Bagian 5

"Mau sampai kapan kamu disini?" tanya Rama tak selownya,Erra yang merasa pertanyaan yang keluar dari mulut Rama ditujukan padanya itu lantas menoleh.

"Sampai makan malam kali ya." jawab Erra, ia memfokuskan kembali pandangannya ke arah tv. Rama mengembuskan nafasnya, sungguh ia benar-benar ingin mengusir gadis tak berkerudung itu. Astaghfirullah. "Kenapa gak makan di rumah kamu aja? Kamu punya rumah kan?"

"Hm.. Tapi aku pengen makan disini, mau makan sama umi juga. Di rumah sepi."

"Kan ada mami kamu?"

"Mami bilang,malam ini ia gak pulang. Ada proyek di luar kota." ujar Erra tanpa berniat menolehkan pandangannya pada Rama.

"Manja."

"Terserah."

"Kekanakan."

"Gak apa-apa."

"Pulang sana!"

"Ih.. Aku kan udah bilang pengen makan malam disini." ujar Erra dengan suara cemprengnya,gadis itu bangkit dari duduknya dan menatap nyalang pria di depannya.

"Ini ada apa?" tanya Ayra yang hendak mendudukan bokongnya di sopa samping Rama. Pria berewok itu masih kukuh ingin mengusir Erra dari rumahnya belum menyerah juga.

"Mi,Erra boleh makan malam disini gak?" tanya Erra, gadis itu mendekati Ayra. Lalu duduk di karpet dengan tangan yang memegang lutut wanita setengah baya itu.

"Gak makan sama mami juga,masih ada papi kamu kali." Timpal Rama, raut wajah Erra berubah sendu.

"Papi udah gak ada. Dia ninggalin aku sama mami,saat usiaku 8 tahun." ujar Erra, Rama yang mendengarnya seketika menciut.

"Eh.. Udah,udah.. Kamu boleh kok makan malam disini." ujar Ayra, Erra mendongak dengan senyuman lebarnya.

"Makasih ya,umiii.. Umi baik,deh."

Allah.. Hati Rama seketika mencelos,mengingat perkataannya yang tidak disaring dulu. Apa kata jika dirinya ada di posisi Erra saat ini. Tidak memiliki ayah sementara ibu sibuk dengan pekerjaannya.

"Maaf,dan semoga almarhum diterima iman islamnya."

"Papi seorang Pakistan. Tapi,aku akan mengaamiinkan karena itu sebuah doa. Terimakasih,mas." ucap Erra sembari menoleh le arah Rama. Rama tersenyum hangat. "Hm.."

"Mas." panggil Erra,gadis itu menggeser menyimpan dagunya ke lutut Ayra. Ayra yang melihat sikap Erra yang manja padanya membuat bibir ia terpaut ke atas.

"Apa?"

"Hidupku menyedihkan ya?"

"Enggak tuh,buktinya kamu masih bisa tersenyum dan menjalani hidup dengan baik."

Erra menatap ke arah karpet. Tangannya yang bebas menggambar sesuatu yang abstrak di karpet. "Sudah dari dulu. Sejak SD kelas 5 aku menjalani hidup seperti ini,pura-pura bahagia padahal enggak. Terkadang aku ingin menentang takdir yang Allah berikan. Kenapa aku bisa semalang ini? Papi meninggal,mami.. Meski mami ada,tapi waktu bersamanya hanya beberapa menit saja. Dan saat mami bilang ada tetangga baru,aku merasa tak percaya dan senang sekaligus. Aku bersyukur karena nantinya akan ada orang yang bisa ku ajak bicara meski untuk beberapa saat saja. Dan sebenarnya, semua makanan yang aku kasih pada mas Rama itu hanya alibi agar aku bisa dekat dengan mas Rama. Semua makanan yang ku bawa tadi siang itu juga bukan masakan mami,itu masakanku. Maafin aku mas." ucap Erra,suaranya bergetar. Mungkin gadis itu sedang menahan tangisnya. Ayra mengusak surai gadis itu.

"Kamu jangan sedih,masih ada umi yang bisa kamu anggap sebagai ibu. Juga Rama yang bisa kamu anggap sebagai mas."ujar Ayra, Erra mendongak. "Beneran, umi?"

Erra bangkit dari duduknya. Lalu saat Ayra mengangguk-anggukan kepalanya, dengan cepat Erra memeluknya. "Makasih,umi."

"Hm.. Jadi perempuan sholehah, ya."

Disela-sela kebahagiaan Erra,datanglah seorang gadis berkerudung syar'i yang memencet bel rumah Rama.

Ting Nong

Ting Nong

"Sebentar." Erra melepaskan pelukannya pada Ayra. "Erra bukain pintu dulu,ya." tambahnya, lalu melangkah ke arah pintu.

Cklek.

"Assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam,eh kamu.." ucap Erra dengan telunjuk yang mengarah pada gadis berkerudung syar'i warna pastel itu. "Mau ketemu mas Rama? Kamu sepupunya, ya? Eh.. Nama kamu siapa?"

"Aku Nayara."

"Oh,Nayara.. Ya udah,masuk yuk Nay." ajak Erra,gadis berkerudung syar'i bernama Nayara itu mengangguk lalu melangkahkan kakinya ke dalam.

"Umi, assalamualaikum.. Umi,sehat?" tanya Nayara saat ia sudah mencium tangan Ayra.

"Alhamdulillah sehat,kamu bagaimana?"

