WebNovelKeutamaan84.62%

Cuti 1 Semester

Di pagi hari, sekitar jam 10 han, pastinya Ima sudah selesai mandi, sarapan dan makan obat.

Seorang suster, perawat, usianya mungkin sudah 47 tahun, mendatangi Ima.
"Ma ... bentar lagi kita ke ruang scan ya. Nanti Suster antar pakai kursi roda."
"Ngga jalan aja, Ter? Sambil latihan dan olah raga?" Ima bertanya sambil nyengir.

"Ima belum boleh jalan jauh - jauh. Nanti Suster dimarahi.
Ruang scannya ada di dekat UGD, di rumah sakit bagian depan.
Sedangkan Ruang Vincentius ini kan ada di paling belakang rumah sakit.

Kejauhan kalau Ima jalan ke sana sekarang."

"Iya deh Ter ... Nanti kita pergi, saya pakai kursi roda."

Perawat itu tersenyum melihat Ima yang "manut" alias menuruti permintaannya ... 🤣🤣🤣

Akhirnya waktunya CT Scan sudah tiba.
Suster perawat tadi membawa kursi roda ke dekat tempat tidur Ima.

Ima lihat, bannya agak gembes alias kurang angin.
Pikirnya,"Waaaaah ... ini suster kuat ngga yah dorong saya ke depan? Bannya kayak gini."

Tapi akhirnya Ima duduk di atas kursi roda itu.

Kursi roda didorong pelan - pelan oleh suster tadi.

Kira - kira jarak tempuh 100 m, Ima bertanya,"Ter, saya berat yah?"
"Ah, biasa aja kok."
"Tapi kan bannya rada gembes, Ter?"
"Ga apa - apa. Saya masih kuat dorong."
Akhirnya mereka melanjutkan perjalanan.

Setelah melewati 3 blok kamar rawat, jalanan agak menanjak.
Ima langsung khawatir melihatnya.
"Ter! Ter! Berhenti!"katanya.
"Kenapa?"
"Gantian Ter. Ini kan jalannya menanjak.
Jadi, Suster yang duduk di kursi roda ini, terus saya yang dorong."
"Ya ngga boleh! Masak pasien yang mendorong kursi roda, perawat yang duduk?
Kamu aneh - aneh aja."
"Abis ... Saya kasihan dengan Suster.
Suster kan kurus, saya gendut. Berat badan saya di atas 80 Kg. Suster paling berapa beratnya? 50Kg, Ter?"
"Ah ngga. 47Kg berat saya."
"Tuh kaaaaannnnn ...,"Ima gemes.
"Sudahlah ... Saya masih kuat kok dorong kamu."
"Ya udah, lah Ter ...
Kalau ga kuat, bilang ya ... biar saya jalan dulu sampai di atas tanjakan."
"Sudahlah Ma ... tenang. Saya bisa dorong sampai ruang scan nanti."
"Iya, Ter ..."

Akhirnya, mereka sampai ke ruang CT scan.
Ima langsung disambut oleh para petugas di sana.
Dia disuruh pakai baju laboratorium, kemudian masuk ke sebuah mesin CT scan.

Akhirnya Ima duduk di sebuah conveyor.
Conveyor tersebut didorong oleh petugas, sehingga Ima masuk ke ruang scan.

Ima memejamkan mata selama proses scan berlangsung.
Soalnya banyak lampu yang menyilaukan mata di sana.

Ga terlalu lama sih di ruang scan.
Setelah itu Ima ditarik ke luar oleh petugas scan, kemudian dia turun dari mesin scan dan melepaskan baju laboratorium.

Kursi roda kembali disodorkan suster perawat yang sedari tadi tampak menyedihkan di mata Ima. 😁

Akhirnya Ima duduk di atasnya, dan suster tadi mendorong kursi roda menuju ruang rawat Ima.

Sekarang sih Ima lebih tenang.
Soalnya, jalannya lebih menurun daripada waktu berangkat tadi.

Kasihan susternya, abisan. 😁

Akhirnya, setelah di-CT scan, Ima istirahat dan tertidur di ruang rawatnya.

Mungkin setelah 2 jam kemudian, dia terbangun dengan posisi badan telungkup ke arah kanan.
Kalau tidur, Ima memang seneng telungkup daripada terlentang.
Badan terasa lebih hangat, katanya.
Hehe ...

