WebNovelAYUMNA91.67%

11. Kolidor Kampus

Bisikan-bisikan terdengar jelas oleh telinga Yumna, yang kini dirinya tengah berjalan di kolidor kampus menuju kelasnya, entah apa yang membuatnya ingin berangkat pagi sekali padahal jam masuk kelas sekitar pukul sepuluh sementara sekarang masih pukul setengah delapan. Banyak pasang mata yang melirik ke arahnya, lirikan seolah-olah mereka jijik melihat ke arahnya.

"Ck, ada yang salah ya sama gue? Kok mereka liatin gue gitu sih?" Pikir gadis itu seraya melirik penampilannya.

Merasa tak ada yang salah dengannya, Yumna kembali jalan dengan santai tanpa memperdulikan tatap orang-orang di sekitarnya.

"Hay Yumna," Sapa seseorang yang berdiri di depan Yumna dan menghalangi jalannya.

"Gue punya kado buat lo," Lanjut orang tadi dan memberikan paper bag kearah yumna.

Yumna menatap paper bag dan orang itu secara bergantian tanpa ada niatan untuk mengambilnya.

"Ambil dong ay, pegel nih tangan gue."

Terdengar helaan nafas pendek dari bibir Yumna, dengan terpaksa tangannya terulur untuk mengambil paper bag itu, "Makasih."

"Eiits, mau kemana," Yumna kembali di cegah saat dirinya akan pergi, "Di buka dulu dong kado nya, masa di kasih kado gak di buka."

Yumna menatap datar orang di hadapannya yang kini tengah menatapnya dengan wajah menyebalkan, "Sabar ay sabar, yang di depan lo ini agak rese orangnya" Batinnya berucap, kedua tangannya membuka isi dari paper bag itu, dan rasa marah seketika menyergap dirinya saat mengetahui isi paper bag itu.

"Apa maksud lo?" Suara Yumna yang sedikit lantang itu menyita perhatian orang-orang yang berada di koridor ke arah mereka, mereka kini menjadi pusat perhatian.

"Masa lo gak ngerti sih maksudnya apa?"

"Gue tanya sama lo, apa ini maksudnya? Amel," Tanya Yumna sekali lagi dengan intonasi suara rendah tapi penuh tekanan pada Amel, orang yang kembali mencegatnya.

Amel terkekeh sebentar, "Guys, kalian udah liat kan berita yang gue sebar kemarin di grup kampus?" Amel menatap Yumna dengan senyum miring "Kalo dara kampus kita ini, orangnya munafik," Lanjutnya dengan suara cukup keras agar orang-orang yang berada di koridor itu bisa mendengar suara nya.

"Berita apa coba yang dikirim Amel ke grup kampus tentang gue? Ck, kemaren gue gak sempet liat lagi," Gumam batin Yumna, matanya tak lepas dari orang di depannya ini.

Dengan senyum miring nya Amel kembali bersuara, "Ay, gue kasih lo dress pendek itu karena pantes sama sifat lo, sifat lo yang munafik. Lo pake hijab itu cuma cari sensasi doang kan," Yumna memegang erat paper bag itu menyalurkan rasa marahnya pada benda di tanganya, "Lo pake hijab itu buat tutupin sifat lo yang jahat itu kan? Karena lo pernah jadi perusak hubungan orang, dan lo pernah tinggalin sahabat lo yang lagi sakit parah, kejam banget lo ay, dan lebih kejamnya lagi lo tutupin sifat lo itu dengan rubah penampilan lo yang sekarang, biar lo dikatain cewe alim, cewe bener, dan biar lo di pandang cewe baik sama orang-orang."

"Hubungan siapa yang gue rusak hah? hubungan lo sama raka?" Tanya Yumna menantang, "Lo sama Raka putus itu kan karena lo selingkuh, bukan gue yang rusakkin, lo gak perlu mel cari kambing hitam buat tutupin kesalahan lo itu, lo gak tau apa-apa tentang gue, apa lagi masalah gue," Yumna mengembalikan paper bag itu kedapa amel.

Rasa kesal, emosi, marah itu yang kini Amel rasakan, niatnya yang ingin mempermalukan Yumna, justru kini dirinya yang di permalukan balik.

"Gue emang bukan cewe baik mel, dosa gue banyak, gue juga sering buat salah, gue akuin semua itu. Gue tau cewe berhijab emang belum tentu baik, tapi cewe baik udah pasti berhijab," Setelah mengatakan itu yumna bersiap akan pergi.

"Kurang ajar," Geram Amel, tangannya dengan cekatan ingin menarik kerudung Yumna.

plak.

"Jauhin tangan lo dari hijab gue," Yumna meninggalkan koridor itu, orang-orang melihat kearahnya dengan cengo, mereka kurang percaya dengan perlakuan Yumna barusan.

Sedangkan Amel memegangi pipinya yang terasa begitu panas setelah di tampar Yumna, darah segar mengalir dari sudut bibirnya, tangannya kalah cepat dengan tangan Yumna yang mendarat mulus di pipinya .

"Itu beneran yumna?"

"Pemegang sabuk hitam di lawan," Ucapan salah satu gadis dari kerumunan itu membuat orang-orang menatap ke arahnya dengan wajah lebih cengo lagi, mereka semakin tak percaya dengan fakta itu.

🔸🔸🔸

"Guys-guys, udah liat grup kampus belum?" Caca yang baru saja tiba di kampus langsung saja menanyakan perihal berita yang ada di grup kampus kepada Raka, Risa, Adit, dan Yoga yang sedang berada di lobbi ingin menuju kantin.

