WebNovelAYUMNA58.33%

7. Jauhin Dia.

Kedua mata itu terbuka dengan perlahan, menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam matanya, di depannya kini tengah berdiri sepasang suami istri dan seorang pemuda.

"Alhamdulillah, kamu udah sadar sayang" ucap wanita yang kini berdiri di samping suaminya itu.

"Alhamdulillah."

"Risa, kenapa tante?" tanya gadis yang baru sadarkan diri itu.

"Kamu drop sayang, pas di mall tadi kamu pingsan" mendengar jawaban dari susan, seketika risa teringat dengan kejadian terakhir sebelum dirinya pingsan di mall, dimana dirinya bertemu kembali dengan sahabatnya, sahabat terbaiknya.

"Lagian kenapa kamu langsung ke mall?kenapa gak pulang dulu" tanya susan bunda raka.

"Batu dia bun, sama raka udah di bilangin suruh istirahat dulu, eh keras kepala nya minta ampun" jawab raka.

"Apaan sih, gue gak keras kepala ya" sanggah risa.

Sepasang suami-istri itu terkekeh mendengar perdebatan pemuda-pemudi itu "udah-udah, gak usah ribut. Risa kamu istirahat yah, ayah sama bunda mau pergi dulu ada urusan, biar raka yang jagain kamu, dan ingat manggilnya jangan om sama tante lagi, kalo gak ayah yang akan marah bukan bunda" semua yang ada di ruangan itu terkekeh mendengar ucapan riko ayah raka.

"Tau, bandel kamu, udah di bilangin jangan panggil tante" susan mencubit hidung risa "bunda pergi dulu ya" lanjut susan seraya mencium kening risa, dan risa menyalimi tangan susan dan riko begitu pun dengan raka.

"Iyh bunda" risa tersenyum atas perlakuan susan dan riko yang menganggap nya seperti anak sendiri.

"Risa sayang sama kalian" ucap batin risa.

"Bunda sama ayah pergi dulu ya ka, jagain risa" peringat bunda susan kepada raka.

"Siap bun."

"Assalamualaikum."

"Walaikumsalam."

Sepeninggalan susan dan riko keheningan menyelimuti antara risa dan raka.

"Ka" hingga risa memecah keheningan di antara keduanya.

"Hm" jawab raka tanpa mengalihkan mata nya dari benda pipih di gemgamannya yang kini duduk di kursi sebelah tempat tidur risa.

"Tanyain gak ya?" batin risa ragu.

Raka berhenti mamainkan hp nya dan melihat ke arah risa yang kini tengah melamun.

"Woy" risa tersentak dari lamunannya mendengar panggilan raka.

"Kenapa ka?"

"Elo yang kenapa, pake ngelamun segala."

"Gak kok gak papah" risa memalingkan wajahnya kearah lain.

"Tapi kalo gue gak nanya, gue gak bakal tau, bodo ah gue mau nanya" - batin risa.

"Ce-cewe yang waktu di mall lagi bareng sama gue sebelum gue pingsan itu kemana ka?" tanya risa hati-hati.

Raka mengalihkan perhatian ke arah risa "emang kenapa?" tanya raka datar, risa sedikit kaget melihat perubahan raka saat diri nya bertanya tentang gadis di mall tadi.

"Ga-gak papah, di-dia temen gue si nisa udah lama gak ketemu, terus tadi di mall ketemu."

"Gue gak mau Lo deket-deket dia lagi" ucap raka dingin.

"Kenapa?" risa menatap raka dengan kaget.

"Elo yang kenapa? Ngapain lo bohong ke gue kalo cewe itu nisa bukan UNA."

DEG.

risa menegang mendengar pengakuan raka

"raka tau dari mana kalo itu una" gumam batin risa.

"jauhin dia ya, gue gak mau lo di sakiti lagi" raka membawa risa ke pelukannya.

"Una gak nyakitin gue ka hick...dia ba-" risa mulai terisak di dalam dekapan raka.

"Shuut, kalo dia baik dia gak mungkin ninggalin lo."

"Tapi-"

"Udah-udah, mending lo istirahat biar cepet pulang" raka melepas pelukannya "gue ke toilet dulu" ucap nya seraya berlalu pergi.

"Sampe kapan lo bakal terus salah paham ka" - batin risa.

Risa melihat punggung raka hingga hilang di balik pintu dengan masih adanya isak tangis kecil, kemudian kedua mata itu tertutup.

🔸🔸🔸

Seminggu berlalu, sejak kejadian di rumah sakit lalu sikap raka begitu dingin kepada yumna, bahkan keduanya tidak pernah terlihat lagi bersama, hingga membuat orang-orang bingung melihat keduanya, karena keduanya selalu bersama-sama dimanapun berada, dan tidak satupun ada yang tau masalah pertengkaran mereka.

"Lo ribut kenapa sih ay sama raka, satu minggu Loh kalian diem-dieman" ucap caca seraya membereskan peralatannya untuk segera pulang karena mata pelajaran telah berakhir, begitupun dengan yumna, kini keduanya tengah berada di dalam kelas.

"Lo gak bakal ngerti."