Kenapa Ima terbangun?

Itu karena Ima kaget.
Kok kaget?
Soalnya ...

Tiba - tiba aja ada seseorang yang cantik duduk di sisi dia menghadap.

"Wah! Murid bapak ini! Cantik banget yah ..."kata Ima dalam hati.

"Saya ganggu kamu, yah?"kata tamu yang jelita itu.
"Ah engga ... Udah sore ... Bentar lagi saya harus mandi."
"Oooo ..."

"Maap yah Ma ... Kemaren, Ci Memey kan datang nengok kamu, yah?"
"Iya Cie"
"Nah, abis dari tempatmu, Cie Memey datang ke kosku.
Terus dia cerita soal kamu. Katanya, anak Pak Han dioperasi di Panti Rapih.
Saya jadi kaget. Makanya sekarang saya datang ke sini, pengen lihat kamu.
Pusing, ya Ma?"
"Sekarang udah ngga Cie. Udah jauh lebih baik.
Besok jadwal saya kontrol ke dokter yang mengoperasi saya.
Kalau hasilnya baik, saya udah boleh pulang,"jawab Ima sambil tersenyum.
"Semoga hasilnya baik, ya Ma."
"Ya Cie ... Terima kasih,"jawab Ima.

Sedari tadi sebenernya Ima deg-degan berat saat ngobrol dengan tamunya.
Grogi abis .... hahahaha!!!
Dia ga berani membalikkan badannya ... hahahaha!!!

"Ya udah Ma... Syukur kalau kamu udah lebih baik.
Saya pulang dulu ya ... Kamu istirahat lagi ya .
Cepet sehat lagi yah!"
"Trima kasih, Cie,"jawab Ima.

Setelah si Cici itu pulang, Ima baru terlentang.
Hatinya dug dug dug rasanya ... hihihi ...

Hm ... vertigo sebentar terjadi ...
Ruangan berputar - putar pelan ... hehe ...
Mungkin akibat Ima terlentang mendadak.
Saluran darah di kepalanya agak tersendat.

Ima memejamkan mata sebentar sambil mengatur nafas.

Setelah lima menit, ruangan tidak berputar lagi, alias vertigo Ima hilang ... hehe

Pelan - pelan Ima duduk sambil tersenyum.
Dia menyiapkan peralatan mandi, kemudian memanggil perawat untuk mengantarnya ke kamar mandi.

Selesai mandi, makanan sudah disiapkan perawat untuk disantap.
"Hm ... enaknya sakit. Semuanya dilayani," Ima terkekeh sendiri.

Setelah makan malam dan minum obat, Ima istirahat dan akhirnya tertidur hingga besok pagi.

Tik tok tik tok tik tok ...
Suara jam dinding menemaninya tidur ...

...

Di pagi hari, ibunya sudah datang ke kamar rawat Ima.
Dia sudah membereskan pakaian kotor, sisa makanan dan lain - lain.

"Eh ... Ibu ...," suara lirih Ima terdengar sewaktu dia terbangun dan melihat ibunya.
"Iya Ma ...
Ibu beres - beresin barang - barang di sini.
Nanti, kalau Ima usah mandi dan makan, kita pergi ke ruang Dr. Sudiharto yang mengoperasi Ima kemarin untuk kontrol.
Kalau hasilnya bagus, kita bisa pulang"
"Oh ... Udah boleh pulang yah?"sahut Ima berseri - seri.

Biar bagaimana pun, tidur di rumah sakit itu ga enak.
Walau semuanya dilayani dan dibantu terus oleh perawat - perawat cantik, ... tetep lebih enak tidur di rumah sendiri.

Akhirnya, pelan - pelan Ima duduk, dan bersiap membawa handuk dan peralatan mandi.

Waktu itu sekitar jam setengah 6 pagi.
Hawa masih dingin, enak kalau masih selimutan.
Tapi Ima lebih suka mandi, menyegarkan badan, menyegarkan pikiran.

Akhirnya mandi selesai, ganti baju dan Ima kembali ke kamar rawat.
Ada minuman hangat disediakan ibunya untuk Ima ...

"Terima kasih, Bu...,"senyum Ima dihantarkan ke ibunda tercintanya.

