Eps 2

Hari ini bete banget rasanya. Sherina nggak masuk sekolah, padahal dia yang nemenin aku setiap saat. Pelajaran semuanya jamkos, karena hari ini ada event pertandingan gitu di sekolah. Jadi lariku ya… ke taman sekolah.

"Kalo kebanyakan ngelamun, nanti bisa kesambet lo"

"Siapa juga yang ngelamun"

"Ih.. ih.. ih… udah ketauan tapi nggak mau ngaku"

"Kamu kenapa sih gangguin aku?"

"Emang nggak boleh, aku kan juga butuh temen"

"Temen kamu kan banyak, nggak aku aja. Lagi pula aku bukan temen kamu, kenal aja enggak."

"Kalo aku maunya kamu yang jadi temen aku, gimana? Meski kamu belum kenal aku, aku kan bisa kenal kamu."

"Terserah deh mau kamu!"

Hening di antara kami.

"Oh ya, gimana kaki kamu?"

"Udah mendingan kok. Kan yang ngobatin, ngobatinnya pake… cinta"

"Kamu apaan sih? Nggak jelas"

"Boleh ngomong sesuatu nggak?"

Aku mengangguk.

"Aku sebenernya, udah tau kamu sejak kelas 10. Saat itu kamu lagi sendirian, sambil baca buku di taman ini. Padahal semua cewek bahkan semua murid lagi nonton pertandingan basketku. Sejak itu aku penasaran sama kamu. Kamu tuh terlihat beda sama cewek-cewek yang lain. Tapi aku nggak berani deketin kamu, aku kira kamu nggak bakal suka sama aku. Oh ya, soal kemarin aku sengaja ngebuat diri aku cedera. Aku dapat informasi kalo yang jadi PMInya itu kamu. Aku minta bantuan ama kapten basket Merah Putih untuk sengaja dorong aku saat aku slam dunk. Agar aku bisa ketemu, dan bisa bicara sama kamu. Jadi aku minta maaf, udah ngerepotin kamu. Dan thanks juga!"

Aku hanya terdiam tak percaya. Bukan masalah Andi udah kenal aku, tapi kemarin Andi udah sengaja nyelakain dirinya sendiri dan bohong, cuma buat bisa ngomong sama aku.

"Jadi kamu bohong sama aku"

"Bukan gitu maksud aku Stella, dengerin aku dulu!"

"Tapi kamu bohong kan sama aku. Aku nggak percaya kamu bisa lakuin itu. Kamu mau ngomong sama aku, ya ngomong aja, nggak perlu bohong segala"

"Emang jadi masalah kalo aku bohong sama kamu?"

"Ya Iyalah, aku kan paling nggak suka sama orang yang bohong. Meskipun Bohongnya sekecil apapun. Apalagi bohongnya sampek nyelakain dirinya sendiri, kayak kamu!"

"Kamu tuh lebay ya! Kayak anak kecil!"

"Kamu bilang apa, aku lebay, kayak anak kecil? Kamu tuh yang kayak anak kecil. Apa-apaan coba, pake bohong segala!"

"Eh, kamu kok ngomong gitu. Aku kan cuma becanda. Kamu malah ngata-ngatain aku!"

"Yang mulai duluan siapa, kamu!"

"Eh, cewek nggak jelas… kamu tuh emang agak sinting ya! Nyesel aku ngomong sama kamu!"

"Ya udah, trus kenapa masih di sini? Males tau ngeliat kamu!"

"Oke! Aku pergi. Jangan harap aku bicara lagi sama kamu!" Andi berlalu. Sepertinya ia sungguh-sungguh marah.