WebNovelingatan60.00%

Awal mula

Kirana Pov.

Di sebuah ruangan yang gelap, hanya ada satu lampu utama di bagian tengah ruangan. Macam-macam alat medis terpampang di sana. Beberapa perawat dan Dokter kini tengah berjibaku dengan maut, berusaha menyelamatkan nyawa pasien yang sudah sekarat itu.

"pisau" seorang perawat memberikan sebuah pisau bedah padaku. Aku  merobek perlahan bagian-bagian tubuh dari pasien ku.

Sudah lebih dari setengah jam aku melakukan operasi pertamaku. Rasanya gugup, dan juga takut. Aku berusaha sekuat mungkin. Akan aku selamatkan nyawa pasien yang di depanku, tidak akan aku biarkan seseorang kehilangan orang yang dicintainya, kan aku buat senyum dari orang-orang yang sedang menunggu di luar sana.

Lebih dari 50 menit berlalu, akhirnya operasi pertama ku berhasil. Denyut nadi dan detak jantung dari pasien ku sudah kembali normal, hembusan nafas lega dari para perawat, dan senyum kebahagiaan di wajahku mengakhiri operasi hari itu.

:::

Raka pov.

Aku memasuki rumah sakit tempat dimana aku bisa menemukan dokter Anastasya. Hari ini aku masih belum bekerja meskipun sudah 'pulih' dari sakitku, tapi kantor memberikanku izin libur untuk beberapa hari ke depan.

Lagipula sesuatu di dalam diriku mengatakan, bahwa ada sesuatu yang ingin aku hindari dari kantor itu. Entah apa, atau siapa.

Aku berjalan kearah meja resepsionis. "Permisi apakah ada dokter annastasya? "

"Maaf pak, Dokter Anastasya sedang melakukan operasi di ruang UGD. Jika berkenan silakan bapak menunggu di ruang yang ada di sebelah sana." Resepsionis itu menunjuk ke arah ruang tunggu.

Aku mengangguk tanda mengerti. "Baik terima kasih" ucapku seraya meninggalkan resepsionis itu.

Tak lama kemudian dokter itu menyambutku dia datang dengan senyum yang terpampang jelas di wajahnya.

"Hai Raka, sudah lama menunggu ku?" Aku hanya menggelengkan kepalaku.

"biar lebih nyaman lebih baik kita berbicara di kantorku saja. Lagipula kamu pasien ku yang terakhir hari ini."

Aku lalu bangun dari dudukku dan berjalan di belakang Dokter Anastasya.

Setelah sampai di ruangan dokter Anastasya Ia lalu mempersilahkanku untuk duduk disalah satu bangku yang menghadap langsung dengan meja kerjanya

"Maaf ya tadi aku ada operasi sebentar. Itu adalah operasi pertamaku. Ahhh, sangat mendebarkan"

Aku tersenyum "lalu bagaimana? Apakah operasi pertama mu lancar?" Tanyaku.

Ia menjawabnya dengan antusias. "Tentu saja"

Lagi-lagi aku hanya tersenyum "syukurlah, kalau begitu bisakah sekarang kita membahas tentang masalah ingatanku? "

"Ah Iya, tentu saja boleh" Dokter dokter itu membuka laci kerja miliknya mengambil beberapa berkas dan mengeluarkannya.

"Sebelum itu Raka perlu tahu, dalam otak manusia ada salah satu bagian otak yang disebut dengan hippocampus. hippocampus inilah yang berperan penting dalam pembentukan, penyimpanan, dan pengaturan memori jangka panjang. Hippocampus ini juga terlibat dalam pengaitan emosi dari memori tertentu.

Tapi, sepertinya akibat kecelakaan yang Raka alamin waktu itu. Bagian hippocampus yang ada pada Raka itu rusak. Dan ketika hippocampus rusak, maka otak tidak akan bisa lagi menyimpan memori dalam jangka waktu panjang. Dan ini yang jadi alasan kenapa ketika kecelakaan Raka koma  berbulan-bulan, Dan setelah sadar Raka cuma bisa mengingat dalam jangka waktu pendek aja. Untungnya hippocampus yang rusak itu cuma 50% aja, sebenarnya parah tapi kita masih punya harapan buat ngembaliin semua ingatan-ingatan Raka." Aku terdiam mendengarkan perkataan dari dokter Anastasya.

Tapi kemudian aku menjawab dengan yakin "Aku akan melakukan apapun untuk mengembalikan semua ingatan yang pernah hilang"

Seketika wajah dokter annastasya begitu ceria.

