Alessa yang saat ini berada di halaman belakang, termenung. Memikirkan perkataan Edgar, semalaman penuh ia terus berpikir. Tiba-tiba tangannya di sentuh seseorang.
"Apa lagi yang kau pikirkan?" tanya Zero lembut. Alessa masih menatap ke depan tidak menatap sepupunya itu.
"Aku hanya bingung harus bagaimana. "
"Apa lagi? Jawabannya ada di hatimu."
"Aku hanya tidak ingin menyerahkan diri, untuk disakiti lagi, " jawabnya sendu.
"Sepertinya dia bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Tidak ada salahnya menerima kembali. "
Alessa menyernyit. "Bukannya dulu kau yang bersikeras memintaku melupakannya? "
"Itu dulu, tapi sekarang aku hanya ingin kau menuruti apa yang hatimu mau, yang anak-anakmu mau. Apa yang akan kau katakan nanti jika mereka bertanya tentang Ayah mereka? " Alessa terlihat berpikir yang dikatakan Zero ada benarnya.
"Dia terpaksa meninggalkanmu, kau tau alasannya, bukan?" ya, Alessa memang sudah tau.