89. Lamaran Lainnya

Nicholas tampak cemberut, tapi akhirnya menurut juga. Dengan perlahan Rissa menutul-nutul sudut bibir Nicholas dengan cotton bud. Nick meringis seperti anak kecil, tapi tidak ada tangisan. Lalu Rissa mengoleskan salep ke luka lebam di wajah Nicholas.

Adiknya terus menerus menatap wajahnya selama Rissa mengobatinya. Hal itu agak mengganggu. Kalau saja Rissa memiliki penutup mata, ia akan menutup mata Nicholas.

"Sekarang angkat kaos kamu," perintah Rissa.

Nicholas nyengir. "Kamu mau lihat aku telanjang?"

Rissa melebarkan matanya. "Kamu mau aku obati apa tidak?" Nicholas tidak bergeming. "Baiklah. Aku pikir kamu bisa pakai obat sendiri."

Rissa meletakkan salep di sebelah Nicholas lalu bangkit berdiri. Nicholas menarik tangannya.

"Jangan pergi."

Rissa bisa merasakan kalau hatinya bergetar saat Nicholas menyentuhnya. Ia benci akan hal ini. Mungkin ia tidak akan pernah bisa benar-benar berhenti sepenuhnya mencintai Nicholas.

"Aku mohon."