Asrama Putra
"Assalamu'alaikum." Kamil memberikan salam sebelum masuk ke dalam kamar.
"Wa'alaikumussalam, mil.." Fitra menjawab salam dari Kamil.
"A tulung atuh, si Rivan beurat nih.." Kamil meminta tolong kepada kakaknya.
"Oh nya, duh.. ieu anak tuang na naon nya mil, beurat pisan?" tanya Fitra.
"Teu nyaho a, lamun teu salah eta Rivan tuang na sedikit deh nanging nyemil na anu loba." jawab Kamil sambil mengingat-ingat.
"Duh kira-kira Rivan dapat tidak ya nomer rumah ayahnya Titah?" Fitra bertanya-tanya di dalam hati.
"A.." Kamil mencolek Fitra yang sedang melamun.
"Muhun mil, aya naon?"
"Titip Rivan nya. "
"Oh nya, emang na anjeun hayang kamana?"
"Hayang mengejar bogoh Titah hehe.."
"Haa.. Mengejar cinta Titah, berarti mereka berdua masih marahan dong belum baikan, em si Rivan kalau di kasih kerjaan gak pernah beres, saya harus kerjakan sendiri deh.." keluh Fitra.
Di Kantor Pak Kyai Abdullah Lagi..
"Assalamu'alaikum.., abah gak ada ini saatnya beraksi, bismillah.." Fitra masuk kedalam kantor pak kyai Abdullah untuk mencari nomer rumah ayahnya Titah.
Asrama Putra
"Emm.. Loh kok saya di kamar bukannya tadi saya di taman pesantren Darussalam bersama Kamil dan Titah, lalu aku juga di tinggal Kamil kan, karena Kamil lebih memilih Titah dari pada saya.. Astaghfirullahalazim tugas dari a Fitra, Titah.." Rivan yang baru sadar dari pingsan pergi dari kamarnya dan langsung datang pada Titah untuk meminta nomer rumahnya.
Asrama Putri
"Amit mbak Aisyah.." kata Titah.
"Nggih tah, eh tah tah.."
"Nggih mbak, ono opo?" tanya Titah.
"Kula arep ngomong sesuatu karo panjenengan, boleh?" tanya Aisyah juga.
"Inggih mesti wae boleh mbak, nangdi?"
"Neng kono wae tah." jawab Aisyah.
"Nggih sampun mangga." Titah mengajak Aisyah pergi untuk berbicara dengannya.
"Mangga.." Aisyah juga mengajak Titah pergi untuk berbicara dengannya.
"Mlebu wae lah boten ono sing delok niki, sepi hehe.." kata Rivan.
"Eh.. Rivan." teh Indri memergoki Rivan yang akan masuk ke asrama putri.
"Eh teh Indri hehe.." Rivan kepergok oleh teh Indri yang akan masuk ke asrama putri.
"Kamu ngapain di depan kamar santriwati?" tanya teh Indri.
"Aku, anu loh teh anu.." jawab Rivan kebingungan mencari alasan pada teh Indri.
"Ona, anu, ona, anu.. Naon?"
Di Taman Depan Asrama Putri..
"Kita berbicara neng merene wae nggih mbak?" tanya Titah.
"Nggih sampun kita berbicara neng merene wae." jawab Aisyah.
"Apura mbak sadurunge kulo gelem bertanya, mbak Aisyah arep ngomong opo?"
"Kulo gelem nyuwun apura karena mau sampun nesu-nesu karo panjenengan lan juga sampun salah paham karo panjenengan dik.."
"Inggih mbak sampun kulo maafkan lan ojo neng bahas meneh." kata Titah yang sudah memaafkan Aisyah.
"Maturnuwun nggih dik, emm setunggal meneh.." kata Aisyah juga dan mengucapkan terimakasih pada Titah.
"Opo kui mbak?"
"Boleh boten aku dadi kancane panjenengan?"
"Mesti wae oleh mbak, kenopo boten oleh.." Titah menjelaskannya pada Aisyah.
"Tenanan?"
"Nggih mbak."
Asrama Putri
"Van, kok gak di jawab, kamu sedang apa di sini?" tanya teh Indri.
"Anu loh teh.." jawab Rivan yang masih mencari alasan.
"Anu lagi, anu apa van?" tanya teh Indri lagi.
"Anu teh.." jawab Rivan yang masih mencari alasan.
"Anu apa?" tanya teh Indri lagi masih dengan pertanyaan yang sama.
"Haa.. Titah.. Nah itu dia orangnya." kata Rivan dalam hati yang melihat Titah di taman depan asrama putri.
"Van.." teh Indri mencolek Rivan yang sedang melamun dan melihat ke arah Titah yang berada di taman yang dekat dengan kamar santriwati.
"Eh iya teh, kenapa?" tanya Rivan.
"Katamu anu tadi, anu kenapa?" tanya teh Indri juga.
"Itu Titah teh, saya kesini mencari Titah." Rivan akhirnya menemukan alasan yang tepat karena melihat Titah.