Selang beberapa menit kemudian, sarapan pagi sudah datang berikut dengan paket obat yang harus dimakan pagi ini.

"Ma, ... Ayo makan dulu. Biar ke dokternya nanti kamu udah kenyang dan makan obat."
"Ok Bu,"jawab Ima sambil tersenyum.

Dia makan semangat sekali ...
Soalnya ada harapan untuk segera pulaaaaaaaaaang ... 😁 ... Hehehe ...

Menjelang jam setengah sepuluh pagi, kursi roda sudah diantarkan ke dekat tempat tidur Ima.
Sekarang kondisinya lebih baik daripada yang kemarin.
Ban kursi roda yang terlihat sekarang tampak cukup bundar, tidak seperti yang kemarin agak peot di permukaan yang menyentuh lantai.
Hati Ima jadi semakin mantap menaikinya.

Ternyata, yang dorong kursi rodanya sekarang adalah seorang perawat yang masih muda. Cantik pastinya ... tapi yang penting tampak energik untuk mendorong kursi roda yang dinaiki Ima.

Sebelum mereka ke luar dari kamar rawat, bapaknya Ima baru datang.

"Kenapa Pak? Kok baru sampai?"tanya ibunya Ima.
"Hehe ... tadi di bis bapak ketiduran ...jadi keblabasan sampai ke Solo ...
Dari Solo langsung balik lagi ke Yogya, kebeneran ada bis yang sudah mau berangkat ... hehehe ..."
"Ya ampuuuun ... Paaaak ... Pak ...,"jawab si ibu dengan terkejut.

Ima terkekeh - kekeh aja mendengarnya ...

Akhirnya mereka berempat, Ima, ibunya, bapaknya dan ...perawat siswa yang mendorong kursi roda ke luar ruangan menuju ruang periksa Dr. Sudiharto.

Tempatnya dekat dengan lab CT scan kemarin.
Jadi lumayan jauh juga kan?
Makanya, ada seorang perawat yang bertugas mendorong kursi roda Ima.

Setelah kira - kira 15 menit, mereka sampai di depan ruang periksa yang dituju.

Begitu pasien yang baru ditangani Dr. ke luar ruangan, mereka langsung masuk, tidak antri dulu.

Benar - benar spesial ... hehe ...

"Prima, ya namanya?"tanya dokter menatap Ima.
"Ya Dok. Tapi sering dipanggil Ima," jawab Ima.
"Ok," tampak dokter mencatat sesuatu.
"Apakah masih pusing?"tanyanya lagi.
"Kalau pusing sakit kepala sih ngga pernah Dok. Tapi kadang - kadang vertigo kalau posisi mendadak.
Misalnya kalau saya tidur telungkup, lalu tiba - tiba terlentang, saya vertigo beberapa menit "
"Oh. Wajar kalau gitu. Kamu kan baru dioperasi. Lain kali hati - hati."
"Ya Dok."

Si dokter mencatat beberapa kalimat lagi di buku catatannya.
Lalu ia mengambil secarik kertas resep obat.

Setelah selesai menulis resep, dia berbicara kepada ibunya Ima tentang obat - obat yang harus Ima makan selama 1 bulan ke depan.

Setelah ibunya mengerti penjelasan dokter, Dr. Sudiharto kembali berbicara menghadap Ima.

"Prima, kamu kan masih dalam masa penyembuhan, kamu harus istirahat total.
Sementara waktu, kamu tidak kuliah dulu.
Bagaimana?"

Ima memandang dokter dengan tersenyum.
Tapi tidak segera menjawab.
Dia memandang kedua orang tuanya.

Kedua orang tua Ima memandang dengan penuh harapan akan kesembuhan Ima.

Kemudian dia menjawab dokter,"Baik Dok."

"Mau cuti berapa lama? 1 tahun?"

Ima terperangah.
"Lama amat?"pikirnya.
Lalu dia menjawab,"Gimana kalau 1 semester dulu Dok. Nanti kalau kondisi mengharuskan saya cuti lagi, kita perpanjang, cutinya."

"Baik Prima. Saya buatkan surat sakit untuk diserahkan ke kampusmu ya. Kamu cuti 1 semester."

"Trima kasih, Dok,"wajah Ima berseri - seri ... 😁