa terkejut, bahkan risih.

"Maaf kalau saya terlalu berani !" ujarku kepada pak Alex. aku kembali memakai kimono.

"Tidak apa-apa kok hanya ... anu baru kali ini ... aku melihat perempuan ... sepertimu ... !" jawabnya dengan perasaan gugup. aku malah tersenyum dan heran masa dia belum pernah lihat perempuan telanjang maksudku setengah telanjang ?

"Aku mau mandi dulu !" lalu pak Alex pun langsung menuju kamar mandi. Sementara aku berganti baju. Tak lama pak Alex keluar kamar dan kini gantian aku memperhatikan pak Alex bertelanjang dada dengan tubuh sempurna.

"Kenapa ?" tanyanya sambil menatapku heran, melihat mukaku memerah.

"Tidak apa-apa kok pak !" jawabku, tertunduk malu.

"Renata, aku sudah bilang berkali-kali untuk tidak menyebutku pak di situasi pribadi seperti ini ! kamu bisa panggil saya, mas atau abang !"

"Iya pak, eh mas Alex !" jawabku gugup dan dia tersenyum. Setelah itu berganti pakaian untuk acara makan malam.

Bersambung ...