"Oh Titah, ngomong dong dari tadi." kata teh Indri.
"Iya teh, permisi, assalamu'alaikum." Rivan pun pergi meninggalkan teh Indri dan memberikan salam pada teh Indri.
Di Taman Depan Asrama Putri Lagi..
"Titah.."
"Inggih.." jawab Titah.
"Sopo tah?" tanya Aisyah.
"Boten mangertos kulo mbak, eh mas Rivan deh.." jawab Titah lagi.
"Oh Rivan.." seru Aisyah.
"Assalamu'alaikum." Rivan memberikan salam pada Titah dan Aisyah.
"Wa'alaikumussalam." Aisyah dan Titah menjawab salam dari Rivan.
"Tah.."
"Nggih, ono opo mas?" tanya Titah.
"Ada yang ingin mas Rivan omongin ke kamu tah.." jawab Rivan.
"Soal apa?" tanya Titah lagi.
"Soal, nomer telepon rumahmu, papa minta soalnya, ya papa minta." jawab Rivan yang gugup karena mencari alasan.
"Oh, nomer rumah.." seru Titah.
"Iya tah.." sambung Rivan.
"Nomer rumah ku, 02518xxxxxx" kata Titah memberikan nomer rumah pada Rivan.
"Oke terimakasih.." kata Rivan yang melihat santri putri baru di pesantren Darussalam.
"Iya mas, loh kok, mas, mas, mas Rivan.." sambungTitah mencoba menyadarkan Rivan yang sedang memandangi santri putri baru.
"Tah.." Aisyah mencolek Titah yang ada di sebelahnya.
"Nggih mbak.." jawab Titah.
"Rivan kenopo ta?" tanya Aisyah.
"Boten mangertos kulo mbak." jawab Titah.
"Van.." Aisyah juga mencoba menyadarkan Rivan yang tidak berkedip memandang santri putri baru.
"Ayu ne wedok iku." kata Rivan yang melihat santri putri baru tanpa berkedip.
"Haa.." Aisyah kaget saat mendengar perkataan Rivan.
"Wedok ayu.." Titah juga kaget saat mendengar perkataan Rivan.
"Tah, mbak pegang keningnya dulu ya." kata Aisyah.
"Oh iya mbak, silahkan." sambung Titah.
"Em.." Aisyah bingung karena saat memegang keningnya Rivan tidak panas atau hangat.
"Kenapa mbak?" tanya Titah.
"Boten anget kok." jawab Aisyah.
"Masa sih mbak?"
"Tenan tah, jajal dewe yen di omongi ra percoyo."
"Assalamu'alaikum." teh Indri memberikan salam pada Titah, Rivan dan Aisyah.
"Wa'alaikumussalam." Titah, Rivan dan Aisyah menjawab salam dari teh Indri.
"Kalian ngapain di sini?" tanya teh Indri.
"Saya dan mbak Aisyah sedang ngobrol tadi teh." jawab Titah.
"Iya benar teh, tadi saya dan Titah sedang ngobrol berdua saja, tiba-tiba Rivan datang minta nomer telepon Titah." jawab Aisyah menjelaskannya pada teh Indri.
"Oh, terus Rivan kenapa?"
"Maaf teh saya tidak mengerti dari tadi seperti ini teh."
"Mbak.., sebentar teh." kata Titah.
"Ya.." sambung teh Indri.
"Kenopo tah?" tanya Aisyah.
"Mas Rivan mungkin sawan mbak." jawab Titah.
"Hus.. Ngawur panjenengan tah yen ngomong, mana enten demit awan-awan." kata Aisyah.
"Ya kulo hanya menebak wae ta, iku lihat ra kedip mbak meripate, opo meneh yen dudu asmane sawan." sambung Titah yang berbisik pada Aisyah.
"Yen di lihat-lihat benar juga ya tah, koyo uwong sawan." kata Aisyah lagi yang berbisik pada Titah.
Dan di taman pesantren Kamil masih berusaha untuk mencari cara agar Titah tidak marah lagi padanya.
Lalu Kamil menghibur dirinya sendiri dengan bernyanyi yang di iringi dengan gitar yang di bawanya, Kamil menyanyikan sebuah lagu yang berjudul seperti mati lampu penyanyinya adalah Nassar, begitu juga Titah yang menyanyikan sebuah lagu yang berjudul uwiw uwiw (aku tanpamu) penyanyinya adalah cita citata yang ternyata merindukan Kamil pujaan hatinya.
Di Taman Pesantren Darussalam..
"Ih sebel deh kenapa sih Titah gak mau mendengarkan aku, andaikan kamu tahu Titah aku tanpamu itu seperti mati lampu, cintaku tanpa hadirnya dirimu bagaikan malam tiada berlalu, seakan-akan hatiku ini hampa, hampa hatiku Titah, hampa.." kata Kamil yang tak menyadari Fitra ada di sana juga.
"Eta bukan na Kamil nya, ngapain anjeunna di ditu?" tanya Fitra dalam hati.