260. Tangisan pertama, Harapan Terbesar

Kenan mengangkat tubuh Qia untuk di dudukkan di tempat tidur ruang rawatnya. Satu tangan Kenan menggenggam tangan sang istri yang terbebas dari infus. Satu tangannya kini memangkup wajah sembab sang istri. "Ada kakak, kamu jangan sedih lagi, hum," ucap Kenan dengan nada suara lembutnya.

Qia hanya menganggukkan kepalanya saja sebagai jawaban kemudian kedua tangannya terbuka minta di peluk. Kenanpun naik ke atas tempat tidur yang spacenya masih cukup untuk satu orang lagi, membawa sang istri ke dalam pelukannya.