"Emang ada apa?" Tanya Risa, yang lain menatap Caca seolah bertanya juga.

Terdengar helaan nafas dari bibir Caca, "buka deh grup nya."

Seketika mereka membuka handphone masing-masing terkecuali Risa. Wajah kaget mereka perlihatkan setelah mengecek grup kampus itu, hingga rasa kesal, dan marah memenuhi diri mereka.

"Si Amel apa-apaan sih ini?" Tanya Yoga emosi.

"Bener ngajak ribut ni orang," Ucap Risa seraya merebut handphone dari tangan Raka ingin melihat jelas berita di grup itu.

Wajah Raka begitu merah, terlihat jika ia sedang emosi setelah melihat berita di grup kampus.

Hingga perhatian mereka teralihkan kepada orang-orang yang berlarian menuju ke arah utara jalan menuju pakultas hukum.

"Eh, ada apaan sih?" Tanya Adit pada orang yang juga berlari ke arah Utara itu.

"Yumna ribut sama Amel."

Mendengar itu tanpa pikir panjang mereka juga berlari menuju ke arah utara.

Hal pertama yang mereka lihat yaitu Yumna yang sedang membuka sebuah paper bag yang di berikan Amel.

"Apa maksud lo?" Terlihat Yumna yang kini sedang menahan marah setelah melihat isi paper itu.

"Masa lo gak ngerti sih maksudnya apa?"

"Gue tanya sama lo, apa ini maksudnya? Amel."

Amel terkekeh sebentar, "Guys, kalian udah liat kan berita yang gue sebar kemarin di grup kampus? Kalo dara kampus kita ini, orangnya munafik."

Dengan senyum miring nya Amel kembali bersuara, "Ay, gue kasih lo dress pendek itu karena pantes sama sifat lo, sifat lo yang munafik. Karena lo pake hijab itu cuma cari sensasi doang kan."

"Lo pake hijab itu buat tutupin sifat lo yang jahat itu kan? Karena lo pernah jadi perusak hubungan orang, dan lo pernah tinggalin sahabat lo yang lagi sakit parah, kejam banget lo ay, dan lebih kejamnya lagi lo tutupin sifat lo itu dengan rubah penampilan lo yang sekarang, biar lo dikatain cewe alim, cewe bener, dan biar lo di pandang cewe baik sama orang-orang."

Emosi menguasai pikiran Raka setelah mendengar ucapan Amel yang menghina Yumna, kedua tangannya terkepal, Adit yang melihat raka yang tengah menahan emosi segera menenangkan "Sabar ka, kita liatin aja dulu, gue yakin Yumna gak akan diem aja kalo si Amel udah kelewat batas," Terlihat Raka yang coba mengatur nafas nya berusaha meredakan emosinya setelah mendengar bisikan Adit.

"Hubungan siapa yang gue rusak hah? Hubungan lo sama raka?" Tanya Yumna menantang.

"Lo sama Raka putus itu kan karena lo selingkuh, bukan gue yang rusakkin," Terlihat wajah Amel berubah menjadi datar, "Lo gak perlu mel cari kambing hitam buat tutupin kesalahan lo itu, lo gak tau apa-apa tentang gue, apa lagi masalah gue."

"Gue emang bukan cewe baik mel, dosa gue banyak, gue juga sering buat salah, gue akuin semua itu. Gue tau cewe berhijab emang belum tentu baik, tapi cewe baik udah pasti berhijab," setelah mengatakan itu yumna bersiap akan pergi.

"Kurang ajar."

Plak.

Semua orang di sana melongo melihat Yumna menampar Amel hingga sudut bibir amel mengeluarkan darah.

"Jauhin tangan lo dari hijab gue," Setelah mengatakan itu Yumna pergi meninggalkan orang-orang yang melihat aksinya itu tak berkedip, termasuk Raka, Adit, Yoga, dan Caca terkecuali Risa yang tengah tersenyum menampilkan smirknya.

"Itu beneran Yumna?" Tanya Yoga entah kepada siapa.

"Pemegang sabuk hitam di lawan," Risa merutuki mulut nya ini, kini semua orang menatapnya dengan tatapan lebih cengo dari sebelumnya "ada yang jual mulut gak sih?" Yanya Risa membatin.

"YUMNA," Risa berlari mengejar Yumna, menghindari tatapan orang-orang.

"Gue baru tau yumna pemegang sabuk hitam," Ujar Yoga.

"Sama," Sahut Adit.

"Heh udah, bubar-bubar," Seru Raka kepada orang-orang yang masih berkerumunan itu, sedang kan Amel sudah di bawa oleh kedua antek-anteknya menuju klinik kampus.

"Caca, lo mau kemana?" Tanya Raka yang melihat Caca ingin pergi ke arah Yumna dan Risa tadi.

"Nyamperin Yumna lah, pasti-"

"Gk usah, ada Risa kok," cegah raka, "Biarin Yumna sama Risa selesain masalah mereka."

"Lo juga ada masalah sama Yumna, sana selesain," Ujar Adit seraya berlalu pergi menuju kantin.

"Tau lo kadal," Yoga menjitak kepala Raka sambil berlalu menyusul Adit.

Raka mengusap kepalanya ada rasa panas setelah mendapat jitakkan dari Yoga.

"Sana selesain masalahnya" Caca berlalu menyusul Adit dan Yoga menuju kantin.

"Iya-iya."