Pelarian dan Takdir : Pertemuan Tak Terduga

Di Mobil Pak Nano..

"Sampun jo?", tanya pak Nano.

"Sampun kanjeng romo." jawab Paijo.

"Loh Titah nya mana?"

"Loh bukannya sudah di dalam mobil kanjeng romo.."

"Kalian ini bagaimana sih, jaga satu anak saja tidak becus.., ya sudah sana cari." pinta pak Nano.

"Ya kanjeng romo, man ayo.." kata Paijo patuh.

"Hayu jo.." sambung Aiman.

Di Depan Warnet Aan..

"Huh.. Kesel leren sik.." kata Titah.

Tiga puluh menit kemudian..

"Jo, Jo.."

"Apa man?" tanya Paijo.

"Eta.." jawab Aiman.

"Eta?, eta apa sih gak ngerti aku." tanya Paijo.

"Den cantik.." jawab Aiman.

"Mana?"

"Eta.."

"Em si Aiman Eta lagi, ya sudah yuk kejar.." keluh Paijo.

"Yuk.." seru Aiman.

"Cah ayu.."

"Haduh mereka ngejar lagi, tahu saja mereka aku di sini.." keluh Titah.

"Cah ayu.."

"Haduh.." Kamil kesakitan karena di tabrak oleh Paijo.

"Maaf mas.." kata Paijo.

"Hmm, dua kali saja.., eh tunggu dulu deh, mereka ngejar siapa ya?, tahu lah bukan urusanku ini, astaghfirullahalazim kok kenapa jadi ke warnet Aan, kan seharusnya aku ke warung mang Udin untuk beli garam, memangnya di warnet Aan jual garam apa, Hadeh, Hadeh.." keluh Kamil yang kesal karena di tabrak dua kali oleh Paijo dan Aiman

Di Warung Mang Udin..

"Assalamu'alaikum mang.." Kamil memberikan salam pada mang Udin.

"Wa'alaikumussalam, eh Kamil.." mang Udin menjawab salam dari Kamil.

"Muhun, mang beli garam." kata Kamil.

"Sabaraha garam na?" tanya mang Udin.

"Dua.." jawab Kamil.

"Ada warung tuh beli air minum dulu deh.." kata Titah.

"Sa.." kata Kamil yang melihat Titah tanpa berkedip.

"Enam ribu mil, mil.. Emm pantes gak kedip betinanya cantik.." keluh mang Udin.

"Berapa mang?" tanya Titah.

"Tiga ribu neng.." jawab mang Udin.

"Ini uangnya, mang.." Titah memberikan uang pada mang Udin.

"Muhun neng.." mang Udin menerima uang dari Titah.

"Temennya ngapa, sawan ya?"

"Oh ini lihat betina yang cantik jadinya.."

"Haaa betina?" Titah kebingungan dan tidak mengerti apa yang di maksud dengan mang Udin.

"Awewe maksud na" jawab mang Udin menjelaskannya pada Titah.

"Oh..", seru Titah.

"Muhun neng.." sambung mang Udin.

"Haduh.." Titah kaget melihat Paijo dan Aiman.

"Kenapa neng?" tanya mang Udin.

"Boleh numpang ngumpet gak mang, saya di kejar-kejar rampok mang, tuh.. Tuh.. Kalau gak percaya tuh.. Dua orang, boleh?" tanya Titah juga.

"Boleh atuh, Eh tapi nanti cerita ya." jawab mang Udin.

"Muhun mang.."

"Emm gara-gara betina cantik Kamil gak kedip, mil.." keluh mang Udin.

"Muhun mang.." kata Kamil.

"Semuanya jadi enam ribu.." sambung mang Udin.

"Ini mang.."

"Pas ya.."

"Oke.." seru Kamil.

"Gak jajan?"

"Enggak ah.."

"Di marahin ayah ya jajan mulu.."

"Hehe, mang.."

"Naon?"

"Eta awewe kamana?"

"Ngumpet.."

"Timanten?"

"Tuh.."

"Oh.." seru Kamil.

Paijo dan Aiman sudah cari Titah ke sana kemari tidak ketemu, sampai akhirnya pak Nano menelpon pak kyai Abdullah agar dibantu mencarinya, foto Titah juga disebar digrup whatsapp, lalu Kamil pun kaget melihat fotonya dan Kamil pun mempunyai rencana agar Titah bisa ke pesantren tanpa di curigai oleh Titah.

"Mil.."

"Naon mang?"

"Eta hp bunyi.."

"Eh iya.."

"Saha mil awewe nya, indehoy na nya?" tanya mang Udin lagi yang meledek Kamil karena mendapat pesan dari grup WhatsApp.

"Bukan mang enak saja, mana ada Kamil pacar, jomblo gitu loh.." jawab Kamil.

"Masa jomblo, kasep begini jomblo."

"Biarin, mang.."

"Naon mil?"

"Mojang eta mirip sarua anu di grup whatsapp kuring mang.."

"Masa, mana coba lihat.." pinta mang Udin.

"Nih.." Kamil memperlihatkan foto Titah di hpnya.

"Benar mil, mirip.."

"Mang.."

"Naon deui?"

"Bantuin Kamil dong.."

"Cari tahu siapa dia.." pinta Kamil.

"Boleh, tapi.."

"Iya nanti deh jajanannya."

"Benar ya."

"Iya.."

"Ya sudah."

Di Pesantren Darussalam

Di Dapur..

