~That'sMe~

Suara kicauan burung pagi yang mengganggu tiap orang yang melanjutkan aktivitas nya di dalam mimpi merasa terganggu. Mimpi mimpi yang biasanya menjadi bunga tidur kini berubah. Terlalu nyenyak tidur hingga lupa bahwa hari ini adalah hari terakhir nya di rumah.

"aku memang malas, setidaknya tidak mengganggu orang lain dengan ke malasan ku ini" gumam seseorang.

Dia manis, tinggi, tidak putih, dan sedikit tomboy tetapi sedikit feminim. Bisa dibilang penampilan nya feminim tapi sifatnya masih bar bar. Dia pandai, tetapi cuma bisa di pendam dalam diam, terkadang dia juga bingung peringkat yang selama ini dia dapat padahal dia juga kurang belajar dirumah.

Fyi....

Dia udah mempersiapkan dirinya sebelum memasuki lembaran baru. Terlebih lagi dia harus meninggalkan rumah. Dan itupun juga tidak bisa ditolak. Bagaimana jika ia rindu dengan mama nya?.

Dan sekarang pukul 13.25.

Rayya ellinna

Rayya, dia lah perempuan malas dengan segala impian nya yang begitu tinggi tapi cuma di dalam mimpi. Bagaimana dia bisa menggapai mimpi jika harus selalu rebahan menunggu rezeki datang tanpa usaha.

Mama Rayya begitu pelit, sebenarnya bukan pelit hanya saja susah ngeluarin uang. Mama said "harus hemat".

"nah, pondok kakak dimana? " tanya ayah, yang notabene nya musuh Rayya.

Jangan salah kan Rayya jika memusuhi ayahnya. Karena perempuan itu benar.

" gak tau " jawab Rayya dengan cuek nya.

Sebenarnya Rayya minat dengan sekolah boarding ini karena alasan pertama Rayya enggak betah dirumah dan ia ingin menjauh dari Android, lebih tepatnya memang tidak mempunyai Android.

Di sekolah nya Rayya, ada dua model sekolah.

1. Reguler, yaitu sekolah pergi pulang seperti biasa

2. Boarding, yaitu nginap disekolah nya.

Sampai sini paham?....

Dilihat nya kamar asrama nya itu. Satu kamar terdapat empat belas siswi. Ranjang nya atas bawah ditambah kamar ustadzah.

Rayya memang perempuan sederhana yang jauh dari kata modis seperti remaja zaman sekarang. Rayya dengan penampilan nya yang alim, dia terlihat seperti bocah yang polos.

Barang Rayya, lemari dan semuanya sudah diangkat ke dalam kamar. Hanya saja ia sedih karena berpisah dari mama dan adik adiknya.

Tempat tidur Rayya berada di paling pojok. Karena Rayya pendiam, dia merasa nyaman dengan tempat nya saat ini. Keluarga nya udah pulang beberapa jam yang lalu.

Kini ia duduk sendiri dengan teman teman yang ribut disamping nya sedang berkenalan.

"ini nama nya siapa? " tanya Rayya berusaha tersenyum.

" sekar, ni siapa? " tanya nya balik.

" Rayya , oh tidur ranjang atas ya? " basa basi

" iya "

Dan percakapan pun berakhir.

Lanjut ke teman samping.

" kalau ni namanya siapa? " tanya ku menanyakan salah satu dari ketiga orang yang sedang berbincang disitu.

" riska..... " ucap nya

" oh riska Maulida ya, kawannya sri kan? " tanyaku memastikan.

" eh kok tau "

" soalnya sri itu sahabat rayya" terangku

"ooo"

"kalauu ini siapa namanya? " tanya ku kepo

" angelica aprilia deanita, panggilan nya putri " ucapnya.

" oohh... Eh apa? Kok putri? " Tanya ku memperjelas.

" tulah, gak nyambung kan? " tanya riska

" hahahhaha, itu panggilan dirumah " terang angelica yang panggilan nya putri.

Nah disitu lah ada sesi tanya jawab antar member asrama. Dan tak terasa pukul udah menunjukkan waktu sore, jadi harus bersiap siap untuk mandi.

Rayya dan ara, sahabatnya. Mereka satu sekolah boarding juga, akan tetapi beda kamar asrama. Mereka turun untuk mandi.

And then dikamar mandi juga butuh kenalan loh. Oh Guys, padahal lagi mandi loh.

"hai, nama kalian siapa? " tanya anak gendut pendek, hitam tapi manis.

"nama aku Rayya"

" namaku ara "

" eh, kok kalian mirip? Kembar? "

" enggak, darimana coba mirip nya" ulas Rayya

"hehehe, nama aku molvi "

Karena telinga rayya mendengar nama itu dengan samar sama jadi Rayya hanya mengucap di dalam batin, ooohhh movie, kece betul namanya hahahhaha.

And then dimana mana Rayya memanggil molvi dengan movie. Tapi Rayya juga bingung, kenapa orang manggil dia mol.

"movie, nama kamu movie kan. Kalau bahasa Indonesia nya artinya film? "

" weey, enak aja woy, hahhaha molvi okey. Catat. "

" weh berarti telinga ku ini kenapa " ucap Rayya sambil menunjuk telinga nya.

Walaupun mereka beda kamar, tetapi mereka juga saling menyapa agar tidak kelupaan nama. Yang sangat aneh, teman Rayya yang bernama molvi ini memang setiap 15 menit selalu menyapa nya. Dengan alasan agar ia tidak salah panggil antara Rayya dan ara.

"wey, kembar tidak seiras " sapa molvi

" kalau tidak seiras bukan kembar, makcik " seru Rayya.

Pada waktu menjelang shalat subuh Rayya dan ara tergesa gesa, hingga hampir saja memasuki tempat shalat anak laki laki. Hush, malu banget.

Momen memalukan lainnya, setiap santri baru pergi kemushala membawa gayung, dengan alasan agar gayung mereka tidak hilang atau dicuri orang. Fyi, gayung nya bermacam macam ada yang ungu, bulat, besar. Catat, sungguh memalukan.

Pada saat kami mau melaksanakan shalat. Ara dengan polos nya membawa gayung ke mushalla, sehingga terdengar bisikan bisikan senior yang tertawa terbahak bahak.

"eh adek itu kok bawa gayung ke mushalla? Wudhu nya kan di asrama mereka. Buat apa coba bawa gayung, takut hilang "

" xixiixixix "

Malu nya sampai ke Ubun Ubun. Sampai enggak fokus mau shalat gara gara mikirin gayung hilang. Sebegitu posesif kah?....