Kirana Pov.
Aku melirik ke lengan kiri ku. Jam tangan yang kupakai menunjukkan pukul 10.14 pagi. Seharusnya mereka sudah sampai di bandara 30 menit yang lalu, tapi ya sudahlah aku akan menunggunya lagi.
"Kiranaaaaa" Aku menoleh begitu mendengar seseorang memanggil namaku dengan keras. Senyum ke langsung mengembang begitu tahu siapa yang manggil aku itu adalah Sofie. Diikuti oleh Dev dan Karel di belakangnya.
"Sofie!!" Aku berteriak histeris dan langsung memeluknya.
"Sudah lama tidak bertemu, aku rindu kamu" masih dalam pelukannya aku mendengar sedikit isak tangis dari Sofie.
Aku melepaskan pelukan nya, lalu mencubit hidungnya. "Dasar cengeng" ucapku sambil tertawa.
"Halo Dev, Halo Karel" aku juga memeluk Dev, dan Karel bergantian.
"Halo Kirana" ucap mereka berdua hampir bersamaan.
"Apakah kamu sudah lama menunggu?" Ucap Dev.
Aku menggelengkan kepalaku "tidak juga"
"Bagaimana jika langsung ke rumahku saja? Ibuku sudah menunggu kalian di sana. Ia memasak makanan yang banyak loh Sofie" mata Sofie seketika berbinar.
"Makanan? Baiklah ayo kita segera kesana. Aku hanya sarapan roti tadi pagi" aku tertawa lalu mengangguk mendengar ucapan Sofie.
Setelah menaruh barang-barang mereka di bagasi mobil, kami bertiga langsung pergi ke rumahku.
:::
Aku membuka pintu perlahan. "Ibuuuu" tak lama kemudian aku melihat ibu berlari kecil dari arah dapur lengkap dengan celemek dan spatula di tangan kanan ya.
Ia langsung tersenyum lebar "Ah, selamat datang ibu sudah menunggu kalian dari tadi loh" kini giliran aku yang tersenyum
"Ah ibu kenalkan, ini teman-temanku dari leiden." Aku menuju ke arah Dave, Karel dan Sofie.
"Ah.... silahkan masuk" kami berempat lalu duduk di sofa coklat di rumah ku.
"Kalian ingin minum apa?" Tanya ibu. Sementara teman-temanku hanya menatap ibu dengan kebingungan.
"Apa saja tante, tidak perlu merepotkan" ibu terkejut mendengar kata bahasa Indonesia dengan begitu lantang. Tapi, bukan hanya ingin terkejut aku juga begitu Aku tidak tahu kalau dia bisa bahasa Indonesia.
"Astaga, kamu bisa berbicara bahasa Indonesia?" Ucap ibu mewakilkan pertanyaanku.
Dev mengangguk dan menggaruk bagian belakang lehernya. "Ah, saya bisa bahasa Indonesia tidak terlalu lancar hanya mengerti beberapa kosa kata dan kalimat kalimat sehari-hari saja." Ibu hanya mengangguk dan tersenyum lalu beranjak pergi ke arah dapur untuk membuatkan minuman untuk kami.
"Tapi Dev, sejak kapan?" Masih masih melanjutkan topik pembicaraan kami.
Dev memutar bola matanya. "Ayolah Kirana, ayahku itu punya perusahaan cabang di Indonesia dan sebentar lagi aku yang akan memimpin perusahaan tersebut. Jadi, aku setidaknya harus tahu beberapa kalimat dalam bahasa Indonesia karena nantinya klien-klien ku adalah orang-orang yang berasal dari Indonesia juga kan?." Aku mengangguk mendengar perkataan Dev. 'Benar juga' pikirku.
Tak lama kemudian ibu datang sama membawa 5 gelas air berisi sirup berwarna merah mencolok.
"Silahkan diminum" ibu lalu duduk di sofa yang ada di sisi lain meja.
Teman-temanku lalu mengambil gelas itu dan mulai meminumnya. Aku menaruh gelas ku dan memperkenalkan mereka bertiga. "Oh iya Bu perkenalkan ini Sofie, Karel dan yang ini Dev" ibu hanya mengganggu saja mendengarnya.
"hmmm....Satu lagi Bu, seperti yang sudah kukatakan sebelumnya selama berada di sini bolehkah suami menginap di rumah kita?" Ibu melirik sebentar ke arah Sofie.
"Tentu saja boleh" ucapnya kemudian.
"Benarkah?" Tanyaku. Ibu lalu mengangguk setuju. Lalu aku mengatakan pada Sofie bahwa, ibu mengizinkannya untuk menginap di sini. Sofie Langsung tersenyum kegirangan berkali-kali yang mengucapkan terima kasih pada ibu.
"Thank you very much" ucap Sofie.
Ibu mengangguk "Lalu bagaimana dengan 2 yang lainnya?" Ucapnya sambil menunjuk arah Dev dan Karel.
"Karena Dev disini akan melihat perusahaan milik ayahnya maka, selama berada di Bogor cara akan menginap di rumah milik keluarga Dev" ibu hanya mengangguk mendengar perkataanku.
"Ya sudah jika begitu apakah kalian lapar?, Ibu sudah menyiapkan makanan yang banyak untuk kalian makanan khas Indonesia yang pastinya kalian akan suka" ibu melihat ke arah mereka bertiga.
"Terimakasih tante" ucap Dev.
"Ah, tidak usah memanggil 'tante' panggil saja 'ibu' itu sudah cukup" Dev mengangguk sambil tersenyum sopan. Setelah menerjemahkan kalimat ibu ke Sofie dan karel akhirnya, kami berlima makan bersama di rumahku.
Aku sangat senang, semuanya tertawa dengan sangat ceria apalagi melihat tingkah lucu Sofia yang berusaha belajar bahasa Indonesia. Aku harap kebahagiaan sepertinya akan terus bertahan selamanya. Lagipula, masih banyak yang harus dilakukan dengan ketiga sahabat ku ini.