"Loh abah bukannya Kamil di sini temani abah ya?" tanya bu ustazah Prameswari.
"Kamil, manten, teu aya." jawab pak kyai Abdullah.
"Noh die den kasep nye pak kyai." kata Ella.
"Assalamu'alaikum." Fitra, Kamil dan Rivan memberikan salam pada pak kyai Abdullah, pak ustaz Galih, bu ustazah Prameswari, umi Fatimah, Ella, Rania, Aisyah dan Titah.
"Wa'alaikumussalam." pak kyai Abdullah, pak ustaz Galih, bu ustazah Prameswari, umi Fatimah, Ella, Rania, Aisyah dan Titah menjawab salam dari Fitra, Kamil dan Rivan.
"Anjeun teh timanten wae mil?" tanya pak ustaz Galih.
"Ti asrama putri bapa." jawab Kamil.
"Asrama putri, ngapain anjeun ka ditu?" tanya umi Fatimah.
"Abah nyaho jawabanya mi, pasti anjeun papag Titah mil?" tanya pak kyai Abdullah juga.
"Hehe.. Muhun abah, hehe.." jawab Kamil.
"Loh emang na bapa anjeun teh teu kasih tahu anjeun lamun Titah teh di papag sami abah anjeun mil?"
"Oh heueuh.. Abdi poho nek, tadi di imah tos di kasih tahu bapa."
"Hmm.." keluh pak kyai Abdullah dan pak ustaz Galih.
"Eta mah akal-akalan anjeun wae mil.." kata Fitra.
"Alias modus.." sambung Rivan.
"Tah leres nu di ngomongkeun Rivan."
"Atos, atos, atos ulah pasea saja eta tingali mang Asep atos sumping candak mobil sareng mang Udin." kata bu ustazah Prameswari.
"Nya atos aranjeun asup wae tiheula nya ka jero mobil nya." pinta pak kyai Abdullah.
"Muhun pak kyai ageung." kata Rania, Rivan, Titah, Kamil dan Fitra patuh.
"Mangga." kata mang Udin membukakan pintu mobil.
"Haturnuhun mang." sambung Fitra.
"Sami-sami Fitra."
"Anak-anak sudah sekarang kita yang masuk." kata pak ustaz Galih.
"Abah jeung umi tiheula nya nu asup ka mobil." sambung bu ustazah Prameswari.
"Oh nya leres mah, mangga abah jeung umi."
"Haturnuhun." kata umi Fatimah.
"Sami-sami umi.." sambung pak ustaz Galih dan bu ustazah Prameswari.
Pak kyai Abdullah dan keluarga, serta beberapa santri putra dan santri putri pergi ke pasar untuk membeli keperluan sahur dan berbuka puasa besok.
Di Pasar..
"Sekarang kita berpencar ya, terserah kalian mau beli apa, umi, pak kyai Abdullah, pak ustaz Galih dan bu ustazah Prameswari mau belanja sayur untuk sahur dan buka puasa besok, tapi ingat nanti kita bertemu lagi ya di sini." kata umi Fatimah.
"Muhun umi.." kata Rivan, Rania, Titah, Kamil dan Fitra patuh.
"Ya sudah, bubar jalan." sambung pak ustaz Galih.
"Aku mau beli kerudung ah.. Kerudungku hanya bawa sedikit." kata Titah.
"Bubu tunggu." sambung Kamil.
"Iya Bibu kenapa?" tanya Titah.
"Bubu mau kemana?" tanya Kamil juga.
"Bubu mau beli kerudung, kemarin cuma bawa sedikit, kenapa?" tanya Titah lagi.
"Gak apa, ya sudah aku temani ya, Bibu juga mau beli Baju koko, sarung dan peci buat aku dan lik jo." jawab Kamil.
"Oh gitu, ya sudah yuk." ajak Titah.
Sementara itu di pesantren Darussalam Fandi yang sedang berjalan-jalan di sekitar pesantren Darussalam merasa aneh, karena suasana di pesantren Darussalam tidak seperti biasanya, sepi dan Fandi memutuskan untuk keluar pesantren.
Ketika sudah berada di depan pesantren itu Darussalam Fandi tidak melihat Asep di pos pesantren Darussalam, lalu Fandi bertanya pada salah satu santri putri yang kebetulan baru saja pulang ke pesantren Darussalam.
Di Asrama Putra..
"Lah tumben sepi, biasanya Kamil, Rivan dan kakaknya nongkrong di sini, oh iya lupa kan besok sudah puasa ya, berarti mereka di masjid dong, eh tapi kan tadi sekarang sudah pulang buktinya gue ada di sini sekarang, ah tahu lah.. Mending keluar pesantren Darussalam sebentar saja deh." kata Fandi.
Di Depan Pesantren Darussalam..
