Flashback
Raka pov.
Aku sudah selesai bekerja hari ini, suasana jam pulang kantor terasa lebih ramai dari biasanya. Aku melirik ke arah pergelangan tanganku, 'masih tidak terlalu sore' pikir ku.
Saat sedang melihat ke arah sekitar tiba-tiba mataku terpaku pada sebuah mobil yang aku yakin betul itu milik Beni. Aku tidak mungkin salah, jenis mobil nya, warnanya, plat nomornya, itu sama dengan yang Beni punya. Aku mengambil handphoneku lalu mulai menelepon Kirana. Selesai menelepon kecurigaanku semakin menjadi-jadi, Kirana bilang ia sedang sakit demam dan sekarang ada di rumahnya. Tapi, suaranya terdengar tidak meyakinkan seperti terlalu dibuat-buat. Aku lalu memutuskan untuk naik ke mobilku, lalu menjauh dari tempat tersebut. Tapi aku tidak bodoh! begitu kupikir jarak aku dengan mobil -yang kuanggap mobil Beni itu- sudah aman aku lalu memarkirkan mobilku di parkiran umum yang ada di situ dan memesan taksi untuk mengikuti mereka berdua. Karena jika aku memakai mobilku pasti akan ketauan.
Setelah bermenit-menit aku mengikuti mereka, aku sangat terkejut. 'mereka pergi ke rumah Karin? Apa aku tidak salah lihat?'.
Aku sangat geram melihatnya tidak suka jika ada seseorang yang terlalu ingin tahu dengan kehidupanku, apalagi kehidupan pribadi. Karena bahagiaku privasi adalah segalanya, tidak peduli siapa kamu Jika kamu melanggar privasi ku maka itu adalah sebuah kesalahan besar.
Aku tidak tahu apa yang dilakukan Kirana dan Beni di sana, karna setelah tahu mereka pergi ke rumah Karin Aku justru menyuruh taxi yang kutumpangi untuk putar balik. Pulang, tapi bukan ke rumahku melainkan ke rumah Kirana. Aku hanya ingin memastikan Kirana pergi dengan Beni atau tidak, bisa saja dia sakit beneran kan?.
Aku lalu kembali ke tempat parkiran umum, mengambil mobilku, lalu pergi ke rumah Kirana. Tapi ternyata saat sampai di rumah Kirana, Ia tidak ada di rumah. Ibunya bilangnya belum pulang, jadi benar ia pergi dengan Beni. Habis sudah kesabaranku.
::::
Besoknya, kebetulan aku sedang libur bekerja. Agak kesal sebenarnya, karena aku ingin cepat-cepat bertemu Karin dan bertanya apa yang Kirana dan Beni lakukan di rumahnya. Tapi aku tidak kehabisan akal aku mengambil telepon dan lalu menelponnya.
"Tringgg" telepon berdering, sambungan ku tersambung.
'Halo?' Ucap Karin dari sebrang.
"Halo Karin, ini aku. Apa kita bertemu sekarang?" Ucapku 'to The point'
'eh baiklah, dimana kita akan bertemu?' Ucap Karin, gugup.
"Nanti aku kirim alamat nya"
'baiklah, aku tunggu' panggilan langsung aku matikan secara sepihak.
Aku lalu mengetikkan sebuah alamat dan mengirimkannya pada Karin. Setelah mengganti baju, aku lalu berangkat pergi tak lupa aku membawa kamera kodak milikku. Tapi kali ini aku tidak dengan mobil kesayangan ku, aku memutuskan pergi menggunakan taxi.
"Kamu mau kemana Raka?" Ucap mamah yang sedang asyik menonton sinetron kesukaannya.
"Aku ada urusan sebentar mah"
"Hati-hati ya, jangan lupa bawa payung. Ramalan cuaca bilang hari ini akan hujan."
Aku mengangguk mendengar perkataan mama. Lalu aku mengambil payung hitam yang terletak tepat di pintu masuk rumah kami.
"Aku berangkat ya mah" aku lalu menutup pintu, dan menaiki taxi yang sudah ku pesan.
Sesampainya di tempat yang aku tuju, aku melihat di kursi paling pojok terdapat Karin yang sudah menunggu.
"Hai" ucapku singkat. Karin langsung berdiri dari duduknya.
"Ah Raka, silahkan duduk" aku hanya mengangguk kecil.
"Ada apa? Tumben sekali kamu memintaku untuk bertemu" ia terlihat sedikit gugup tapi aku tidak menghiraukan itu.
"Aku hanya ingin bertanya, kemarin sore sepulang bekerja apa ada dua orang yang menemuimu? 1 laki-laki dan 1 perempuan namanya Kirana dan Beni" Karin langsung mengangkat kepalanya, tapi kemudian ia justru menunduk semakin dalam sambil meremas ujung dress merah yang dikenakan nya.
"Mereka memang datang''
"Lalu apa yang mereka lakukan?" Aku menatap Karin dengan tajam.
Karin berkata dengan terbata-bata "Mereka... Mereka hanya bertanya tentang kita Raka. Mereka hanya bertanya tentang masa lalu aku dan kamu"
"Lalu kamu menceritakan semuanya?" Karin mengangguk mendengar pertanyaanku. Aku mengepalkan tangan dengan Keras, gigiku beradu keras. Aku benar-benar marah. Aku tidak suka masa laluku dikorek begitu saja oleh mereka.
Aku langsung beranjak meninggalkan Karin.
"Maaf Raka, mereka mereka bilang itu demi alasan medis mu jadi aku pikir tidak ada salahnya memberitahu mereka" aku tetap pergi meninggalkan Karin.
Tapi begitu aku keluar, ternyata di luar memang hujan deras. Ramalan cuaca kali ini benar-benar terjadi. Aku sejenak menikmati rintikan hujan yang terus datang. Sampai tiba-tiba aku mendengar suara nya.
"Raka" Aku tidak menoleh aku sudah tahu siapa pemilik suara itu. Ia berkata sesuatu namun aku tidak menghiraukannya. Aku kesal saat ini. Apalagi saat aku membuka payung hitam ku dan pergi meninggalkannya, Kupikir dia kan diam di sana. Tapi ternyata tidak. Dia justru mengikutiku dan meminta penjelasan, padahal seharusnya aku yang melakukan itu seharusnya aku yang minta penjelasan dari dia.
"Sudahlah Kirana, aku tidak perlu pembohong sepertimu" aku aku langsung pergi meninggalkan dia sendirian di bawah guyuran air.
Jika benar Kirana dulunya adalah teman masa SMA ku. Maka seharusnya dia tahu ada 3 hal yang tidak aku sukai di dunia ini. 1. aku tidak suka dibohongi, 2. Aku tidak suka diganggu
Dan yang ketiga aku tidak suka jika seseorang melanggar privasi.
Dan Kirana melakukan tiga-tiganya. Dia membohongiku, berkata bahwa dia sakit tapi ternyata tidak, Dia mengganggu hidupku bahkan mengacau, dan dia juga melanggar privasiku. Jadi sekarang sudah tidak ada alasan lagi untuk aku bertemu dengannya. Persetan dengan ingatanku nanti juga semua akan kembali dengan sendirinya.