"Loh kok belum dihidangkan, ini buat tamunya pak kyai dan Abdillah loh.." kata umi Fatimah.

"Maaf umi garamnya belum datang.." sambung bu ustazah Prameswari.

"Loh kok bisa?" tanya umi Fatimah.

"Maaf umi tadi saya suruh Kamil beli garamnya" jawab ustazah Prameswari.

"Terus Kamil nya mana?" tanya umi Fatimah.

"Itu dia umi, saya tidak tahu.." jawab ustazah Prameswari.

"Hmm, tra.. Fitra.." keluh umi Fatimah.

"Muhun nek.." jawab Fitra.

"Tolong cari Kamil.., bilang garamnya mau di pake dan tamunya sebentar lagi mau sampai gitu.." pinta umi Fatimah.

"Oke nek.." kata Fitra patuh.

Di Warung Mang Udin Lagi..

"Neng.."

"Muhun mang.."

"Aman.." kata mang Udin.

"Alhamdulillah.." sambung Titah.

"Oh ya neng.."

"Muhun mang, aya naon?" tanya Titah.

"Cerita dong kan sudah janji.." jawab mang Udin.

"Iya mang.."

**

[Kamil : Assalamu'alaikum.]

[Fitra : Wa'alaikumussalam.]

[Kamil : Yang ini bukan anak temannya ayah?]

Tanya Kamil mengirimkan foto pada Fitra kakaknya.

[Fitra : Iya benar mil, kamu ketemu sama dia dimana?]

Tanya Fitra juga yang mendapatkan kiriman foto dari Kamil.

[Kamil : Ada di warungnya mang Udin, tapi Aa pura-pura gak tahu dan kalau aa ke sini pura-pura saja gak kenal ya..]

[Fitra : Oke..]

Masih Di Warung Mang Udin..

"Cepat cerita dong.." pinta mang Udin.

"Jadi gini mang ceritanya" Titah menceritakan semuanya pada mang Udin dan Kamil.

Lima Belas Menit Kemudian..

"Oh jadi gitu.." kata mang Udin.

"Muhun mang.." sambung Titah.

"Assalamu'alaikum." Fitra memberikan salam pada mang Udin, Kamil dan Titah.

"Wa'alaikumussalam." mang Udin, Kamil dan Titah menjawab salam dari Fitra.

"Ini anak di cari tahunya di sini, cepat garamnya." keluh Fitra.

"Mil.."

"Yeh malah bengong.." keluh Fitra lagi.

"Mang masih sawan ya temannya?" tanya Titah.

"Em naon a?" tanya Kamil juga.

"Hayu mulih." jawab Fitra.

"Nih garamnya." kata Kamil memberikan garam pada Fitra.

"Awewe na nya mil?" tanya Fitra.

"Kepo, terus malam ini mau tidur dimana?" Kamil menjawab pertanyaan Fitra dan bertanya lagi pada Titah.

"Gak tahu.." jawab Titah.

"Gimana kamu ikut aku pulang saja ke rumah?" tanya Kamil memastikan.

"Tapi.." jawab Titah ragu.

"Tenang saya gak akan ngapa-ngapain kamu kok.."

"Em.."

"Gimana?"

"Ya sudah deh saya ikut dengan kamu saja daripada saya tidak tahu harus kemana malam ini."

"Ya sudah ayo pulang."

"Yuk.."

"Mang balik ya." kata Kamil yang berpamitan pada manh Udin.

"Muhun.., eh mil ulah poho nya.." sambung mang Udin.

"Iya mang.."

"Oke di tunggu.."

Kamil pun berhasil membawa Titah ke pesantren, Titah pun kaget kalau ternyata Kamil adalah cucu yang punya pesantren Darussalam, Titah juga kaget kalau ternyata pak Nano sudah ada di sana.

Titah pun tinggal di pesantren, matahari pun tenggelam dan siang pun berganti malam, malam ini Titah berniat untuk kabur dari pesantren lagi, tapi sayang rencananya malam ini untuk kabur gagal, karena Kamil mencegahnya untuk pergi dari pesantren.

DI PESANTREN DARUSSALAM

Di Halaman Depan Pesantren Darussalam..

"Haa, ini kan.." kata Titah.

"Bagus ya.." sambung pak Nano yang tampak marah pada Titah.

"Bapak.."

"Sabar pak Nano, Aisyah.." kata pak kyai Abdullah.

"Muhun pak kyai."

Di Kamar Titah..

"Nah ini kamarnya" kata Aisyah yang mengantar Titah sampai ke dalam kamarnya di asrama santri putri di pesantren Darussalam.

"Oh iya terimakasih." sambung Titah singkat.

"Iya saya tinggal, permisi."

"Iya.."

Di Ruang Makan Pesantren Darussalam..

"No.."

"Iya.."

"Pokoknya tenang saja anakmu di sini akan saya jaga." kata pak ustaz Galih.

"Terimakasih pak ustaz Galih." sambung pak Nano.

"Sama-sama."

"Fitra.."

"Muhun a.."

"Yang ronda di pesantren siapa?" tanya Riko.

"Tunggu sebentar.." Fitra mengecek daftar nama jaga malam di pesantren Darussalam.

"Cepat.." pinta Riko.

"Kamil sama Fitra, a.." jawab Fitra patuh.

"Selain kalian berdua siapa lagi?"

"Rivan a.."

"Mil.."

"Muhun a.."

"Kasih tahu Rivan ronda pesantren." kata Fitra.

"Iya a.." sambung Kamil.