WebNovelingatan100.00%

Akhir yang seharusnya

Raka pov

Setelah itu aku langsung pulang ke rumah menggunakan taksi yang ku pesan. Sesampainya di rumah aku lalu pergi ke kamar ku dengan terburu-buru.

"Raka, udah pulang?" Tanya mamah.

"Udah mah" jawab ku sambil terus menaiki satu-persatu anak tangga.

Sesampainya di kamar, aku langsung membuka lemari ku. Mencari sesuatu di rak paling atas.

"Syukurlah masih ada" Ucapku pelan. Aku mengusap kotak kayu yang sedikit berdebu.

Diatasnya masih terdapat tulisan '3K', rencananya aku akan memberikan ini pada Kirana, agar ia tau jika sejak dulu aku memang mencintainya.

"Mah, Raka pergi lagi ya" Ucapku. Aku berpamitan pada mamah. Lalu berlari keluar

"Kamu mau kemana? Ini Hujan Raka! " Ucap mamah setengah berteriak, tapi aku tak menghiraukan nya. Aku tetap pergi membawa Kotak itu.

"Aku mau ketemu Kirana mah" Jawabku. Aku lalu menaiki taksi yang sedari tadi memang sengaja aku suruh menunggu ku.

"Kita berangkat sekarang pak" Ucapku. Lalu pak supir itu mengangguk patuh.

Sepanjang perjalanan, dadaku terus saja berdebar. Aku takut jika Kirana tidak akan memaafkan ku. Tapi, aku tak ingin kembali termakan pemikiran bodohku itu.

Sekitar 15 menit kemudian, aku sampai tepat di sebrang di shelter tempat aku dan Kirana dulu. Entah kenapa aku yakin sekali jika ia berada disini "Pak, berhenti disini aja pak" Aku langsung turun dari taksi dan langsung menyebrang.

Sesampainya disana, aku menoleh kesana kemari mencari keberadaan Kirana. Masih dengan kotak kayu yang terbekap di dadaku, aku terus mencari. Tapi aku tak juga melihat Kirana.

'Apa ia sudah pulang?

Batinku. Lama-kelamaan aku mulai berputus asa.

Aku lalu duduk di bangku yang ada di sana, tubuhku mulai menggigil akibat hujan yang terus turun, apalagi bajuku sedikit basah.

"Maafkan aku Kirana" Ucapku setengah berbisik sambil terus mendekap kotak itu.

"Raka?" Seketika aku menoleh, aku langsung tersenyum lebar. Mendapati Kirana tengah berdiri di sampingku.

"Kamu lagi apa?" Tanyanya, ia lalu duduk di sampingku.

"Cari kamu" Jawabku Jujur.

"Ohh... Tadi aku ada di balik pohon itu, jepit rambut aku jatuh. Mungkin kamu ga liat" Ia menunjuk ke Arah pohon yang terletak di belakang kami.

Aku hanya mengangguk 'pantas saja' pikirku.

"Kirana... " Panggil ku.

Ia menoleh, namun tak menjawab.

Dadaku semakin berdebar "Terimakasih ya" Ucapku.

"Untuk apa?"

"Aku sudah sembuh" Seketika senyum Kirana mengembang. Aku sempat terpana melihat nya, ternyata senyumnya itu benar-benar manis.

"Syukurlah kalau begitu, aku senang mendengarnya" Ucap nya Ceria.

"Dan juga maaf soal itu, aku pernah memarahimu tanpa alasan. Seharusnya aku tidak melakukan itu. Aku tau kamu hanya berniat membantu ku" Aku menundukkan kepalaku, rasa bersalah dan menyesal seketika datang.

"Ah... Tidak masalah" ucapnya Ia kembali tersenyum.

"Ternyata selama ini aku bodoh. Aku selalu saja termakan pikiran ku itu. Hanya Karna aku kehilangan ingatan ku, tanpa sadar aku juga kehilangan segalanya. Termasuk kamu" Aku menundukkan Kepalaku. Aku terdiam.

"Tapi sekarang kamu sudah mendapatkan ingatan mu kembali, itu artinya kamu tidak kehilangan apapun lagi kan" Ia berdiri, tangannya mengadah untuk menahan beberapa tetes air hujan.

"Ya itu benar, tapi aku tidak ingin kehilangan kamu lagi" Aku lalu menoleh, begitu juga Kirana. Mata kami saling beradu pandang.

"Aku mencintaimu Kirana" Kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutku. Kali ini Kirana yang terdiam.

"Aku mencintaimu sejak pertama kali kita berada di shelter ini. Dan kini di tempat yang sama, Biarkan aku mengutarakan segalanya. Aku mencintaimu Kirana. Aku tidak ingin Kehilangan kamu lagi" Aku ikut berdiri. Lalu menyerahkan kotak kayu yang sejak tadi aku pegang.

Kirana membuka Kotak itu perlahan, melihat-lihat isinya. Ia lalu mentapku lalu menangis terisak. Aku langsung memeluknya dengan erat.

"Aku mencintaimu Kirana" Aku mengulang perkataan kuku untuk yang kesekian kalinya.

"Aku juga mencintaimu" Ucapnya di sela-sela isak tangisnya.

"Tolong jangan lupakan aku lagi Raka"

Aku semakin mengeratkan pelukanku.

"Aku tidak akan pernah melupakan mu lagi" Ucapku.

Hari itu aku bisa bernafas begitu lega. Berawal dari hujan, dan Shelter. Kini semuanya berakhir dengan hujan dan Shelter juga. Meskipun terasa rumit, tapi akhirnya semuanya berakhir dengan bahagia. Sore itu aku berjanji pada diriku sendiri, bahwa aku akan terus mencintai gadis yang kini menangis dalam pelukanku. Meskipun nantinya aku kan kehilangan sebagian atau bahkan mungkin seluruh dari ingatanku. Tapi aku percaya, separah apapun nantinya ingatanku, perasaan ku tidak akan pernah bisa berubah, dan perasaan ku juga tidak akan pernah hilang. Karna aku percaya, bahwa Cinta itu nyata dan akan selalu ada.

Bogor, 3 Februari 2018