154. Terserah

Sisil menoleh padanya. Farah yang sedang terkekeh tiba-tiba berhenti. "Apa yang kamu lakukan di situ? Kamu menguping ya?" bentak Sisil.

"Tidak, Kak. Aku sedang mengelap meja, lalu aku tersedak." Rissa kembali terbatuk-batuk. Mungkin lebih tepatnya memaksa dirinya sendiri untuk batuk.

Sisil mengerutkan dahinya tampak tidak mempercayainya. Rissa mengangkat tangannya dari meja yang ia lap di tempat yang sama terus menerus. Lalu ia beranjak dari sana. Sisil dan Farah tidak lagi berbincang-bincang sampai Rissa benar-benar sudah jauh dari sana.

Boss besar. Jet pribadi. Wanita panggilan. Lalu… boss tampan dengan senyum berlesung pipi. Dada Rissa serasa diremas-remas. Itu tidak mungkin. Charlos tidak mungkin menyewa wanita panggilan. Itu tidak masuk akal. Selama ini Charlos adalah pria yang baik.