"Alhamdulillah.. Mas,tangannya bagaimana? Masih sakit?" tanya Nayara pada Rama bergantian,gadis berkerudung itu lantas mendudukan bokongnya di sopa.

Berdampingan dengan Erra.

"Hm.. Kamu jangan khawatir."

"Bagaimana bisa aku tidak khawatir jika s-"

"Erra,bisa bantu umi siapkan makan malam?" interupsi Ayra terlebih dahulu,Erra yang duduk dengan wajah polosnya hanya bisa mengangguk. Lalu beranjak.

"Umi dan Erra akan menyiapkan makan malam dulu."

Erra dan Ayra pun berjalan beriringan ke dapur. Di dapur,Erra bukannya membuat sajian makan malam,ia malah memperhatikan Rama dan Nayara yang tengah berduaan di ruang tamu.

"Kamu lagi ngapain, Ra?"

"Anu,umi.. Nayara itu siapanya umi dan mas Rama?" tanya Erra sembari berjalan ke arah Ayra yang sibuk dengan ayam gorengnya.

"Ra,bisa kamu ambilkan piring di rak sana?"

"Oh. . Iya,umi. Eh.. Umi,Nayara belum disuguhi minum. Erra akan bawakan segelas air untuknya." ucap Erra, dengan buru-buru ia menuangkan air ke dalam gelas. Dan membawanya ke ruang tamu tanpa sepertujuan Ayra.

"E-eh.."

"Kamu kenal,Erra?"

"Enggak,cuma tempo hari pernah gak sengaja bertubrukan di koridor sekolah."

"Oh.. Kirain kenal udah lama."

"Nay,aku bawain minum nih." ujar Erra yang muncul dari arah dapur,gadis itu lalu menyodorkan air putih yang dibawanya ke hadapan Nayara.

"Terimakasih."

"Ya,sama-sama. Oh.. Nayara,kamu kelas berapa?"

"Aku kelas XII Agama 2."

"Ih,pasti kamu tahu banyak ya tentang agama. Aku jadi iri."

"Kita sama-sama belajar, ilmu agama yang aku ketahui tak sebanyak yang kamu kira."

"Kamu dewasa sekali. Aku jadi ingin menjadi adikmu." ucap Erra, Nayara tersenyum.

"Semua umat islam itu bersaudara. Apalagi kita yang sesama muslimah."

"Ah.. Aku ingin memelukmu." Erra beranjak dari duduknya, ia menghampiri Nayara sembari merenggangkan tangannya. Lalu memeluk gadis itu.

Rama yang memperhatikan interaksi kedua gadis itu mengulas senyum. Ia tak percaya jika Erra akan seantusias itu kedapatan Nayara yang berkunjung ke rumahnya. Mungkin lain waktu,ia harus mempertemukan Erra dan Nayara kembali.

"Mas.." panggil Erra setelah melepaskan pelukannya pada Nayara. Gadis yang memakai sweater dan celana olahraga Sekolahnya itu mendudukan bokongnya di samping Erra.

"Hm.."

"Udah maghrib,lampu di rumah aku belum dinyalain. Temenin aku yuk." ucap Erra, Rama menoleh sekilas ke arah Nayara.

"Emang kamu gak berani nyalain lampu sendirian?."

"Kalau aku berani,aku gak bakalan minta tolong sama mas Rama."

"Males ah."

"Ayo dong mas.." rengek Erra sembari mengguncang lengan kiri Rama, Rama menghela nafas lalu akhirnya mengiyakannya juga. Nayara yang melihatnya hanya tersenyum.

"Nay,aku tinggal bentar ya." ucap Erra, lalu gadis itu berjalan mengikuti Rama yang sudah terlebih dahulu melangkah.

"Mas,aku seneng banget.."

"Seneng kenapa?"

"Karena aku punya umi dan mas sekaligus, Allah terimakasih.." ucap Erra,bibir gadis itu tak henti-hentinya tersenyum. Rama yang melihatnya tanpa sadar ikut tersenyum.

Ia bersyukur, karena Erra bisa tersenyum dan menemukan kebahagiaannya kembali. Meski bukan lewat keluarganya.

"Mas Rama ayo ikut! Aku mau ke atas,mau ngambil baju sama tas." ujar Erra dari atas tangga, Rama menurut lalu mengikuti Erra.

Mungkin Rama akan mengangkat Erra menjadi adiknya.

___

Selepas maghrib,Rama mengantar Nayara ke halaman. Erra dan ibunya sedang sibuk di dapur,enyiapkan makan malam.

"Mas.."

"Iya,kenapa Nay?"

"Perihal Erra,jujur aku gak terlalu suka Mas dekat-dekat dengan Erra."

"Iya,saya paham.. Kamu tenang saja,hati saya cuma untuk kamu kok." Jawab Rana diiringi senyum manisnya,Nayara menunduk sesaat.

"Aku maklumi sikap Erra pada mas,tapi tetap saja hatiku tidak bisa berbohong kalau aku cemburu akan kedekatan mas Adam dengan Erra." Ucap Nayara menyuarakan perasaannya,Rama tertegun.

"Hati manusia itu bisa kapan saja berubah,mas. Sekarang bisa saja mas Adam mencintaiku. Tapi,kita tidak tahu besok atau lusa pada siapa lagi cintamu itu berlabuh." Imbuh Nayara,ia menatap Rama dengan lekat. "Aku pulang dulu,Mas.. Assalamu'alaikum.."

"Wa'alaikumsalam warahmatullah.."