"Enaknya ke warungnya mang Udin nih, mau beli mie goreng habis itu ngopi ah, mang Asep.. Loh kok mang Asep juga gak ada sih, kemana ya?" Fandi bertanya-tanya sendiri.
"Punten a.." kata Syifa.
"Iya, eh tunggu.." Fandi menghentikan langkah Syifa.
"Muhun a, aya naon?" tanya Syifa.
"Kamu dari luar kan?" tanya Fandi juga.
"Muhun a, kunaon emang na?"
"Kamu tahu mang Asep kemana gak?"
"Oh mang Asep, mang Asep teh antar keluarganya pak kyai besar dan santri ke pasar a." jawab Syifa.
"Oh.." seru Fandi.
"Muhun a, nya atos lamun kitu abdi punten nya a hayang ka asrama." kata Syifa yang pamit pergi.
"Oh ya silakan." sambung Fandi.
"Assalamu'alaikum." Syifa memberikan salam pada Fandi.
"Wa'alaikumussalam." Fandi menjawab salam dari Syifa.
Tak lama Syifa pergi Fandi pun kembali lagi ke kamarnya, sedangkan pak kyai Abdullah dan keluarga, serta para santri yang ikut ke pasar dalam perjalan pulang ke pesantren Darussalam.
Sesampainya di pesantren Darussalam mereka (pak kyai Abdullah dan keluarga, serta santri) istirahat dan menjelang waktu sahur para santri, pak kyai Abdullah dan keluarga makan sahur bersama di ruang makan pesantren Darussalam.
Masih Di Depan Pesantren Darussalam..
"Alhamdulillah akhirnya sampai juga di pesantren, oh iya lupa pak ustaz mau mengingatkan kembali ya, kalau nanti sahur, mpok Ella silakan kembali ke kamar tapi sebelum ke kamar taruh dulu belanjaannya di dapur ya, mang Asep tolong ya." kata pak ustaz Galih.
"Muhun juragan, punten." sambung mang Asep.
"Sok mangga atuh mang."
"Nya atos Galih, bapa jeung umi tiheula nya ka imah." kata pak kyai Abdullah.
"Muhun bah.." sambung pak ustaz Galih.
"Assalamu'alaikum." pak kyai Abdullah, umi Fatimah, Asep dan Ella memberikan salam pada pak ustaz Galih, bu ustazah Prameswari, Fitra, Aisyah, Rivan, Rania, Titah dan Kamil.
"Wa'alaikumussalam." pak ustaz Galih, bu ustazah Prameswari, Fitra, Aisyah, Rivan, Rania, Titah dan Kamil menjawab salam dari pak kyai Abdullah, umi Fatimah, Asep dan Ella.
"Nah anak-anak, kalian sekarang kembali ke asrama untuk istirahat ya, besok kalian bangun pagi untuk sahur." pinta bu ustazah Prameswari.
"Muhun bu ustazah Prameswari." kata Titah, Rania, Rivan dan Aisyah patuh.
"Muhun mah.." kata Fitra dan Kamil patuh.
"Assalamu'alaikum." Fitra, Rivan, Kamil, Aisyah, Rania dan Titah memberikan salam pada pak ustaz Galih dan bu ustazah Prameswari.
"Wa'alaikumussalam." pak ustaz Galih dan bu ustazah Prameswari menjawab salam dari Fitra, Rivan, Kamil, Aisyah dan Titah.
Keesokan Harinya..
PESANTREN DARUSSALAM
Di Depan Masjid Pesantren Darussalam..
"Nah sekarang kita bagi dua kelompok ya untuk bangunan.." kata Riko.
"Bangunin aa.." sambung Rivan.
"Nah iya itu maksudnya aa, kita bangunin para santri untuk sahur, tra.."
"Kunaon a?" tanya Fitra.
"Bagi kelompoknya." jawab Riko.
"Oke.." seru Fitra.
"Rivan dan Kamil bangunin santri putra di asrama putra, aku dan a Riko bangunin santri putri di asrama putri." kata Fitra membagi kelompok.
"Kita bangunin sahur di asrama putra?" tanya Rivan.
"Muhun van, kunaon?" tanya Riko.
"Gimana kalau kita tukar saja a?" tanya Kamil juga.
"Pamaksudanna anjeun di liron kumaha mil?" tanya Fitra.
"Pamaksudanna Kamil, aa sarta a Riko anu ka asrama putra, Rivan sarta Kamil anu ka asrama putri kanggo bangunin sahur, kitu aa, kumaha seueur sapuk henteu?" tanya Kamil lagi.
"Setuju mil, ide cakep tuh." jawab Rivan.
"Eta kahayangna maraneh, engkeun tiasa paduduaan kalawan Titah sarta Rania pan?" tanya Riko.
"Leres eta, hu.. Dasar modus." protes Fitra.
"Bilang saja iri ya?" tanya Rivan dan Kamil.