"Wajar dong gue gak ngerti, lah elo gak cerita sama gue. Sebenarnya kalian itu ribut kenapa?"

"Dah gue mau balik, bay ca, muach."

"Assalamualaikum."

"Ta-tapi Lo belum cerita ay, woy, iiiih" kesal caca "walaikumsalam".

Di perjalanan menuju parkiran yumna berpapasan dengan raka dan kedua sahabatnya, keduanya sama sekali tak saling bertegur sapa, bahkan tak saling melirik, berbeda dengan raka. Adit dan yoga mereka menyapa yumna.

"Eh yumna, lo mana aja, kenapa jarang kumpul sama kita?" tanya adit.

"Hmm, gu-gue ada kok, nanti kapan-kapan kita kumpul, gue balik duluan ya, assalamualaikum" yumna tersenyum seraya belalu pergi meninggalkan adit dan yoga yang kini tengah bingung dengan semuanya.

"Sebenernya mereka kenapa sih? Gue bingung dah" adit menggaruk kepalanya merasa gatal.

"Apa lagi gue dit" timpal yoga "kayanya gue tau deh kita harus tanya siapa" yoga mengangguk-anggukan kepalanya. Adit mengangkat alis nya sebelah seraya menatap yoga seolah berkata "siapa?"

"Caca, caca pasti tau dit" ucap yoga heboh "ayo kita samperin keburu dia pulang" yoga menarik tangan adit untuk menemui caca.

"Nanti aja kali, kita kan ada kelas" ucapan adit menghentikan langkah yoga.

"Iyah ya, kita kan ada kelas" ucap yoga tampak berfikir "yaudah ayo ke kelas" kemudian yoga menarik tangan adit menuju kelas.

🔸🔸🔸

Yumna telah sampai di rumahnya dengan selamat, kini kaki nya membawa ia menuju ke dalam.

"Kak udah pulang?" tanya maya yang kini tengah duduk di ruang keluarga saat melihat anak pertama nya menaiki tangga menuju kamarnya dengan pandangan kosong menatap lurus kedepan, karena melamun yumna tak merespon ucapan mama nya justru terus berjalan menuju kamar, membuat maya beranjak dari duduknya dan mengikuti anak nya dari belakang dengan bingung.

Clek.

Yumna memasuki kamarnya, melempar tasnya ke ranjang dan kaki nya membawa ia ke balkon, menatap lurus ke depan dengan tatap yang sama seperti sebelumnya

Tok tok tok.

Seketika lamunannya tersadar kala ada yang mengetuk pintu kamarnya yang terbuka, matanya melirik ke arah pintu "mamah?"

"Boleh mamah masuk?" tanya wanita yang memakai jilbab pashmina yang kerap di panggil mamah oleh yumna.

"Masuk aja mah."

Maya menghampiri yumna yang kini tengah berdiri di balkon kamarnya dengan kedua tangan yang bertumpuan di pembatas balkon "kakak kenapa hm?" ucapnya seraya mengelus puncak kepala yumna yang masih tertutup hijab.

Dahi yumna mengernyit kala tak mengerti maksud ucapan Maya "ay gak papah kok."

"Gak papah kok ngelamun" sindir maya.

"Gak papah mah" ucap yumna meyakinkan.

Maya mengehela nafas pendek "kak, bukan sekali dua kali loh mamah liat kakak ngelamun, tapi akhir-akhir ini kakak sering ngelamun."

Tes.

melihat anak nya mengeluarkan air mata buru-buru maya membawa yumna ke pelukannya.

Hick...hick...

"Udah,udah gak usah nangis" maya mengelus punggung yumna "mau cerita sama mamah?" tanya-nya.

"Ay jahat mah hick..."

"Jahat? Jahat gimana?"

"Mamah masih inget ica?" Ucap Yumna seraya meredakan tangis nya.

Maya tampak berfikir " ouhk ica, ya inget dong, ica kan anak mamah, meskipun bukan kandung."

Yumna menganggukan kepala dalam dekapan maya "ica sakit mah."

Maya terdiam mendengar penuturan yumna, terlihat kecemasan dari raut wajahnya.

"Selama ini ica sakit, dan ay gak tau apa-apa, ay sahabat yang buruk kan mah" yumna mendongak menatap maya dengan air mata yang terus mengalir.

Maya melepas pelukan keduanya "maksud kakak apa sih, mamah gak ngerti deh, coba ceritain sebenarnya ada apa?"

"Jadi gini...." yumna menceritakan kepada maya dimana dirinya bertemu kembali dengan sahabat nya dan awal pertengkaran dengan raka "ay jahat mh, ay sahabat yang gak berguna, ay ninggalin ica di saat ica butuh ay di sisinya hick.. hick... dan sekarang raka benci sama ay hick..."

Maya kembali membawa yumna ke pelukannya "shuttt, gak kakak gak jahat, kakak kan gak tau kalo selama ini ica itu sakit, raka gak akan benci sama kakak kalo dia tau apa alasan kakak pergi."

"Ay sayang sama ica."

"Ica juga sayang sama una."

Yumna mempererat pelukannya kepada maya yang di balas tak kalah erat oleh Maya.

"Maafin mamah ay" gumam batin maya.