"Kalau begitu ayo kita pergi" ia membereskan berkas-berkas itu, mengambil tasnya, dan langsung menarik tanganku.

"Hei, kita mau ke mana?" Tanyaku. Jam sudah menunjukkan pukul setengah 5 sore kala itu.

Ia kemudian menatap mataku. "Nggak akan lama kok, engga jauh juga. Mulai hari ini kita akan melakukan misi mengembalikan ingatan Raka"

Akhirnya aku pasrah dan mengikuti kemauan nya. Kami berdua lalu pergi menggunakan transportasi umum. Aku masih tidak berani jika arus membonceng seseorang menggunakan mobilku, apalagi seorang perempuan.

Sekitar 20 menit kemudian kami justru sampai di salah satu sekolah SMA. SMA pelita bangsa itulah namanya.

"Untuk apa kita kesini Dokter? "

Aku menatap sekolah itu, pagar hitam yang tinggi menjulang keatas, sebuah kantor pos kecil terletak di pintu masuk dan beberapa pohon besar.

"Hahaha, jika diluar rumah sakit tidak perlu memanggilku 'Dokter' itu terlalu formal. Panggil saja namaku" ia tertawa kecil.

"Baiklah Anastasya." Aku mengangguk patuh.

"Tapi jangan Anastasya, itu terlalu merepotkan" ucapnya.

"Kamu yang merepotkan" aku menatap nya kesal.

"Ah maaf, bagaimana jika 'Na' atau 'Ana' saja biar kamu tidak susah menyebut nya. Atau Kirana saja, dulu kan kamu memanggil ku seperti itu"

"Tidak, Ana saja. Lebih simpel." Jawabku cepat.

"Baiklah, Ayo masuk" ucap nya, aku benar-benar terkejut untuk apa kita masuk? Ini kan sudah sore, sudah mau malam!

"Aku ga mau" Aku menolak dengan keras.

"Ayo masuk, ini awal mulai kita ketemu" Ia bersikeras sambil terus membujuk ku.

"Awal kita ketemu? Memangnya kamu siapa" Aku menatapnya sinis. Seketika wajah Anastasya berubah ia menunduk. Tapi kemudian ia mengangkat kepalanya dan tertawa sambil memegang belakang lehernya.

"Ah iya, memangnya aku siapa? Aku kan cuma dokter kamu saja" Aku masih diam melihatnya.

"Yaudah ayo kita masuk aja, mumpung pak satpam nya pergi"

"Naiknya gimana? " Aku bingung sambil Menerka-nerka. Pagar ini sangat tinggi, hampir 2,5 meter. Meskipun tidak ada jeruji di atasnya tapi tetap saja akan susah menaikinya. Tapi tak lama kemudian. Anastasya sudah sampai di atas pagar. Entah kapan ia menaikinya.

"Ayooo" Ia melambaikan tangannya ke arahku.

Aku keheranan melihatnya. "Kamu kapan naik? " Tapi Ia justru berdecak kesal.

"Tadi, udah ayo cepet. Sebelum pak pos datang" Meskipun Ragu akhirnya aku menaikinya perlahan-lahan.

Sampai aku tiba di atas pagar, terlihat agak menakutkan ketika melihat ke bawah.

"Sekarang kita masuk" Dengan gerakan gesit, dokter itu langsung turun dan mendarat di halaman sekolah. Aku mulai berfikir bahwa ini adalah ide yang buruk. Bukannya turun, aku justru melompat ke bawah, membuat pergelangan kakiku terasa nyeri.

Aku meringis kesakitan "Awww"

"Apa kamu baik-baik saja?" Ia menatapku dengan cemas.

Aku menggeleng "Sepertinya kakiku terkilir" aku meringis kesakitan. Tapi ia kemudian memegang kakiku memijatnya pelan, sambil memutarnya perlahan. Tak lama kondisi kakiku jadi lebih baik.

"Bagaimana sekarang?" Tanyanya.

"Lebih baik, terimakasih" ia hanya mengangguk mendengarkan perkataan ku. Aku lalu berdiri dan mengikuti 'Ana' yang berjalan perlahan disampingku.

Kami tiba di salah satu ruang kelas. "Ini adalah ruang kelas kita" ucapnya.

"Kita?" Tanyaku.

Ia mengangguk cepat. "Iya kita inilah tempat dimana aku bertemu kamu dan Beni" Ana tiba-tiba menundukkan kepalanya.

"Tempat dimana Aku jatuh cinta untuk yang pertama kalinya" Aku menatapnya heran, aku tak begitu mendengar kalimat terakhirnya. Entahlah sepertinya tidak penting.