Raka pov.
Aku mengecek semua keperluan yang dibutuhkan. Aku tak mau ada yang salah di hari ini.
Liburan kami sudah berlangsung 3 hari. Masih tersisa beberapa hari lagi, aku memutuskan membuatkan sebuah kejutan untuk Karin. Aku mengecek lagi persiapannya. Lampu, bunga, matahari. Sip sepertinya sudah semua. Tinggal menunggu waktu yang tepat saja.
👣
Siangnya aku menyempatkan chatting dengan Kirana. Aku tetap ingin mereka berdua, Tapi aku yakin ini yang terbaik. meskipun masih ada keraguan di hatiku antara Kirana dan Karin. Tapi aku yakin jika Kirana nantinya juga akan melakukan hal yang sama di sana.
Aku tidak cerita perihal hal ini pada Kirana. Aku masih ingin menjaga kepercayaan dan hatinya.
Sambil menunggu, aku asyik berbincang-bincang dengan Kirana. Sampai tiba-tiba alarm di hp ku berbunyi, jam menunjukkan pukul 17.25. cepatnya, aku lalu mengakhiri percakapan ku dengan Kirana dan bergegas.
"Karinn" panggilku. Tak lama pintu kamarnya di buka, Karin keluar dengan balutan gaun putih tanpa lengan, dengan kancing-kancing hitam. Rambut nya dibiarkan tergerai bebas begitu saja.
"Kenapa?" tanyanya.
"Aku punya kejutan buat kamu" aku lalu menutup mata Karin dengan kain hitam. Tak lupa aku menaruh mahkota bunga yang sudah aku siapkan sebelumnya.
Aku membimbing Karin berjalan perlahan. Ia awalnya takut-takut, detak jantungnya dapat aku rasakan, nafasnya naik turun. Sama persis dengan keadaanku yang juga takut.
Sampai di tepi pantai, aku pergi meninggalkan Karin sendirian. aku bergegas mengambil sesuatu.
"Raka?" panggil Karin. Nada suaranya sedikit begetar. Tak sabar ia lalu membuka tutup matanya.
Betapa terkejutnya Karin, saat ia membuka matanya. Ia tepat berdiri di tengah-tengah lampu-lampu kecil. Karpet merah dan taburan bunga-bunga dengan macam-macam warna. Menambah kesan romantis yang ada.
Karin takjub, sangat takjub. Diam-diam aku bersyukur, kejutanku berhasil. Aku lalu menghampiri Karin diam-diam. Aku menyembunyikan sebuket bunga tulip kesukaan Karin.
"karin" panggilku. Ia lalu membalikkan badannya, dan semakin terkejut nya ia saat aku menyodorkan bunga tulip favorit nya itu.
"Raka? Ini ada apa?" tanyanya.
"Karin, Aku menyukaimu. Aku tidak tau kenapa, tapi bukannya itu tidak butuh alasan?" aku lalu memberikan sebuket bunga pada Karin.
Ia hanya menatapku, membiarkan tangan dengan buket bunga itu menggantung di udara. Dadaku berdegup kencang, takut jika merasakan hal yang berbeda terhadapku. Namun tak lama kemudian Karin langung mengambil bunga itu, sambil sedikit menahan tangis ia memelukku erat. Aku juga membalas pelukan nya. Hatiku senang, meskipun masih mengganjal.
Karin lalu melepaskan pelukannya. "Kamu romantis banget sih" ucapnya terharu.
Aku tersenyum senang "masih ada lagi loh, satu kejutan untuk kamu." ucapku.
"Oh iya?!" wajahnya berseri-seri. Aku langsung membalikkan badan Karin menghadap laut. Lagi-lagi ia terpana. Didepannya terpancar kilau keemasan yang dihasilkan dari sunset. Sang mentari seolah-olah tenggelam dalam lautan. Persis seperi aku yang tenggelam jauh ke dalam diri Karin. Karin tersenyum. Aku merangkul dirinya, ia lalu menyandarkan kepalanya ke badanku. Bersama-sama. Kami berdua menikmati indahnya lukisan indah dari sang pencipta. Diam-diam aku bersyukur, gadis di samping ku kini sudah jadi milikku. Aku harap apapun keputusan ku hari ini, aku harap inilah yang terbaik. Hari itu semua perasaanku bernafas lega, bahagia aku rasakan. Aku dan Karin kini akan menjalani semuanya lebih dari sekedar teman.